KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,
dimana karena berkat dan rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah ini. Kami
juga berterima kasih kepada Guru, keluarga dan teman-teman yang telah
membimbing dan mendukung kami hingga makalah ini dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun guna memberikan pengetahuan tentang
“Free Seks”. Sehingga kita mengetahui apa itu free seks Di zaman seperti ini,
banyak orang yang kurang mengetahui tentang free seks. Sehingga free seks
banyak terjadi di kalangan masyarakat, terutama di kalangan remaja (pelajar).
Semua itu dikarenakan kurangnya ilmu pengetahuan yang ada pada diri seseorang.
Kehadiran makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat. Sehingga tidak banyak terjadi penyimpangan seks di zaman.
BAB I
PENDAHULUAN
1. PENGERTIAN SEKS
Seks merupakan naluri alamiah yang dimiliki oleh setiap
makhluk hidup di muka bumi ini. Bukan hanya manusia yang memiliki naluri seks,
tetapi juga termasuk hewan dan makhluk hidup lainnya (tumbuhan). Seks
diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup hidup suatu spesies atau suatu
kelompok (jenis) makhluk hidup. Tujuan utama dari seks adalah untuk repeuduksi
buat kepentingan regenerasi. Artinya setiap makhluk hidup melakukan seks untuk
memperoleh keturunan agar dapat menjaga dan melestarikan keturunannya. Selain
itu tujuan seks adalah sebagai sarana untuk memperoleh kepuasan dan relaksasi
dalam kehidupan (bagi manusia).
Kegiatan seks (bagi manusia) hanya boleh dilakukan ketika
sudah ada ikatan yang sah antara laki-laki dan perempuan, ikatan itu disebut
dengan nikah. Hubungan seks yang dilakukan diluar pernikahan merupakan suatu
pelanggaran terhadap norma-norma (baik norma agama maupun norma-noram yang
berlaku lainnya) dan merupak suatu perbuatan dosa yang besar dan sangat berat
hukumannnya.
Kita sering mendengar baik dari cerita teman-teman ataupun
dari berita tentang perilaku manusia zaman sekarang yang sering melakukan
hubungan seks diluar nikah (merupakan bagian dari seks bebas / free seks).
Hubungan seks tersebut merupakan hubungan seks liar yang dilakukan secara
illegal dalam artian sudah menyalahi norma-norma yang ada.
Tidak sepantasnya apabila seorang manusia melakukan hubungan
seks diluar nikah (seks bebas / free seks), karena hal itu lebih cenderung
kepada sifat-sifat kehewanan. Coba kita bandingkan dengan hewan-hewan yang
melakukan hubungan seks sesuka hatinya, dengan pasangan yang berbeda-beda dan
dilakukan dimanapun yang penting ada kemauan. Hewan melakukan hal tersebut
karena mereka tidak dianugerahi akal dan pikiran untuk melihat mana yang baik,
mana yang buruk, mana yang pantas dan mana yang tidak pantas untuk dilakukan.
Selain itu, hewan tidak terikat dengan norma-norma yang mengharuskannya untuk
megikuti aturan dari norma yang berlaku dan mengikat seorang manusia. Kalau
manusia melakukan kegiatan seks bebas / free seks, berarti derajat mereka tidak
lebih dari hewan yang berwajah manusia, karena manusia dianugerahi oleh Tuhan
akal dan pikiran untuk dapat memilih mana yang baik, mana yang buruk, mana yang
pantas dan mana yang tidak pantas untuk dilakukan.
Hawa nafsu merupakan hal yang sangat menentukan dalam
terjadinya perilaku seks bebas / free seks. Hubungan seks dilakukan apabila
hawa nafsu sudah menguasai dirinya. Hawa nafsu membuat seseorang lupa
segala-segalanya, termask lupa akan Tuhan, yang dia tahu hanyalah bagaimana
caranya agar nafsunya tersebut dapat tersalurkan. Oleh karena itu, sebagai
manusia ang diberukan kelebihan oleh Tuhan dibandingfkan dengan makhluk lainnya,
kendalikanlah hawa nafsu kita agar derajat kita bias lebih tingi dari
makhluk-makhluk yang lain. Karena diasaat kita kalah oleh hawa nafsu, maka
derajat kita sama dengan seekor hewan.
