KATA PENGANTAR
Puji syukut kehadirat Tuhan semesta
Alam yang telah memberikan kesempatan serta pengetahuan sehingga makalah ini
sekiranya dapat terselesaikan pada waktunya.
Shalawat
serta salam tentunya kepada junjungan nabi besar Muhammad SAW yang telah
menuntun umatnya dari zaman kejahiliyaan ke
zaman modernisasai seperti saat ini. Berkat beliau jugalah secara tidak
langsung makalah ini dapat terselesaikan.
Terima
kasih juga tak lupa penulis sampaikan kepada pembaca yang sekiranya telah
meluangkan waktunya untuk membaca makalah ini seraya memajukan selangkah lagi
pengetahuan tentang isi makalah ini.
April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA
PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang .......................................................................................... 1
B.
Rumusan
Masalah ...................................................................................... 2
C.
Tujuan ........................................................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Atletik ........................................................................................................ 3
B.
Lompat
Jauh .............................................................................................. 3
C.
Teknik
Lompat Jauh .................................................................................. 5
D.
Latihan
Lompat dan Prinsip-prinsip Latihan ............................................. 8
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
................................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga, baik sebagai
arena adu prestasi maupun sebagai kebutuhan untuk menjaga kondisi tubuh agar
tetap sehat. Olahraga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan
manusia. Melalui olahraga dapat dibentuk manusia yang sehat jasmani, rohani
serta mempunyai kepribadian, disiplin, sportifitas yang tinggi sehingga pada
akhirnya akan terbentuk manusia yang berkualitas. Suatu kenyataan
yang bisa diamati dalam dunia olahraga, menunjukkan kecenderungan adanya
peningkatan prestasi olahraga yang pesat dari waktu kewaktu baik ditingkat
daerah, nasional maupun internasional. Hal ini dapat dilihat dari
pemecahan-pemecahan rekor yang terus dilakukan pada cabang olahraga tertentu,
penampilan tehnik yang efektif dan efisien dengan ditunjang oleh kondisi fisik
yang baik.
Dengan adanya kecendrungan prestasi yang meningkat, maka untuk
berpartisipasi dan bersaing antar atlet dalam kegiatan olahraga prestasi harus
dikembangkan kualitas fisik, tehnik, psikologi dan sosial yang dituntut oleh
cabang olahraga tertentu. Oleh karena itu melalui pengembangan dan
pembinaan di masyarakat, olahraga wajib diajarkan di sekolah-sekolah
dari sekolah tingkat dasar, sekolah tingkat pertama sampai dengan sekolah
tingkat menengah.
Dalam lompat
jauh terdapat beberapa macam gaya atau sikap badan pada saat melayang di udara.
Soegito dkk (1994 : 143) menyebutkan ada tiga cara sikap melayang
yaitu: 1) gaya jongkok (waktu melayang bersikap jongkok), 2) gaya lenting
(waktu di udara badan dilentingkan), dan 3) gaya jalan di udara (waktu melayang
kaki bergerak seolah-olah berjalan di udara). Gaya lompat jauh yang paling
sederhana untuk diajarkan pada pemula seperti siswa di SD adalah lompat jauh
gaya jongkok. Tehnik lompat jauh gaya jongkok termasuk yang paling sederhana di
banding dengan gaya yang lain.
Untuk mencapai prestasi yang
baik di dalam lompat jauh perlu didukung
dengan latihan yang baik melalui
pendekatan-pendekatan ilmiah dengan melibatkan berbagai ilmu pengetahuan.
Kaitannya dengan latihan untuk mencapai prestasi ada beberapa unsur yang perlu
diperhatikan dan ditingkatkan. Unsur tersebut menurut M. Sajoto (1988 :
15) diantaranya adalah: 1) unsur fisik yang lebih popular dengan
kondisi fisik, 2) unsur tehnik, 3) unsur mental, 4) unsur kematangan juara.
Dari keempat unsur tersebut, ialah satu unsur yang merupakan faktor utama yaitu
kondisi fisik, seperti pendapat dari Depdiknas (2000 : 101) bahwa salah satu
unsur atau faktor penting untuk meraih suatu prestasi dalam olahraga adalah
kondisi fisik, disamping penguasaan tehnik, taktik dan kemampuan mental.
B. Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud atletik?
2.
Bagaimana pengertian olahraga lompat
jauh?
3.
Bagaimana teknik lompat jauh?
