MAKALAH AGAMA
MENJELASKAN HASAN BASRI DAN AJARANNYA
Oleh :
Kelompok 1
Kelas : XI Agama
Guru Pembimbing :
TAHUN
PELAJARAN 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah yang telah melimpahkan taufik
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Penulis berusaha semaksimal mungkin agar penyajian makalah ini dapat
bermanfaat mengenai Menjelaskan Hasan
Basri dan Ajarannya baik bagi kami
maupun bagi para pembaca
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu kami menerima kritik dan saran yang
membangun, sehingga kesalahan yang sekarang dapat dijadikan tolak ukur
pembelajaran. Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu hingga terbentuknya makalah ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat
dan menjadi penunjang kegiatan belajar. Amiin …
Februari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah .......................................................................... 1
1.3.Tujuan Penulisan............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Biografi Hasan Al-Basri.............................................................. 3
2.2. Pemikiran Tasawufnya............................................................... 4
2.3. Corak Pemikiran Tasawufnya................................................... 4
2.4 Ajaran-Ajaran Tasawufnya....................................................... 5
2.5 Keteladanan Hasan –Basri.......................................................... 6
2.6 Karamah Hasan Basri................................................................. 7
2.7 Karya-karyanya........................................................................... 8
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Tasawuf Sunni ialah aliran tasaawuf yang berusaha
memadukan aspek hakekat dan syari’at, yang senantiasa memelihara sifat
kezuhudan dan mengkonsentrasikan pendekatan diri kepada Allah, dengan berusaha
sungguh-sugguh berpegang teguh terhadap ajaran al-Qur’an, Sunnah dan Shirah
para sahabat.
Dalam kehidupan sehari-hari para pengamal tasawwuf ini
berusaha untuk menjauhkan drii dari hal-hal yang bersifat keduniawian, jabatan,
dan menjauhi hal-hal yang dapat mengganggu kekhusua’an ibadahnya.
Latar
belakang munculnya ajaran ini tidak telepas dari pecekcokan masalah aqidah
yang melanda para ulama’ fiqh dan tasawwuf lebih-lebih pada
abad kelima hijriah aliran Syi’ah Al-Islamiyah yang berusaha untuk
mengembalikan kepemimpinan kepada keturunan Ali bin Abi Thalib. Dimana syi’ah
lebih banyak mempengaruhi para sufi dengan doktrin bahwa Imam yang ghaib akan
pindah ketangan sufi yang layak menyandang gelar Waliyullah, dipihak lain para
sufi banyak yang dipengaruhi oleh filsafat Neo-Platonisme yang memunculkan
corak pemikiran Tasawwuf Falsafi yang tentunya sangat bertentangan dengan
kehidupan para sahabat dan tabi’in. dengan ketegangan inilah munculah sang
pemadu syari’at dan hakekat yaitu Imam Ghazali.
Munculnya
aliran-aliran tasawuf ini tidak terlepas dari tokoh-tokoh yang berperan di
dalamnya. Begitu juga sama halnya dengan Tasawuf sunni. Diantara sufi yang
berpengaruh dari aliran-aliran tasawuf sunni adalah pokok dari pembahasan
makalah kami ini yakni Hasan al-Basri.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yang kami tetapkan dalam makalah kami
adalah sebagai berikut :
1. Siapakah Hasan Al-Bashri itu ?
2. Bagaimana isi ajaran daripada
Imam Hasan Al-Bashri itu?
1.3 Tujuan
Penulisan
Setiap penulisan suatu karya ilmiah pasti memiliki tujuan
yang akan dicapai, dan tujuan yang kami rangkai adalah:
1.
Mengetahui
biografi Hasan Al-Bashri.
2.