Seks bebas / free seks merupakan pengaruh budaya yang datang
dari barat dan kemudian diadopsi oleh masyarakat Indonesia tanpa memfilternya
terlebih dahulu. Revolusi seks yang mencuat di Amerika Serikat dan Eropa pada
akhir tahun 1960-an sudah mermabah masuk kenegeri kita tercinta ini melalui
piranti teknologi informasi dan saran-sarana hiburan lainnya semakin canggih.
Sekarang, untuk mendapatkan suatu video, gambar dan cerita-cerita tentang seks
dan pornografi lainnya sangat mudah, tinggal cari di internet dengan
mengunjungi situs-situs yang meyediakan layanan dewasa tersebut selain itu juga
film-film dewasa tersebut juga sudah dijual oleh para pedagang kaset dan video.
Begtu mudahnya akses untuk mendapatkan hal-hal yang berbau pornografi sekarang
ini menyebabkan semakin meningkatnya angka perilaku seks bebas / free seks di dalam
masyarakat.
2. FASE REMAJA
Manusia selau mengalami perubahan, baik itu perubahan yang
bersifat fisik (bentuk tubuh) maupun yang bersifat nonfisik (sifat dan tingkah
laku). Masa remaja merupakan masa yang pasti dialami oleh setiap orang. Pada
masa ini, pola piker kita mengalami peralihan dari pola pikir yang masih
bersifat kekanak-kanakan menjadi pola pikir yang lebih dewasa. Setelah melewati
masa remaja maka setiap orang akan memasuki sebuah tahapan atau fase yag
disebut dengan fase pendewasaan. Di dalam fase ini manusia mengalami perubahan
pola pikir menjadi lebih matang secara bertahap.
Pada masa remaja biasanya setiap individu masih bingung
dalam menentukan siapa sebenarnya dia (tahap pencarian jati diri) dalam artian
masih mencari apa yang harus ia lakukan dalam kehidupannya. Pada masa inilah
diperlukan penanaman nilai-nilai norma yang berlaku agar pada waktu menjalani
fase pendewasaan tidak terjerumus kedalam jurang kesalahan yang dalam.
3. FASE PENDEWASAAN
Masa remaja biasanya dialami pada saat usia sekolah
menengah, setelah masa remaja ini terlewati maka fase selanjutnya adalah fase
pendewasaan yang biasanya dialami setelah lulus SMU atau pada waktu (seumuran)
pertama kali kuliah (awal menjadi mahasiswa). Pada saat menjadi mahasiswa pola
pikir seseorang akan menjadi semakin kritis, responsive dan cenderung idealis.
Pada fasae inilah pola piker terbentuk menjadi semakin matang. Tapi yang
penulis maksud disini bukan berarti bahwa karena menjadi mahasiswalah
pikirannya menjadi lebih matang, tetapi yang penulis maksud adalah pada waktu
seumuran mahasiswa walaupun seseorang tersebut tidak menjadi mahasiswa (yang
mengalami hal ini bukan haya mahasiswa tapi semua orang).
Saat pertama menjadi mahasiswa, setiap individu pasti
merasakan perbedaan yang sangat signifikan dibandingkan dengan masa-masa SMU
dan kemungkinan terjerumus kedalam hal-hal yang negatif (seks bebas / free
seks) sangat besar. Apalagi, bagi mereka yang arus tinggal terpisah dengan
orang tua mereka.
4. FAKTA DAN ANALISIS
Penulis akan membahas tentang perilaku seks bebas / free
seks di kalangan remaja (siswa SMU) dan masiswa. Fakta-fakta yang penulis
temukan dilapanganakan penulis tulis dan sya analisis seadanaya.
a. Remaja (SMU)
Seks bebas / free seks ini disebabkan karena ada beberapa
tahapan yang biasanya dilakukan sebelum seseorang berani melakukan hubungan
seks yaitu:
- Pegangan tangan
- Ciuman sebatas ciuman di pipi dan kening
- Ciuman bibir (kiss franc)
- Pelukan
- Petting (mulai berani melepas pakaian bagian atas)
- Meraba kebagian-bagian yang sensitif (mulai berani buka-bukaan)
- Melakukan hubungan seks
Biasanya para remaja pada saat berpacaran baru berani
melakukan tahapan dari nomor 1 sampai dengan nomor 5 (walaupun banyak juga yang
berani melakukan tahapan nomor 6, tapi hanya sebagian kecil yang sudah berani
melakukan hubungan seks denga pacarnya).
