A. Faktor
Penyebab Punahnya Harimau
Setiap makhluk hidup pasti akan mati
termasuk kita manusia tidak terkecuali hewan dan tumbuhan. Kematian suatu jenis
makhluk hidup secara terus menerus yang tidak diimbangi dengan regenarasi
generasi penerus / keturunan (berkembang biak) adalah merupakan kepunahan.
Punah berarti tidak akan ada lagi makhluk hidup itu selama-lamanya di muka
bumi. Faktor Alasan Penyebab Kepunahan Suatu Spesies:
1. Daya
Regenerasi Yang Rendah
Banyak hewan yang butuh waktu lama untuk
masuk ke tahap berkembang biak, biasa memiliki satu anak perkelahiran, butuh waktu
lama untuk merawat anak, sulit untuk kawin, anaknya sulit untuk bertahan hidup
hingga dewasa, dan sebagainya. Tumbuhan tertentu pun juga terkadang membutuhkan
persyaratan situasi dan kondisi yang langka untuk bisa tumbuh berkembang. Hal
tersebut menyulitkan spesies yang memiliki daya regenerasi / memiliki keturunan
rendah untuk memperbanyak dirinya secara signifikan. Berbeda dengan tikus,
ayam, lalat, kelinci, dll yang mudah untuk melakukan regenerasi.
2. Campur
Tangan Manusia
Adanya manusia terkadang menjadi
malapetaka bagi keseimbangan makhluk hidup di suatu tempat. Manusia kadang
untuk mendapatkan sesuatu yang berharga rela membunuh secara membabi buta tanpa
memikirkan regenerasi hewan atau tumbuhan tersebut. Gajah misalnya dibunuhi
para pemburu hanya untuk diambil gadingnya, harimau untuk kulitnya, monyet
untuk dijadikan binatang peliharaan, dan lain sebagainya. Perubahan areal hutan
menjadi pemukiman, pertanian dan perkebunan juga menjadi salah satu penyebab
percepatan kepunahan spesies tertentu. Mungkin di jakarta jaman dulu terdapat
banyak spesies lokal, namun seiring terjadinya perubahan banyak spesies itu
hilang atau pindah ke daerah wilayah lain yang lebih aman.
3. Bencana
Alam Besar
Adanya bencana super dahsyat seperti
tumbukan meteor seperti yang terjadi ketika jaman dinosaurus memungkinkan
banyak spesies yang mati dan punah tanpa ada satu pun yang selamat untuk
meneruskan keturunan di bumi. Sama halnya dengan jika habitat spesies tertentu
yang hidup di lokasi yang sempit terkena bencana besar seperti bancir,
kebakaran, tanah longsor, tsunami, tumbukan meteor, dan lain sebagainya maka
kepunahan mungkin tidak akan terelakkan lagi.
4. Didesak
Populasi Lain Yang Kuat
Kompetisi antar predator seperti macan
tutul dengan harimau mampu membuat pesaing yang lemah akan terdesak ke wilayah
lain atau bahkan bisa mati kelaparan secara masal yang menyebabkan kepunahan.
B. Dampak Punahnya Harimau Terhadap
Kehidupan
Lingkungan adalah aset kehidupan yang
tidak ternilai harganya. Jika lingkungan itu rusak, hilanglah aset itu dan
terancamlah kehidupan kita. Dari berbagai media kita dapat melihat beberapa
tragedi lingkungan yang membawa korban dalam jumlah besar. Ratusan orang
meninggal akibat tragedi lingkungan. Tercatat 112 orang meninggal dalam
peristiwa banjir bandang Sungai Bohorok, Kabupaten Langkat, Sumatra Utara
akibat penebangan liar di hutan Gunung Leuser. Kemudian, 26 orang meninggal
akibat bencana longsor di Pacet, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur dan masih
banyak bencana serupa yang terjadi di Indonesia, seperti di Jember,
Banjarnegara, dan sebagainya.
Dari tragedi itu, kita bisa membayangkan
betapa tidak berdayanya kita melawan keganasan alam. Semua itu tidak akan
terjadi jika kita peduli terhadap lingkungan. Seharusnya kita sadar bahwa
adahubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan. Lingkungan akan
memberikan manfaat bagi manusia selama diperlakukan dengan baik. Sebaliknya,
jika kita semena-mena terhadap lingkungan, bencanalah yang akan menimpa kita.