4.
Seperti apa latihan lompat dan
prinsip-prinsip latihan?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui
atletik.
2.
Untuk mengetahui olahraga
lompat jauh.
3.
Untuk mengetahui
teknik lompat jauh.
4.
Untuk mengetahui
latihan lompat jauh dan prinsip-prinsip latihan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Atletik
Dalam dunia olahraga, dikenal banyak
sekali cabang olahraga, antara lain adalah atletik, permainan, senam
dan beladiri. Dari keempat cabang olahraga tersebut, atletik mempunyai
peranan penting, karena gerakan-gerakannya merupakan gerakan dasar
bagi cabang olahraga lainnya. Atletik menurut Aip Syarifuddin (1992 :2) berasal
dari bahasa Yunani, yaitu Athlon yang artinya
pertandingan, perlombaan, pergulatan atau perjuangan, sedangkan
orang yang melakukannya dinamakan Athleta (Atlet). Dengan demikian
dapatlah dikemukakan, bahwa atetik adalah salah satu cabang yang
dipertandingkan atau diperlombakan yang meliputi atas nomor-nomor jalan, lari,
lompat dan lempar.
Atletik merupakan dasar untuk melakukan bentuk-bentuk gerakan yang
terdapat didalam cabang olahraga yang lainnya. Dengan mengikuti kegiatan
latihan atletik, akan dapat diperoleh berbagai pengalaman yang
sangat berguna dan bermanfaat bagi kehidupan, karena didalam melakukan kegiatan
atletik akan dilatih kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, ketepatan,
daya tekan, koordinasi gerak, keuletan, kedisiplinan dan percaya diri serta
bertanggung jawab (Aip Syarifuddin dan Muhadi, 1992/1993 : 60).
Dalam cabang
olahraga atletik ada empat nomor lompat yaitu nomor lompat jauh,
lompat jangkit, lompat tinggi dan lompat tinggi galah. Lompat jauh merupakan
salah satu nomor atletik yang wajib diajarkan di SD, SMP dan SMA.
B. Lompat Jauh
Lompat jauh merupakan salah satu
nomor lompat dari cabang olahraga atletik. Lompat jauh menurut Aip Syarifuddin
(1992 : 90) didefinisikan sebagai suatu bentuk gerakan melompat, mengangkat
kaki keatas kedepan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin
diudara (melayang diudara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan jalan
melakukan tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.
Lompat jauh
merupakan suatu gerakan melompat menggunakan tumpuan satu kaki untuk mencapai
jarak sejauh-jauhnya. Sasaran dan tujuan lompat jauh adalah untuk mencapai
jarak lompatan sejauh mungkin kesebuah letak pendaratan atau bak lompat. Jarak
lompatan diukur dari papan tolakan sampai batas terdekat dari letak pendaratan
yang dihasilkan oleh bagian tubuh. Menurut Engkos Kosasih (1985:67) bahwa yang
menjadi tujuan lompat jauh adalah mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya
yang mempunyai empat unsur gerakan yaitu : awalan; tolakan; sikap badan di udara;
sikap badan pada waktu jatuh atau mendarat. Dalam hal yang sama Yusuf
Adisasmita (1992:65) berpendapat bahwa keempat unsur ini merupakan suatu
kesatuan, yaitu urutan gerakan lompat yang tidak terputus.
Dalam lompat
jauh terdapat beberapa macam gaya yang umum dipergunakan oleh para pelompat,
yaitu : gaya jongkok, gaya menggantung atau disebut juga gaya lenting dan gaya
jalan di udara. Perbedaan antara gaya lompatan yang satu dengan yang lainnya,
ditandai oleh keadaan sikap badan si pelompat pada waktu melayang di udara (Aip
Syarifuddin, 1992 : 93). Jadi mengenai awalan tumpuan / tolakan dan
cara melakukan pendaratan dari ketiga gaya tersebut pada prinsipnya sama. Salah
satu gaya yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaya jongkok. Disebut gaya
jongkok karena gerak dan sikap sewaktu badan berada diudara seperti
orang jongkok ( Tamsir Riyadi, 1985: 98).