Penulis pernah mendengar seorang siswi SMU kelas 3 yang
kumpul kebo dengan seorang laki-laki yang merupakan seorang mahasiswa. Mereka
sangat berani tidur satu kamar dan melakukan hubungan seks. Bahkan menurut
teman satu kelasnya, seks merupakan kebutuhan yang wajib mereka penuhi dalam
kehidupan mereka.
Terlintas dalam pikiran penulis sebuah pertanyaan ketika
mengetahui ada remaja yang melakukan hubungan seks seperti diatas “apakah sudah
sedemikian ruasaknya pergaulan remaja saat ini?”. Memang penulis akui tidak
tidak banyak kasus hubungan seks antar remaja yang say dapati di daerah ni,
tapi daerah yang penulis amati dan teliti ini merupakan daerah yang jauh dari
hiruk pikuk kehidupan kota besar seperti Banjarmasin. Dini dapat penulis
simpulkan bahwa didaerah yang seperti itu saja sudah terdapat kasus seks bebas
/ free seks, apalagi kalau di kota besar, mungkin hal itu sudah biasa terjadi
(mudah-mudahan saja tidak).
b. Mahasiswa
Mahasiswa seharusnya adalah sosok yang mempunyai wibawa
bukan sebaliknya malah tidak memunyai wibawa sama sekali. Dengan melakukan
hubunga seks diluar nikah, apakah seorang mahasiswa pantas menjadi sosok yang
diteladani?. Menurut pengamatan penulis, sebagian besar mahasiswa pernah melakukan
hubungan seks diluar nikah. Bahkan hubungan seks tersebut bukan hanya dilakukan
dengan satu pasangan saja melainkan dilakukan denbgan beberapa pasangan
(gonta-ganti pasangan).
Dalam bagian ini penulis tidak terlalu banyak mengomentari,
akan tetapi penulis akan menyuguhkan fakta-fakta yang ada dan mengajak pembaca
untuk berfikir dan menganalisis sendiri apa yang sebenarnya sudah terjadi
dikalangan remaja, mahasiswa dan masyarakat dalam hal seks bebas / free seks.
BAB II
PEMBAHASAN
1. FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA FREE SEKS
Menurut beberapa penelitian, cukup banyak faktor penyebab
remaja melakukan perilaku seks bebas / free seks. Salah satu di antaranya
adalah akibat atau pengaruh mengonsumsi berbagai tontonan. Apa yang ABG tonton,
berkorelasi secara positif dan signifikan dalam membentuk perilaku mereka,
terutama tayangan film dan sinetron, baik film yang ditonton di layar kaca
maupun film yang ditonton di layar lebar.
Disyukuri memang karena ada kecenderungan dunia perfilman
Indonesia mulai bangkit kembali, yang ditandai dengan munculnya beberapa film
Indonesia yang laris di pasaran. Sebutlah misalnya, film Ada Apa Dengan Cinta,
Eiffel I’m in Love, 30 Hari Mencari Cinta, serta Virgin. Tetapi rasa syukur itu
seketika sirna seiring dengan munculnya dampak yang ditimbulkan dari film
tersebut. Terutama terhadap penonton usia remaja.
Menurut hemat penulis, film-film yang disebutkan tadi laris
di pasaran bukan karena mutu pembuatan filmnya akan tetapi lebih karena film
tersebut menjual kehidupan remaja, bahkan sangat mengeksploitasi kehidupan
remaja. Film tersebut diminati oleh banyak remaja ABG bukan karena mutu
cinematografinya, melainkan karena alur cerita film tersebut mengangkat sisi
kehidupan percintaan remaja masa kini. Film tersebut diminati remaja ABG,
karena banyak mempertontonkan adegan-adegan syur dengan membawa pesan-pesan
gaya pacaran yang sangat “berani”, dan secara terang-terangan melanggar norma
sosial kemasyarakatan, apalagi norma agama.
Sebagai penulis, penulis sulit dan amat sulit memahami apa
sesungguhnya misi yang ingin disampaikan oleh film tersebut terhadap
penontonnya. Bukan saja karena tidak menggambarkan keadaan sebenarnya yang
mayoritas remaja bangsa Indonesia, tetapi juga karena ia ditonton oleh anak-anak
yang belum dapat memberi penilaian baik dan buruk. Mereka baru mampu mencontoh
apa yang terhidang. Akibatnya, remaja mencontoh gaya pacaran yang mereka tonton
di film. Akibatnya pacaran yang dibumbui dengan seks bebas / free sekspun
akhirnya menjadi kebiasaan yang populer di kalangan remaja. Maka, muncullah
patologi sosial seperti hasil penelitian di atas.