Flora dan fauna adalah bagian dari lingkungan yang secara menakjubkan telah
menjaga ekosistem agar tetap seimbang. Sebuah pohon di hutan misalnya, setelah
mencapai umur tertentu serta menghasilkan banyak generasi, pohon itu akan
berhenti tumbuh, tidak dapat berbuah lagi, dan akhirnya lapuk dimakan usia.
Pohon itu akan roboh dan membusuk. Pohon yang membusuk itu menjadi media tumbuh
bagi pohon-pohon kecil generasinya. Dengan demikian, populasi pohon terkendali.
Demikian halnya dengan fauna. Seekor tarantula (laba-laba tanah) betina akan
memakan jantannya setelah mereka kawin. Si betina akan menetaskan banyak telur.
Anak-anak tarantula yang baru menetas itu akan memakan ibunya. Dengan cara yang
menakjubkan ini, populasi tarantula akan terkendali dan ekosistem tetap
seimbang. Dalam ekosistem, terdapat lingkaran di mana makhluk hidup saling
memakan dan dimakan. Lingkaran itu disebut rantai makanan. Karena rantai
makanan itulah ekosistem tetap dalam keadaan seimbang. Jika rantai makanan itu
terputus, manusia akan menanggung akibatnya. Sebagai contoh di hutan, harimau merupakan
predator bagi babi hutan.
Jika harimau banyak diburu dan dibunuh,
jumlah babi hutan tidak terkendali. Hutan tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan
makan. Populasi babi hutan sangat besar. Babi hutan akan menyerbu tanah-tanah
pertanian dan rumah penduduk untuk mencari makan.
C. Cara Mengatasi Kepunahan Harimau
Populasi
Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatraensis) di habitat alaminya secara
menyeluruh belum diketahui secara tepat, namun dapat dipastikan bahwa
populasinya saat ini sudah dalam kondisi sangat kritis. Tahun 1994 diperkirakan
populasi harimau sumatera yang hidup liar hanya 500-600 ekor saja dan itupun
hidup tersebar dalam populasi-populasi kecil di Dalam Kawasan Konservasi dan di
Luar Kawasan Konservasi. Sementara itu Direktorat Jederal PHKA memeperkirakan
setiap tahunnya 30 ekor harimau sumatera mati akibat perburuan. Kondisi seperti
ini apabila tidak ditangani secara serius dan intensif dapat dipastikan bahwa
populasi harimau sumatera di alam akan menurun secara cepat dan dalam waktu
yang tidak lama akan punah seperti yang telah terjadi pada harimau Bali, Kaspia
dan harimau Jawa yang sudah dianggap punah.
Menurunya populasi harimau Sumatera di alam disebabkan oleh
banyak factor yang saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan. Faktor-faktor
penyebab tersebut diantaranya, adalah:
1. Informasi dan pengetahuan di bidang
bio-ekologi harimau sumatera masih terbatas.
2. Menurunnya kwalitas dan kwantitas
habitat harimau sumatera akibat konversi hutan, eksploitasi hutan, penebangan
liar, perambahan hutan, kebakaran hutan dan lain-lain
3. Fragmentasi Habitat akibat
Perencanaan Tata Guna Lahan dan penggunaan lahan dan hutan yang kurang
memperhatikan aspek-aspek konservasi satwa liar khususnya harimau sumatera.
4. Kematian harimau sumatera secara
langsung sebagai akibat dari perburuan untuk kepentingan ekonomi, estetika,
pengobatan tradisional, magis, olahraga dan hobby serta mempertahankan diri
karena terjadinya konflik antara harimau dengan masyarakat.
5. Penangkapan dan pemindahan harimau
sumatera dari habitat alami ke lembaga konservasi eksitu karena adanya konflik
atau kebutuhan lain.
6. Menurunya populasi satwa mangsa
harimau karena berpindah tempat maupun diburu oleh masyarakat.
7. Rendahnya unsur-unsur management
pengelola konservasi harimau sumatera.
8. Rendahnya kesadaran masyarakat dalam
konservasi alam dan rendahnya penegakan hukum dibidang “Wildlife Crime” telah
pula mempercepat penurunan populasi harimau sumatera di alam.
Untuk mencegah terjadinya kepunahan harimau sumatera dan
memulihkan kembali populasi-populasi harimau yang berada pada tingkat tidak
sehat ke tingkat populasi sehat diperlukan tindakan yang secara simultan dapat
mengatasi faktor-faktor penyebab kepunahan harimau sumatera tersebut di atas.