Untuk
memperoleh hasil yang optimal dalam lompat
jauh selain pelompat harus memiliki kondisi fisik yang baik, juga harus
memahami dan mengusai tehnik untuk melakukan gerakan lompat jauh
tersebut. Bernhard (1993 : 45) menyatakan bahwa unsur-unsur dalam mencapai
prestasi lompat jauh yang maksimal adalah: 1) faktor kondisi fisik terutama
kecepatan tenaga lompatan dan tujuan yang diarahkan pada ketrampilan, 2) faktor
tehnik ancang-ancang, persiapan dan perpindahan fase melayang dan pendaratan.
Dari
pendapat di atas dapat dikatakan bahwa dalam lompat jauh terkandung unsur-unsur
kondisi fisik yang meliputi : kecepatan, tenaga ledak otot tungkai yang mengarah
pada ketrampilan.
C. Teknik
Lompat Jauh
Lompat jauh mempunyai empat fase gerakan, yaitu awalan, tolakan,
melayang dan mendarat serta terdapat tiga macam gaya yang membedakan antara
gaya yang satu dengan gaya yang lainnya pada saat melayang diudara. Uraian
mengenai keempat fase gerakan dalam lompat jauh adalah sebagai berikut:
a.
Awalan
Awalan adalah langkah utama
yang diperlukan oleh pelompat untuk memperoleh kecepatan pada waktu akan
melompat. Seperti dikatakan Aip Syarifuddin (1992 : 90) awalan merupakan
gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk mendapatkan kecepatan pada waktu akan
melakukan tolakan (lompatan). Jarak awalan yang biasa dan umum digunakan oleh
para pelompat (atlet) dalam perlombaan lompat jauh adalah : 1) untuk putra
antara 40 m sampai 50 m; 2) untuk putri antara 30 m sampai dengan 45 m. Akan
tetapi di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, terutama di SD hendaknya
disesuaikan dengan kemampuan anak-anak SD. Misalnya antara 15 m sampai 20 m
atau antara 15 m sampai 25 m. Menurut Engkos kosasih (1985 : 67) awalan harus
dilakukan dengan secepat-cepatnya serta jangan merubah langkah pada saat
melompat. Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 91) agar dapat
menghasilkan daya tolakan yang besar, maka langkah dan awalan harus dilakukan
dengan mantap dan menghentak-hentak (dinamis step). Untuk itu dalam melakukan
lari awalan, bukan hanya kecepatan lari saja yang dibutuhkan, akan tetapi
ketepatan langkah juga sangat dibutuhkan sebelum melakukan tolakan.
b.
Tumpuan atau Tolakan
Tumpuan atau tolakan adalah gerakan
menolak sekuat-kuatnya dengan kaki yang terkuat, yaitu meneruskan kecepatan
horizontal ke kekuatan vertical yang dilakukan secara cepat. Menurut
Engkos Kosasih (1985 : 67) tolakan yaitu menolak sekuat-kuatnya pada
papan tolakan dengan kaki terkuat ke atas (tinggi dan ke depan). Dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa melakukan tolakan berarti jarak merubah
kecepatan horizontal menjadi kecepatan vertical.
Mengenai
tolakan, Soedarminto dan Soeparman (1993 : 360) mengemukakan sebagai berikut :
untuk membantu tolakan ke atas, lengan harus diayun ke atas dan kaki yang
melangkah diayunkan setinggi mungkin (prinsipnya adalah bahwa
momentum dari bagian dipindahkan kepada keseluruhan). Ayunan kaki ke atas
mengunci sendi panggul karena kerjanya Ligamenta iliofemoral.
Pada waktu
menumpu seharusnya badan sudah condong kedepan, titik berat badan harus
terletak agak dimuka titik sumber tenaga, yaitu kaki tumpu pada saat pelompat
menumpu, letak titik berat badan ditentukan oleh panjang langkah terakhirsebelum
melompat (Yusuf Adisasmita, 1992 : 67-68).
Dikatakan pula oleh Soegito
dkk (1994 : 146) cara bertumpu pada balok tumpuan harus dengan kuat, tumit
bertumpu lebih dahulu diteruskan dengan seluruh telapak kaki, pandangan mata
tetap lurus kedepan agak ke atas.
c.
Melayang di Udara
Sikap melayang adalah sikap setelah
gerakan lompatan dilakukan dan badan sudah terangkat tinggi keatas.
Menurut Aip Syarifuddin (1992 : 92/93) sikap dan gerakan badan di udara sangat
erat hubungannya dengan kecepatan awalan dan kekuatan tolakan.
Karena pada waktu pelompat lepas dari papan tolakan badan si pelompat akan
dipengaruhi oleh suatu kekuatan yaitu gaya gravitasi (gaya penarik bumi).
