KATA PENGANTAR
Puji sukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas ini.
Makalah ini di menyajikan rangkuman materi tentang “SOSIOLOGI
SEBAGAI ILMU“ yang telah selesai di kerjakan oleh kami.
Kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada orang-orang
yang ikut membantu terutama orang tua dalam segi materi.
Dan juga kami mohon maaf sebesar-besarnya karena
sebaik-baiknya kami mengerjakan makalah ini pasti ada kesalahan tapi kami sudah
berusaha semaksimal mungkin.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfa’at bagi orang yang
membaca khususnya kami yang membuatnya. Amin.
Baturaja, September 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Sosiologi ...................................................................................... 2
B. Sejarah dan Perkembangan
Sosiologi ........................................................ 3
C. Karakteristik Sosiologi .............................................................................. 5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 7
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan sosiologi
semakin mantap, setelah pada tahun 1895 seorang ilmuwan Perancis bernama
Emmile Durkheim menerbitkan bukunya yang berjudul Rules of Sociological Method.
Dalam buku yang melambungkan namanya itu, Durkheim menguraikan tentang pentingnya
metodologi ilmiah dan teknik pengukuran kuantitatif di dalam sosiologi untuk
meneliti fakta sosial. Misalnya dalam kasus bunuh diri (suicide).
Angka bunuh diri dalam masyarakat yang cenderung konstan dari tahun ke
tahun, dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari luar individu.
Dalam suatu jenis bunuh
diri yang dinamakan altruistic suicide disebabkan oleh derajat integrasi
sosial yang sangat kuat. Misalnya dalam satuan militer, dapat saja
seorang anggota mengorbankan dirinya sendiri demi keselematan satuannya. Sebaliknya,
dalam masyarakat yang derajat integrasi sosialnya rendah, akan mengakibatkan
terjadinya bunuh diri egoistik (egoistic suicide).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud sosiologi?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan
sosiologi?
3. Apa karakteristik sosiologi?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi sosiologi.
2. Untuk mengetahui sejarah dan
perkembangan sosiologi.
3. Untuk mengetahui karakteristik
sosiologi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Sosiologi
Perintis sosiologi yang
lain adalah Max Weber. Pendekatan yang digunakan Weber berbeda dari Durkheim
yang lebih menekankan pada penggunaan metodologi dan teknik-teknik pengukuran
kuantitatif dari pengaruh faktor-faktor eksternal individu. Wever lebih
menekankan pada pemahaman di tingkat makna dan mencoba mencari penjelasan pada
faktor-faktor internal individu. Misalnya tentang tindakan sosial. Tindakan sosial
merupakan perilaku individu yang diorientasikan kepada pihak lain, tetapi
bermakna subjektif bagi actor atau pelakunya. Makna sebenarnya dari suatu
tindakan hanya dimengerti oleh pelakukunya. Tugas sosiologi adalah mencari
penjelasan tentang makna subjektif dari tindakan-tindakan sosial yang dilakukan
oleh individu.
Secara kebahasaan nama
sosiologi berasal dari kata socious, yang artinya ”kawan” atau ”teman”
dan logos, yang artinya ”kata”, ”berbicara”, atau ”ilmu”. Sosiologi
berarti berbicara atau ilmu tentang kawan. Dalam hal ini, kawan memiliki arti
yang luas, tidak seperti dalam pengertian sehari-hari, yang mana kawan hanya
digunakan untuk menunjuk hubungan di anatra dua orang atau lebih yang berusaha
atau bekerja bersama. Kawan dalam pengertian ini merupakan hubungan
antar-manusia, baik secara individu maupun kelompok, yang meliputi seluruh
macam hubungan, baik yang mendekatkan maupun yang menjauhkan, baik yang menuju
kerpada bentuk kerjasama maupun yang menuju kepada permusuhan. Jadi, sosiologi
adalah ilmu tentang berbagai hubungan antar-manusia yang terjadi di dalam
masyarakat. Hubungan antar-manusia dalam masyarakat disebut hubungan sosial.
B.
Sejarah dan Perkembangan Sosiologi
1.
Sejarah Kelahiran Sosiologi
Sebagai ilmu, sosiologi
masih cukup muda, bahkan paling muda di antara ilmu-ilmu sosial yang lain.
Tokoh yang oleh banyak pihak dianggap sebagai Bapak Sosiologi adalah Auguste
Comte, seorang ahli filsafat dari Perancis yang lahir pada tahun 1798 dan
meninggal pada tahun 1853.