Sumatera Tiger
Conservation Program
sebagai bentuk Kerjasama antara Departemen Kehutanan dengan The Tiger Foundation
Canada dan Sumatran Tiger Trust Inggris berupaya untuk mengembangkan program
konservasi harimau sumatera yang secara komprehensip dapat mengatasi
faktor-faktor penyebab menurunnya populasi harimau sumatera. Upaya konservasi
yang dilaksanakan oleh Program Konservasi Harimau sumatera di antaranya adalah:
1. Melakukan studi bioteknologi harimau
sumatera.
2. Melakukan perluasan habitat harimau
sumatera yang berada diluar kawasan konservasi sebagai kawasan yang dilindungi
untuk konservasi harimau sumatera.
3. Meningkatkan kegiatan perlindungan
harimau sumatera dan habitatnya.
4. Meningkatkan kesadaran masyarakat
akan konservasi alam dan meningkatkan kwalitas penegakan hukum dibidang
”Wildlife Crime”
5. Meningkatkan kwalitas penanganan
konflik antara harimau dengan masyarakat yang dapat menjamin kelesatrian
harimau sumatera.
6. Monitoring populasi harimau sumatera
dihabitat alaminya dalam jangka panjang.
7. Meningkatan kwalitas sumber daya
manusia dan kerjasama pengelolaan antara seluruh institusi yang berkepentingan
terhadap kelestarian harimau sumatera.
8. Mengembangan Strategi Konservasi
Harimau Sumatera di Masa Depan
Kampanye Penyadaran Masyarakat
Kampanye
penyadaran masyarakat bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
manfaat dan arti pentingnya harimau sumatera bagi kehidupan manusia. Selain itu
kampanye ini juga menyebarluaskan informasi kepada masyarakat luas bahwa
populasi harimau sumatera di habitatnya sudah dalam keadaan kritis/hampir punah
serta harimau sumatera telah ditetapkan sebagai satwa liar yang dilindungi oleh
undang-undang. Sasaran utama dari kampanye ini adalah Aparatur Pemerintah,
Pengusaha dan Masyarakat di sekitar hutan. Sesuai dengan sasarannya maka materi
kampanye yang diutamakan adalah penegakan hukum. Kampanye dilakukan dengan
menggunakan berbagai media masa diantaranya: melalui pameran, ekspose, diskusi
dan seminar, media cetak, media elektronik dan internet.
KESIMPULAN
Perlindungan harimau sumatera, satwa mangsa dan habitatnya
merupakan komponen penting dan kompleks dalam usaha melestarikan harimau
sumatera. Oleh karena itu peranserta masyarakat dan institusi terkait baik
Pemerintah, Badan Usaha maupun Lembaga Swadaya Masyarakat dalam konservasi alam
hayati perlu terlibat secara aktif dan terencana.
Dengan keadaan dan persoalan habitat, populasi harimau,
satwa mangsa dan tingkat kesejahteraan masyarakat saat ini maka untuk mencapai
keberhasilan dala melestarikan harimau sumatera harus dilakukan upaya-upaya
konservasi secara komprehensip.
Kesejahteraan Masyarakat, Kesadaran akan konservasi alam
hayati bagi Wakil Rakyat, Pejabat Negara dan Pemerintah maupun Badan Usaha, di
Tingkat Lokal, Daerah, Nasional maupun Internasional merupakan kunci
keberhasilan konservasi harimau sumatera.
DAFTAR PUSTAKA
Dinerstein,
E., J. Robinson, A. Rabinowitz, T. Mathew, E. Wikramanayake, U. Karanth, D.
Olson, P. Hedao, dan M. Connor. 1997. “A Framework for Identifying High
Priority Areas for the Conservation of Free-Ranging Tigers” dalam A Framework
for Identifying High Priority Areas and Actions for the Conservation of Tigers
in the Wild. World Wildlife Fund dan Wildlife Conservation Society.
Hasiholan,
W. 2005. Pengalaman Dalam Implementasi Konservasi Harimau Sumatera Secara
Insitu di Pulau Sumatera. PKHS. Bogor.
Hasiholan,
W. Sinaga, DW dan Franklin N. 2003. Draft Protokol Penanganan Konflik Antara
Harimau dengan Masyarakat. PKHS. Bogor.
Hasiholan,
W. 2003. Program Konservasi Harimau Sumatera. PKHS. Bogor.
0 Comments