Untuk itu,
kecepatan lari awalan dan kekuatan pada waktu menolak harus dilakukan oleh
pelompat untuk mengetahui daya tarik bumi tersebut. Dengan demikian jelas bahwa
pada nomor lompat jauh kecepatan dan kekuatan sangat besar pengaruhnya terhadap
hasil tolakan. Tetapi, dengan mengadakan suatu perbaikan bentuk dan cara-cara
melompat serta mendarat, maka akan memperbaiki hasil lompatan. Perubahan dan
perbaikan bentuk tersebut dinamakan “gaya lompatan” yang sifatnya individual.
Pada nomor lompat (khususnya lompat jauh) perubahan bentuk akan gaya-gaya lompatan
itu tidak akan mempengaruhi parabola dari titik berat badan, tetapi berguna
untuk menjaga keseimbangan serta pandaratan yang lebih baik.
Menurut
Engkos Kosasih (1985 : 67) sikap badan di udara adalah badan harus diusahakan
melayang selama mungkin di udara serta dalam keadaan seimbang. Dalam hal yang
sama Yusuf Adisasmita (1992 : 68) berpendapat bahwa pada waktu naik, badan
harus dapat ditahan dalam keadaan sikap tubuh untuk menjaga keseimbangan dan
untuk memungkinkan pendaratan lebih sempurna. Kalaupun mengadakan
gerak yang lain harus dijaga agar gerak selama melayang itu tidak menimbulkan
perlambatan. Pada lompat jauh, waktu melayang di udara berprinsip pada 3 hal
sebagai berikut : 1) bergerak ke depan semakin cepat semakin baik: 2) menolak
secara tepat dan kuat; 3) adapun gerakan yang dilakukan selama melayang di
udara tidak akan menambah kecepatan gerak selama melayang dan hanya berperan
untuk menjaga keseimbangan saja.
Cara
melakukan lompat jauh gaya jongkok menurut Aip
Syarifuddin (1992 : 93) pada waktu lepas dari tanah (papan tolakan)
keadaan sikap badan di udara jongkok dengan jalan membulatkan badan dengan
kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan. Pada waktu akan mendarat kedua kaki
dijulurkan ke depan kemudian mendarat pada kedua kaki dengan bagian tumit lebih
dahulu, kedua tangan ke depan.
Pada
prinsipnya sikap badan diudara bertujuan untuk berada selama mungkin diudara
menjaga keseimbangan tubuh dan untuk mempersiapkan pendaratan. Sehubungan
dengan itu diusahakan jangan sampai menimbulkan perlambatan dari kecepatan yang
telah dicapai. Dengan demikian tubuh akan melayang lebih lama.
d.
Mendarat
Mendarat adalah
sikap jatuh dengan posisi kedua kaki menyentuh tanah secara bersama-sama dengan
lutut dibengkokkan dan mengeper sehingga memungkinkan jatuhnya badan
kearah depan. Seperti dikatakan Yusuf Adisasmita (1992 : 68) pada saat mendarat
titik berat badan harus dibawa kemuka dengan jalan membungkukkan badan hingga
lutut hampir merapat, dibantu pula dengan juluran tangan kemuka. Pada waktu
mendarat ini lutut dibengkokkan sehingga memungkinkan suatu momentum membawa
badan ke depan di atas kaki. Mendarat merupakan suatu gerakan terakhir dari
rangkaian gerakan lompat jauh. Sikap mendarat pada lompat jauh baik untuk
lompat jauh gaya jongkok, gaya menggantung maupun gaya jalan di udara adalah
sama, yaitu : pada waktu akan mendarat kedua kaki dibawa ke depan lurus
dengan cara mengangkat paha ke atas, badan dibungkukkan ke depan, kedua tangan
ke depan, kemudian mendarat dengan kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper,
dengan kedua lutut ditekuk, berat badan dibawa kedepan supaya tidak jatuh
dibelakang, kepala ditundukkan, kedua tangan ke depan (Aip Syarifuddin, 1992 :
95).
Gerakan mendarat dapat disimpulkan
sebagai berikut : sebelum kaki menyentuh pasir dengan kedua tumit, kedua kaki
dalam keadaan lurus ke depan, maka segara diikuti ayunan kedua lengan ke depan.