Walaupun sebenarnya pada
akhir abad pertengahan adalah Ibnu Khaldun (1332-1406), yang
mengemukakan tentang beberapa prinsip pokok untuk menafsirkan kejadian-kejadian
sosial dan peristiwa-peristiwa sejarah. Menurut beberapa sosiolog, Ibnu Khaldun
lah yang lebih tepat sebagai Bapak Sosiologi, karena jauh sebelum Comte ia
telah mengemukakan tentang prinsip-prinsip sosiologi dalam bukunya yang
berjudul Muqodimah. Auguste Comte mencetuskan pertama kali nama sociology
dalam bukunya yang berjudul Positive Philoshopy yang terbit
pada tahun 1838. Pada waktu itu Comte menganggap bahwa semua penelitian tentang
masyarakat telah mencapai tahap terakhir, yakni tahap ilmiah, oleh karenanya ia
menyarankan semua penelitian tentang masyarakat ditingkatkan menjadi ilmu yang
berdiri sendiri, lepas dari filsafat yang merupakan induknya. Pandangan Comte
yang dianggap baru pada waktu itu adalah bahwa sosiologi harus didasarkan pada
observasi dan klasifikasi yang sistematis, dan bukan pada kekuasaan serta
spekulasi.
Di samping mengemukakan
istilah sosiologi untuk ilmu baru yang berasal dari filsafat masyarakat ini,
Comte juga merupakan orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dan isi
sosiologi dari ilmu-ilmu lainnya. Menurut Comte ada tiga tahap perkembangan
intelektual, yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumnya.
Tahap pertama dinamakan tahap theologis, kedua adalah tahap
metafisik, dan ketiga adalah tahap positif.
Pada tahap pertama
manusia menafsirkan gejala-gelajala di sekelilingnya secara teologis, yaitu
dengan kekuatan adikodrati yang dikendalikan oleh roh, dewa, atau Tuhan yang
Maha Kuasa. Pada tahap kedua manusia mengacu pada hal-hal metafisik atau
abstrak, pada tahap ketiga manusia menjelaskan fenomena-fenomena ataupun
gejala-gejala dengan menggunakan metode ilmiah, atau didasarkan pada
hukum-hukum ilmiah. Di sinilah sosiologi sebagai penjelasan ilmiah mengenai
masyarakat. Dalam sistematika Comte, sosiologi terdiri atas dua bagian besar,
yaitu: (1) sosiologi statik, dan (2) sosiologi dinamik. Sosiologi statik diibaratkan
dengan anatomi sosial/masyarakat, sedangkan sosiologi dinamik berbicara tentang
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat.
2.
Perkembangan Sosiologi Setelah Comte
Istilah sosiologi
menjadi lebih populer setelah setengah abad kemudian berkat jasa dari Herbert
Spencer, ilmuwan Inggris, yang menulis buku berjudul Principles of Sociology
(1876), yang mengulas tentang sistematika penelitian masyarakat.
Perkembangan sosiologi semakin mantap, setelah pada tahun 1895 seorang ilmuwan
Perancis bernama Emmile Durkheim menerbitkan bukunya yang berjudul Rules of
Sociological Method.
Dalam buku yang
melambungkan namanya itu, Durkheim menguraikan tentang pentingnya metodologi
ilmiah dan teknik pengukuran kuantitatif di dalam sosiologi untuk meneliti
fakta sosial. Misalnya dalam kasus bunuh diri (suicide). Angka bunuh
diri dalam masyarakat yang cenderung konstan dari tahun ke tahun, dipengaruhi
oleh faktor yang berasal dari luar individu. Dalam suatu jenis bunuh diri yang
dinamakan altruistic suicide disebabkan oleh derajat integrasi
sosial yang sangat kuat. Misalnya dalam satuan militer, dapat saja seorang
anggota mengorbankan dirinya sendiri demi keselematan satuannya.
Sebaliknya, dalam
masyarakat yang derajat integrasi sosialnya rendah, akan mengakibatkan
terjadinya bunuh diri egoistik (egoistic suicide). Derajat integrasi
sosial yang rendah dapat disebabkan oleh lemahnya ikatan agama ataupun
keluarga. Seseorang dapat saja melakukan bunuh diri karena tidak tahan
menderita penyakit yang tidak kunjung sembuh, di lain sisi ia merasa tidak
mempunyai ikatan apapun dengan anggota keluarga atau masyarakat yang lain. Pada
masyarakat yang dilanda kekacauan, anggota-anggota masyarakat yang merasa
bingung karena tidak adanya norma-norma yang dapat dijadikan pedoman untuk
mencapai kebutuhan-kebutuhan hidupnya, dapat saja melakukan bunuh diri jenis
anomie (anomic suicide). Berbagai macam jenis bunuh diri
ini, oleh Durkheim dinyatakan sebagai peristiwa yang terjadi bukan karena
faktor-faktor internal individu, melainkan dari pengaruh faktorfaktor eksternal
individu, yang disebut fakta sosial.