Hal kedua yang menjadi penyebab seks bebas / free seks di
kalangan remaja adalah faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun
lingkungan pergaulan. Lingkungan keluarga yang dimaksud adalah cukup tidaknya
pendidikan agama yang diberikan orangtua terhadap anaknya. Cukup tidaknya kasih
penulisng dan perhatian yang diperoleh sang anak dari keluarganya. Cukup
tidaknya keteladanan yang diterima sang anak dari orangtuanya, dan lain
sebagainya yang menjadi hak anak dari orangtuanya. Jika tidak, maka anak akan
mencari tempat pelarian di jalan-jalan serta di tempat-tempat yang tidak
mendidik mereka. Anak akan dibesarkan di lingkungan yang tidak sehat bagi pertumbuhan
jiwanya. Anak akan tumbuh di lingkungan pergaulan bebas.
Dalam lingkungan pergaulan remaja ABG, ada istilah yang
kesannya lebih mengarah kepada hal negatif ketimbang hal yang positif, yaitu
istilah “Anak Gaul”. Istilah ini menjadi sebuah ikon bagi dunia remaja masa
kini yang ditandai dengan nongkrong di kafe, mondar-mandir di mal, memahami
istilah bokul, gaya fun, berpakaian serba sempit dan ketat kemudian memamerkan
lekuk tubuh, dan mempertontonkan bagian tubuhnya yang seksi.
Sebaliknya mereka yang tidak mengetahui dan tidak tertarik
dengan hal yang disebutkan tadi, akan dinilai sebagai remaja yang tidak gaul
dan kampungan. Akibatnya, remaja anak gaul inilah yang biasanya menjadi korban
dari pergaulan bebas, di antaranya terjebak dalam perilaku seks bebas / free
seks.
2. DAMPAK DAN CARA MENANGGULANGINYA
Pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas / free seks
masih sangat rendah. Yang paling menonjol dari kegiatan seks bebas / free seks
ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun ada
sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia dimana 20 persennya dilakukan
remaja. Di Amerika, 1 dari 2 pernikahan berujung pada perceraian, 1 dari 2 anak
hasil perzinahan, 75 % gadis mengandung di luar nikah, setiap hari terjadi 1,5
juta hubungan seks dengan pelacuran. Di Inggris 3 dari 4 anak hasil perzinahan,
1 dari 3 kehamilan berakhir dengan aborsi, dan sejak tahun 1996 penyakit
syphillis meningkat hingga 486%. Di Perancis, penyakit gonorhoe meningkat 170%
dalam jangka waktu satu tahun. Di negara liberal, pelacuran, homoseksual/
lesbian, incest, orgy, bistiability, merupakan hal yang lumrah bahkan menjadi
industri yang menghasilkan keuntungan ratusan juta US dolar dan disyahkan oleh
undang-undang.
Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi
pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi dilakukan
oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan terhadap
keselamatan jiwa ibu. Apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak profesional (unsafe
abortion).
Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka
pendek secara langsung berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai
kematian. Dampak jangka panjang berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya
infertilitas.
Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya
harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua
belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan
terhadap masyarakat.
Bagaimana
Remaja Bersikap?
Hubungan seks di luar pernikahan menunjukkan tidak adanya
rasa tanggung jawab dan memunculkan rentetan persoalan baru yang menyebabkan
gangguan fisik dan psikososial manusia. Bahaya tindakan aborsi, menyebarnya
penyakit menular seksual, rusaknya institusi pernikahan, serta ketidakjelasan
garis keturunan. Kehidupan keluarga yang diwarnai nilai sekuleristik dan
kebebasan hanya akan merusak tatanan keluarga dan melahirkan generasi yang
terjauh dari sendi-sendi agama.