Mendeskripsiskan
tentang ajaran tasawuf Hasan Al-Bashri.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Biografi Hasan Al-Basri
Nama asli dari Hasan Al-Basri adalah Abu Sa’id
Al Hasan bin Yasar. Beliau dilahirkan oleh seorang perempuan
yang bernama Khoiroh, dan beliau adalah anak dari Yasaar, budak Zaid bin
Tsabit. tepatnya pada tahun 21 H di kota Madinah setahun setelah perang
shiffin, ada sumber lain yang menyatakan bahwa beliau lahir dua tahun sebelum
berakhirnya masa pemerintahan Khalifah Umar bin Al- Khattab. Khoiroh adalah
bekas pembantu dari Ummu Salamah yang bernama asli Hindi Binti Suhail yaitu
istri Rosullullah SAW. Sejak kecil Hasan Al-Basri sudah dalam
naungan Ummu Salamah. Bahkan ketika ibunya menghabiskan masa nifasnya Ummu
Salamah meminta untuk tinggal di rumahnya. Dan juga
nama Hasan Al-Basri itupun pemberian dari Ummu Salamah. Ummu
Salamahpun terkenal dengan seorang puteri Arab yang sempurna akhlaknya serta
teguh pendiriannya. Para ahli sejarah menguraikan bahwa Ummu Salamah paling luas
pengetahuannya diantara para istri-istri Rosullah SAW lainnya. Seiring semakin
akrabnya hubungan Hasan Al-Basri dengan keluarga Nabi,
berkesempatan untuk bersuri tauladan kepada keluarga Rosullulahdan menimba ilmu
bersama sahabat di masjid Nabawy.
Dan ketika menginjak 14
tahun, Hasan Al-Basri pindah ke kota Basrah ( Iraq ). Disinilah
kemudian beliau mulai dengan sebutan Hasan Al-Basri. Kota Basrah terkenal
dengan kota ilmu dalam daulah Islamiyyah. Banyak dari kalangan sahabat dan tabi’in
yang singgah di kota ini. Banyak orang berdatangan untuk menimba ilmu kepada
beliau. Karena perkataan serta nasehat beliau dapat menggugah hati sang
pendengar.
Kemudian pada tahun 110 H, tepatnya pada malam jum’at diawal
bulan Rajab beliau kembali ke rahmatullah pada usianya yang ke 80 tahun.
Banyak dari penduduk Basrah yang mengantarkan sampai ke pemakaman
beliau. Mereka merasa sedih serta kehilangan ulama besar, yang berbudi tinggi,
soleh serta fasih lidahnya.
2.2 Pemikiran Tasawufnya
Dalam pengenalan Tasawuf beliau mendapatkan
ajaran tasawuf dari Huzaifah bin Al-Yaman, sehinggan ajaran itu melekat
pada dirinya sikap maupun perilaku pada kehidupan sehari-hari. Dan kemudian
beliau dikenal sebagai Ulama Sufi dan juga Zuhud. Dengan gigih dan gayanya
yang retorik, beliau mampu membawa kaum muslim pada garis agama dan
kemudian muncullah kehidupan sufistik.
Dasar pendirian yang paling utama adalah Zuhud terhadap
kehidupan dunia, sehingga ia menolak segala kesenangan dan kenikmatan dunia.
Hasan Al Basri mangumpamakna
dunia ini seperti ular, terasa mulus kalau disentuh tangan, tetapi racunnya
dapat mematikan. Oleh sebab itu, dunia ini harus dijauhi dan kemegahan serta
kenikmatan dunia harus ditolak. Karena dunia bisa membuat kita berpaling dari
kebenaran dan membuat kita selalu memikirkannya.
Prinsip
kedua ajaran Hasan Al basri adalah Khauf dan Raja’, dengan
pengertian merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat dosa dan sering
melalaikan perintah Allah. Merasa kekurangan dirinya dalam mengabdi kepada
Allah, timbullah rasa was was dan takut, khawatir mendapat murka dari Allah.
Dengan adanya rasa takut itu pula menjadi motivasi tersendiri bagi seseorang
untuk mempertinggi kualitas dan kadar pengabdian kepada Allah dan sikap daja’
ini adalah mengharap akan ampunan Allah dan karunia-NYA. Oleh karena itu
prinsip-prinsip ajaran ini adalah mengandung sikap kesiapan untuk melakukan
muhasabah agar selalu mamikirkan kehidupan yang hakiki dan abadi.
2.3 Corak Pemikiran Tasawufnya
Hasan Al Basri adalah seorang sufi angkatan
tabi’in, seorang yang sangat takwa, wara’ dan zuhud pada kehidupan dunia yang
mana dikala masanya banyak dari kalangan masyarakt khususnya dari kalangan atas
yang hidup berfoya-foya. Yang mana kezuhudan itu masih melekat ajarannya dari
para ulama-ulama lainnya pada masa sahabat. Yang mana ajran beliau masih kental
ataupun berdasarkan Al Qur’an dan Hadist nabi, untuk itu beliau termasuk
golongan Tasawuf Sunni.