Gerakan tersebut dimaksudkan supaya secepat mungkin terjadi perpindahan posisi
titik berat badan yang semula berada di belakang kedua kaki berpindah ke depan,
sehingga terjadi gerakan yang arahnya sesuai dengan arah lompatan dengan
demikian tubuh akan terdorong ke depan setelah menginjak pasir.
Untuk lebih jelasnya, gambar dibawah ini menunjukkan serangkaian gerakan lompat
jauh gaya jongkok dari take-off
sampai sikap mendarat.
D.
Latihan Lompat dan Prinsip-Prinsip
Latihan
1. Pengertian
Latihan Lompat
Latihan adalah proses yang sistematis
daripada berlatih atau bekerja secara berulang-ulang dengan kian hari
kian menambah jumlah beban latihan atau pekerjaannya (Harsono, 1982
: 27). Lompat adalah istilah yang digunakan dalam cabang olahraga atletik,
yaitu melakukan tolakan dengan satu kaki, Aip Syarifuddin (1992 : 90).
Pengertian latihan lompat dari pendapat tersebut dapat disimpulkan
yaitu melakukan gerakan melompat dengan tumpuan satu kaki yang dilakukan secara
berulang-ulang dan setiap hari jumlah beban latihan ditambah.
Latihan lompat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah latihan lompat dengan
melompati rintangan dan lompat meraih sasaran di atas.
Latihan lompat adalah metode yang terbaik untuk meningkatkan power
maksimal pada otot tertentu. Cara yang paling baik untuk mengembangkan power
maksimal pada kelompok otot tertentu, ialah dengan merenggangkan (memanjangkan)
dahulu otot-otot tersebut secara eksplosif atau meledak-ledak. Untuk
melatih power otot tungkai dimulai dengan gerakan tungkai kearah yang
berlawanan (jongkok) yang disebut sebagai fase pre-regang (pre-stretching
phase), kemudian melompat dengan kuat keatas. Setelah mendarat, tanpa adanya
masa berhenti, kemudian secepatnya melompat lagi sekuat tenaga keatas, sehingga
seakan-akan mendarat pada bara api (KONI, 2000: 27)
2. Prinsip-Prinsip
Latihan
a. Prinsip
Latihan Beban Bertambah ( Overload )
Untuk meningkatkan prestasi atlit prinsip overload harus digunakan. Apabila atlet
sudah merasa ringan pada beban yang diberikan maka beban harus ditambah.
Menurut M. Sajoto (1988 : 42) dengan berprinsip pada overload, maka
kelompok-kelompok otot akan bergabung kekuatannya secara efektif dan akan
merangsang penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang mendorong
meningkatkan kekuatan otot. Prinsip overload ini akan menjamin agar system di
dalam tubuh yang menjalankan latihan, mendapat tekanan beban yang besarnya
makin meningkat, serta diberikan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu.
Apabila tidak diberikan secara bertahap, maka komponen kekuatan
tidak akan dapat mencapai tahap potensi sesuai fungsi kekuatan secara
maksimal.
b.
Prinsip Peningkatan Beban Terus
Menerus
Otot yang
menerima beban latihan lebih atau overload kekuatannya akan bertambah dan
apabila kekuatan bertambah, maka program latihan berikutnya bila tidak ada
penambahan beban, tidak lagi dapat menambah kekuatan. Penambahan beban dalam
jumlah repetisi tertentu, otot belum merasakan lelah. Prinsip penambahan beban
demikian dinamakan prinsip penambahan beban secara progresif. (M. Sajoto, 1988
: 115).
c.
Prinsip Urutan Pengaturan Suatu
Latihan
Latihan
berbeban hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga kelompok otot besar mendapat
giliran latihan lebih dulu sebelum latihan otot kecil. Hal ini perlu agar
kelompok otot kecil tidak mengalami kelelahan terlebih dahuu, sebelum kelompok
otot mendapat giliran latihan pengaturan latihan hendaknya diprogramkan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi dua bagian otot dalam tubuh yang sama
mendapat dua giliran latihan secara berurutan (M. Sajoto, 1988 :
115)
d.
Prinsip Kekhususan Program Latihan
Menurut
O’shea dalam bukunya M. Sajoto (1988 : 42) menyatakan bahwa semua program
latihan harus berdasarkan “SAID” yaitu Specific Adaptation to Imposed Demands.
Prinsip tersebut menyatakan bahwa latihan hendaknya bersifat khusus, sesuai
dengan sasaran yang akan dicapai. Bila akan meningkatkan kekuatan, maka
program latihan harus memenuhi syarat untuk tujuan meningkatkan
kekuatan.