Banyak pihak kemudian
mengakui bahwa Durkheim sebagai ”Bapak Metodologi Sosiologi”. Durkheim bukan
saja mampu melambungkan perkembangan sosiologi di Perancis, tetapi bahkan
berhasil mempertegas eksistensi sosiologi sebagai bagian dari ilmu pengetahuan
ilimiah (sains) yang terukur, dapat diuji, dan objektif. Menurut Durkheim,
tugas sosiologi adalah mempelajari apa yang disebut fakta sosial. Fakta sosial
adalah cara-cara bertindak, berfikir, dan berperasaan yang berasal dari luar
individu, tetapi memiliki kekuatan memaksa dan mengendalikan individu. Fakta
sosial dapat berupa kultur, agama, atau isntitusi sosial.
Perintis sosiologi yang
lain adalah Max Weber. Pendekatan yang digunakan Weber berbeda dari Durkheim
yang lebih menekankan pada penggunaan metodologi dan teknik-teknik pengukuran
kuantitatif dari pengaruh faktor-faktor eksternal individu. Wever lebih
menekankan pada pemahaman di tingkat makna dan mencoba mencari penjelasan pada faktor-faktor
internal individu. Misalnya tentang tindakan sosial. Tindakan sosial merupakan
perilaku individu yang diorientasikan kepada pihak lain, tetapi bermakna
subjektif bagi aktor atau pelakunya. Makna sebenarnya dari suatu tindakan hanya
dimengerti oleh pelakukunya.
C.
Karakteristik Sosiologi
Sebagai ilmu, sosiologi
memiliki sifat hakikat atau karakteristik sosiologi:
1.
Merupakan ilmu sosial, bukan ilmu kealaman ataupun humaniora
2.
Bersifat empirik-kategorik, bukan normatif atau etik; artinya
sosiologi berbicara apa adanya tentang fakta sosial secara analitis, bukan
mempersoalkan baik-buruknya fakta sosial tersebut. Bandingkan dengan pendidikan
agama atau pendidikan moral.
3.
Merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat umum, artinya bertujuan
untuk menghasilkan pengertian dan pola-pola umum dari interaksi antar-manusia
dalam masyarakat, dan juga tentang sifat hakikat, bentuk, isi dan struktur
masyarakat.
4.
Merupakan ilmu pengetahuan murni (pure science),
bukan ilmu pengetahuan terapan (applied science)
5.
Merupakan ilmu pengetahuan yang abstrak atau bersifat
teoritis. Dalam hal ini sosiologi selalu berusaha untuk menyusun abstraksi dari
hasil-hasil observasi. Abstraksi tersebut merupakan kerangka dari unsur-unsur
yang tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan hubungan
sebab-akibat sehingga menjadi teori.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah sosiologi
menjadi lebih populer setelah setengah abad kemudian berkat jasa dari Herbert
Spencer, ilmuwan Inggris, yang menulis buku berjudul Principles of Sociology
(1876), yang mengulas tentang sistematika penelitian masyarakat. Perkembangan
sosiologi semakin mantap, setelah pada tahun 1895 seorang ilmuwan Perancis
bernama Emmile Durkheim menerbitkan bukunya yang berjudul Rules of Sociological
Method.
Dalam buku yang
melambungkan namanya itu, Durkheim menguraikan tentang pentingnya metodologi
ilmiah dan teknik pengukuran kuantitatif di dalam sosiologi untuk meneliti
fakta sosial. Misalnya dalam kasus bunuh diri (suicide). Angka bunuh diri dalam
masyarakat yang cenderung konstan dari tahun ke tahun, dipengaruhi oleh faktor
yang berasal dari luar individu.
DAFTAR PUSTAKA
Erlangga. 2004. Sosiologi. Ilmu
sosiologi
http://agsasman3yk.files.wordpress.com/2009/08/kelas-x-sm1-2010-2011.pdf
Yudhistira. 2007. Sosiologi 1.
Sosiologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang masyarakat
MAKALAH
SOSIOLOGI
SEBAGAI ILMU
LOGO
DISUSUN
OLEH :
NAMA : 1. IMRON MUHAROM
2. DHONA
ARISTA
KELAS
: XII IPS 2
MATA
PELAJARAN : SOSIOLOGI
GURU
PEMBIMBING : YUYUN DEWI YANI, S.Pd
MADRASAH ALIYAH NEGERI BATURAJA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
0 Comments