2.4 Ajaran-Ajaran
Tasawufnya
Ajaran-ajaran Hasan Al-Bashri adalah anjuran kepada setiap
orang untuk senantiasa bersedih hati dan takut kalau tidak mampu melaksanakan
seluruh perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya Lebih jauh lagi,
Hamka mengemukakan bahwa ajaran tasawuf Hasan yaitu:
·
Perasaan
takut yang menyebabkan hatimu tentram lebih baik dari pada rasa tentran yang
menimbulkan perasaan takut.
·
Dunia
adalah negeri tempat beramal.barang siapa bertemu dunia dengan perasaanbenci
dan zuhud, ia akan berbahagia dan memperoleh faedah darinya. Namun,barang siapa
yang bertemu dunia dengan perasaan rindu dan hatinya bertambal dengan dunia, ia
akan sengsara dan akan berhadapan dengan penderitaan yang tidak akan
ditanggungnya.”
·
“tafakur
membawa kita pada kebaikan dan selalu berusaha untuk mengerjakannya. Menyesal
atas perbuatan jahat menyebabkan kita bermaksud untuk tidak mengulanginya lagi.
Sesuatu yang fana’ betapapun banyakya tidak akan menyamai sesuatu yang baqa
betapapun sedikitnya. Waspadalah terhadap negeri yang cepat ating dan pergi
serta penuh tipuan.”
·
“dunia
ini adalah seorang janda tua yang telah bungkuk dan beberapa kali ditinggalkan
mati suaminya.”
·
“orang
yang beriman akan senantiasa berduka cita pada pagi dan sore hari karena berada
diantara dua perasaan takut ; takut mengenang dosa yang telah lampau dan takut
memikirkan ajal yang masih tinggal serta bahaya yang akan mengancam.”
·
“hendaklah
setiap orang sadar akan kematian yang senantiasa mengancamnya, dan juga takut
akan kiamat yang hendak menagih janjinya.”Banyak duka cita didunia memperteguh
semangat amal saleh.”
Sikap
tasawuf Hasan Al-Bashri senada dengan sabda Nabi yang berbunyi:
“Orang
yang selalu mengingat dosa-dosa yang pernah dilakukannya adalah laksana yang
orang duduk di bawah sebuah gunung besar yang senantiasa merasa takut gunung
itu akan menimpa dirinya”.
2.5 Keteladanan
Hasan –Basri
Hasan basri adalah seorang ulama Tabi’in yang
sangat mementingkan kehidupan akhirat. Yang patut kita teladani dari kehidupan
dari Hasan Basri adalah kezuhudtannya, ia pernah ditanyai tentang masalah
pakaian.
Pakaian
apa yang paling kamu sukai? Tanya orang-orang ” yang paling
tebal, yang paling kasar, yang paling hina menurut pandangan manusia” jawab
hasan basri . Dari perkataan inilah dapat kita pahami bahwa hasan basri sangat
enggan dari dunia kemewahan apalagi kenyamanan dan tingkah lakunya sangat
menjauhkan dari pujian manusia.
Hasan Basri tidak pernah memerintah, memberikan nasihat dan
anjuran sebelum ia sendiri melakukan dengan ketulusan hatinya, karena
selayaknya seorang yang yang berdakwah dijalan tuhan harus menjadi panutan
sesama. Dan ia juga tidak pernah melakukan larangan sebelum ia sendiri
menjauhkan terlebih dahulu. Hal tersebut menujukkan bahwa hasan memang penuh ke
strategis dalam berdakwah.
Lebih dari itu Hasan Basri adalah adalah orang yang
penyabar dan penuh dengan kebijaksanaan. Hasan basri mempunyai
seorang tetangga yang beragama nasrani, diatas rumah Hasan basri oleh oleh
tetangga tersebut didirikan kamar kecil, karena rumah Hasan Basri dengannya
jadi satu atap. Setiap membuang air kecil selalu menetes ke ruang
kamar Hasan Basri, kejadian ini berlangsung bukan
hanya berjalan satu bulan atau satu tahun, melainkan 20 tahun. Akan tetapi
hasan basri tidak pernah marah-marah dan mempermasalahkannya. hasan basri tidak
mau membuat kecewa tetangganya . Karena hasan basri mengamalkan Sabda
Nabi ” barang siapa yang beriman kepada allah dan hari akhir maka
muliakannah tetanggnya”. Bahkan Hasan Basri menyuruh kepada istinya untuk
meletakkan wadah di kamarnya supaya air kencingnya tertampung dan tidak
berceceran.