Program
latihan dengan beban dalam beberapa hal hendaknya bersifat khusus. Namun perlu
memperhatikan pula gerak yang dihasilkan, oleh karena itu latihan berbeban
hendaknya dikaitkan dengan latihan peningkatan ketrampilan motorik khusus.
Dengan kata lain latihan beban menuju peningkatan kekuatan,
hendaknya diprogram yang menuju nomor-nomor cabang olahraga yang bersangkutan.
Seperti diketahui bahwa untuk mendapatkan hasil lompatan yang jauh dalam lompat
jauh perlu adanya bentuk latihan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai,
latihan tersebut dapat dilakukan baik dengan menggunakan alat atau tanpa alat.
Menggunakan alat dalam hal ini adalah latihan lompat dengan rintangan dan
latihan lompat meraih sasaran di atas.
Selain keempat prinsip yang cukup mendasar untuk program latihan
menurut Tohar (2004 : 54) program latihan dapat diatur dan dikontrol dengan
cara memvariasikan beban latihan seperti volume, intensitas, recovery
dan frekuensi dalam suatu unit program latihan harian. Volume
menurut Depdikbud (1997 : 31) ialah kuantitas beban latihan yang biasa
dinyatakan dengan satuan jarak, jumlah beberapa elemen jenis latihan, total
waktu latihan, berat beban yang diangkat, jumlah set dalam latihan
interval dan sirkuit sebagai ukuran rangsangan motorik dalam satu unit latihan.
Intensitas menurut Tohar (2004 : 55) adalah takaran yang menunjukkan kadar atau
tingkat pengeluaran energi, alat dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan
maupun pertandingan. Intensitas latihan plaiometrik dapat ditingkatkan dengan
penambahan beban pada hal-hal tertentu dengan peningkatan ketinggian
rintangan-rintangan (bilah) untuk depth jump atau dengan memperlebar jarak
dalam longitudinal jump. Recovery dikatakan oleh Tohar (2004 : 55)
adalah waktu yang digunakan untuk pemulihan tenaga kembali antara satu elemen
materi latihan dengan elemen berikutnya. Menurut O’Shea yang dikutip oleh M.
Sajoto (1988 : 48) mengatakan bila latihan lebih dari satu rangkaian, maka masa
istirahat dalam rangkaian adalah antara 1-2 menit.
Menurut
Bompa yang dikutip oleh M. Sajoto (1988 : 33) mengatakan bahwa tes untuk
mengevaluasi hasil latihan kekuatan dapat dilaksanakan setelah antara 4-6
minggu dari suatu masa siklus latihan makro. Frekuensi menurut Tohar (2004 :
55) adalah ulangan gerak beberapa kali atlet harus melakukan gerakan setiap
giliran. Frekuensi tinggi berarti ulangan gerak banyak sekali dalam satu
giliran. Frekuensi dapat juga diartikan berapa kali latihan per hari atau
berapa hari latihan per minggu.
Dalam penelitian ini frekuensi latihan
yang dipakai adalah tiga kali per minggu selama enam minggu. Sehingga tidak
terjadi kelelahan yang kronis dengan lama latihan enam minggu tersebut.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasakan hasil pembahasan
di atas, maka dapat menyimpulkan bahwa:
1. Ada
perbedaan pengaruh antara latihan melompati rintangan dan meraih sasaran di
atas terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa SD, SMP dan SMA.
2. Latihan
lompat dengan rintangan lebih baik pengaruhnya dari pada latihan lompat meraih
sasaran di atas terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa SD, SMP dan SMA.
DAFTAR
PUSTAKA
Aip Syarifuddin. 1992. Atletik.
Jakarta : Depdikbud.
Aip Syarifuddin dan Muhadi.
1992/1993. Pendidikan Jasmani dan Kesehatan. Jakarta :
Depdikbud.
Bernhard, G. 1993. Atletik
Prinsip Dasar Latihan Loncat Tinggi, Jauh, Jangkit dan Loncat Galah. Terjemahan
dari String Trainning voor. Djeugd. Semarang : Dahara Prize.
Carr, Gerry. 2000. Atletik (Edisi
Terjemahan). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Engkos, Kosasih. 1985. Olahraga
Tehnik dan Program Latihan. Jakarta. Akademika Pressindo.
0 Comments