Ketika hasan basri sakit, salah satu tetangganya mengunjungi
beliau ternyata di dalam rumahnya ada wadah yang digunakan
untuk menampung kencing, setelah diperiksa wadah yang ada di dalam
kamar hasan tersebut, ternyata runtuhan air kencing
yang berasal dari atas kamar kecil yang berada di atas
rumahnya.
Setelah ditanya. Sejak kapan engkau bersabar dengan tetesan
air kencing ini? Tannya sitetangga tadi. Hasan
Basrti diam saja tidak menjawab, mungkin hasan basri tidak mau
membuat tetangganya tidak enak.
Hasan
katakanlah dengan jujur sejak kapan engkau bersabar dengan
air kencing ini? Jika kau diam saja dan tidak mau berterus terang aku akan
merasa tidak enak, Tanya teangga nasrani tadi, akhirnya
dengan penuh pemaksaan, hasan basri mau menjawab juga; selama 20 tahun ; jawab
hasan basri
Mengapa engkau kok diam saja dan tidak mempermasalahkan hal
ini? Tanya tetangga tadi . akan tetapi hasan Hasan menjawab ” aku tidak ingin
mengecewakan tetangga aku, karena Nabi Muahammad SAW bersabda
“barang siapa yang berimana kepada allah dan hari akhir maka mulikanlah
tetangganya”
Ketika
itu pulalah ia masuk islam berbondong-bondong bersama keluarganya.
Ternyata hasan basri penuh dengan keteladanan, ia tidak pernah
memaksa seseorang untuk masuk islam, akan tetapi yang paling dianjurkan oleh
baliau, sikap ramah, lemah lembut, penuh dengan pengertian dan
kebijaksanaan yang bisa mengantarkan ketertarikan
kepada orang yang diluar islam untuk mengikuti agama islam.
2.6 Karamah
Hasan Basri
Dikisahkan pada suatu hari ada seorang ulama ahli
tafsir yang berkenamaan abu Amr sedang
memberikan pengajiannya, tiba-tiba ada seorang pemuda
yang datang untuk mengikuti pengajiann Tersebut, Abu Amr sangat
terpesona dengan wajah pemuda tadi. Pada saat itulah apa yang dimilki
oleh abu amr yaitu ilmu Al-Qur’an telah hilang dari
ingatannya Abu amr dengan penuh gelisah dan penyesalan mengadu
kepada kepada sang imam hasan ” setiap kata dan hurufAl-Qur’an telah
hilang dari ingtanku” hasan berkata ” sekarang ini musim haji,
pergilah ketanah suci dan tunaikanlah ibadah haji. Setelah itu pergilah ke
masjid khaif. Disana akan ada seorang yang sangat tua, janganlah engkau
langsung menemuinya, tapi tunggulah sampai keasyikan ibadahnya selesai, setelah
itu barulah engkau mohon do’a padanya.
Abu amr menuruti perkataan Hasan Basri,
setelah berhaji ditanah suci ia pergi ke khaif. ternyata disana ada seorang
lelaki tua beserta beberapa orang yang sedang mengelilinginya. tak berjarak
beberapa kian muncullah seseorang yang berbaju putih bersih datang kepada
sekumpulan orang tersebut, dan berbincang-bincang. Setalah beberapa kemudian
pergilah mereka semua, hanya tinggallah orang tua yang hanya sendirian.
Kemuadian Abu Amr menemuinya dan
mengucapkan salam. ” dengan nama allah, tolonglah diriku ini, kata abu amr
sambil mengangis, kemudian Abu Amr menerangkan tentang apa
yang terjadi pada dirinya. Seketika itu ia menengadahkan dan menundukkan
kepalanya untuk mendo’akan Abu Amr.
Abu
Amr berkata ; “semua kata dan huruf Al-Qur’an telah kuingat kembali
lalu sujud terima kasih kepadanya”
Siapakah yang menyuruhmu untuk datang kepadaku?” tutur orang
tua tadi. Abu Amr menjawab; Hasan
basri”.
Kalau orang-orang sudah mempunyai imam
seperti hasan mengapa masih mencari imam seperti aku? Turur orang
tua tadi. Ternyata Hasan telah membuka selubung tentang
diriku, sekarang aku akan membuka siapa Hasan basri sebenarnya.
Seorang laki-laki yang berbaju putih yang telah
datang kemari setelah shalat ashar tadi, dan orang yang pertama meninggalkan
tempat ini, ia adalah Hasan Basri. Setiap hari sesudah
shalat ashar ia datang kemari untuk berbincang-bincang denganku,
setelah selesai berbincang-bincang denganku ia segera pergi ke Basrah untuk
menunaikan shalat maghrib disana. Kalau sudah mempunyai imam seperti hasan
basri mengapa masih mencari imam seperti diriku.
2.7 Karya-karyanya
Banyak dari buku atau kitab para ulama-ulama yang membahas
tentang kebajikan, kesuhudan serta berbagai hal yang mengarah kepada kebesaran
nama Hasan Al Basri. Yang mana berkat perjuangan beliau
berdampak kepada perubahan masyarakat Islam kepada suatu hal yang lebih baik.
Dan juga menjadi tongkat estafet bagi ulam-ulama setelah beliau dalm menerapkan
mendefinisikan sehingga sebagai pembuka jalan generasi berikutnya. Dan jarang
dari buku atau kitab para ulam-ulam yang membahas tentang karya-karya beliau. Karena
keterbatasan kemampuan, penulis belum bisa memaparkan karya-karya beliau tapi
ada ajaran beliau yang menjadi pembicaraan kaum sufi adalah:
” Anak Adam!
Dirimu, diriku! Dirimu hanya satu,
Kalau ia binasa, binasalah engkau.
Dan orang yang telah selamat tak dapat menolongmu.
Tiap-tiap nikmat yang bukan surga, adalah hina.
Dan tiap-tiap bencana yang bukan neraka adalah mudah”.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hasan Al-Basri adalah Abu Sa’id
Al Hasan bin Yasar. Beliau dilahirkan oleh seorang perempuan
yang bernama Khoiroh, dan beliau adalah anak dari Yasaar, budak Zaid bin
Tsabit. Pada umur 14 tahun Hasan Al-Basri pindah ke kota Basrah
( Iraq ).
Dalam pengenalan Tasawuf beliau mendapatkan
ajaran tasawuf dari Huzaifah bin Al-Yaman,dasar pendirian yang paling
utama adalah Zuhud terhadap kehidupan dunia, sehingga ia menolak segala
kesenangan dan kenikmatan dunia.
Prinsip kedua
ajaran Hasan Al basri adalah Khauf dan Raja’, dengan
pengertian merasa takut kepada siksa Allah karena berbuat dosa dan sering
melalaikan perintah Allah. Merasa kekurangan dirinya dalam mengabdi kepada
Allah, timbullah rasa was was dan takut, khawatir mendapat murka dari Allah.
Hasan Al Basri adalah
seorang sufi angkatan tabi’in, seorang yang sangat takwa, wara’ dan zuhud pada
kehidupan dunia yang mana dikala masanya banyak dari kalangan masyarakt
khususnya dari kalangan atas yang hidup berfoya-foya. Yang mana kezuhudan itu
masih melekat ajarannya dari para ulama-ulama lainnya pada masa sahabat. Yang
mana ajran beliau masih kental ataupun berdasarkan Al Qur’an dan Hadist nabi,
untuk itu beliau termasuk golongan Tasawuf Sunni.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar,
Rosihan, dan Solihin, Mukhtar, M.Ag, Kamus Tasawuf. Remaja
Rosdakarya, Bandung 2002.
Mustofa,
Ahmad. Akhlak Tasawuf. Pustaka Setia Bandung. cet IV
hal 214
Wisdom
Of Hasan Al-Basri Nasehat-Nasehat Penerang Hati. PT Serambi
Ilmu Semesta Jakarta 2008
max166.blogspot.com
http://www.pannerans. Multiply. Com
0 Comments