Melihat fenomena ini, apa yang harus kita lakukan dalam
upaya menyelamatkan generasi muda? Ada beberapa solusi, di antaranya :
a. Membuat regulasi yang dapat melindungi anak-anak dari
tontonan yang tidak mendidik. Perlu dibuat aturan perfilman yang memihak kepada
pembinaan moral bangsa. Oleh karena itu Rancangan Undang-Undang Anti Pornografi
dan Pornoaksi (RUU APP) harus segera disahkan.
b. Orangtua sebagai penanggung jawab utama terhadap kemuliaan
perilaku anak, harus menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dalam
keluarganya. Kondisi rumah tangga harus dibenahi sedemikian rupa supaya anak
betah dan kerasan di rumah.
Berikut petunjuk-petunjuk praktis yang diberikan Stanley
Coopersmith (peneliti pendidikan anak), kepada orangtua dalam mendidik dan
membina anak. Yaitu :
a. Kembangkan komunikasi dengan anak yang bersifat suportif.
Komunikasi ini ditandai lima kualitas; openness, empathy, supportiveness,
positivenes, dan equality.
b. Tunjukkanlah penghargaan secara terbuka. Hindari kritik.
Jika terpaksa, kritik itu harus disampaikan tanpa mempermalukan anak dan harus
ditunjang dengan argumentasi yang masuk akal.
c. Latihlah anak-anak untuk mengekspresikan dirinya. Orangtua
harus membiasakan diri bernegosiasi dengan anak-anaknya tentang ekspektasi
perilaku dari kedua belah pihak.
d. Ketahuilah bahwa walaupun saran-saran di sini berkenaan
dengan pengembangan harga diri, semuanya mempunyai kaitan erat dengan
pengembangan intelektual. Proses belajar biasa efektif dalam lingkungan yang
mengembangkan harga diri. Intinya, hanya apabila harga diri anak-anak dihargai,
potensi intelektual dan kemandirian mereka dapat dikembangkan.
Selain petunjuk yang diberikan Stanley di atas, keteladanan
orangtua juga merupakan faktor penting dalam menyelamatkan moral anak. Orangtua
yang gagal memberikan teladan yang baik kepada anaknya, umumnya akan menjumpai
anaknya dalam kemerosotan moral dalam berperilaku.
Melihat fenomena ini, sepertinya misi menyelamatkan moral
serta memperbaiki perilaku generasi muda harus segera dilakukan dan misi ini
menjadi tanggung jawab bersama, tanggung jawab dari seluruh elemen bangsa. Jika
misi ini ditunda, maka semakin banyak generasi muda yang menjadi korban dan
tidak menutup kemungkinan kita akan kehilangan generasi penerus bangsa
3. BANYAK ORANG YANG MENJALANI FREE SEKS DI IDONESIA (PERSENTASE)
Beberapa penelitian menunjukkan, remaja putra maupun putri
pernah berhubungan seksual. Di antara mereka yang kemudian hamil pranikah
mengaku taat beribadah. Penelitian di Jakarta tahun 1984 menunjukkan 57,3
persen remaja putri yang hamil pranikah mengaku taat beribadah. Penelitian di
Bali tahun 1989 menyebutkan, 50 persen wanita yang datang di suatu klinik untuk
mendapatkan induksi haid berusia 15-20 tahun. Menurut Prof. Wimpie, induksi
haid adalah nama lain untuk aborsi. Sebagai catatan, kejadian aborsi di
Indonesia cukup tinggi yaitu 2,3 juta per tahun. “ Dan 20 persen di antaranya
remaja,” kata Guru Besar FK Universitas Udayana, Bali ini.
Penelitian di Bandung tahun 1991 menunjukkan dari pelajar
SMP, 10,53 persen pernah melakukan ciuman bibir, 5,6 persen melakukan ciuman
dalam, dan 3,86 persen pernah berhubungan seksual. Dari aspek medis, menurut
Dr. Budi Martino L., SPOG, seks bebas / free seks memiliki banyak konsekwensi
misalnya, penyakit menular seksual,(PMS), selain juga infeksi, infertilitas dan
kanker. Tidak heranlah makin banyak kasus kehamilan pranikah, pengguguran
kandungan, dan penyakit kelamin maupun penyakit menular seksual di kalangan
remaja (termasuk HIV/AIDS).
Di Denpasar sendiri, menurut guru besar Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, per November 2007, 441 wanita dari 4.041 orang dengan
HIV/AIDS. Dari 441 wanita penderita HIV/AIDS ini terdiri dari pemakai narkoba
suntik 33 orang, 120 pekerja seksual, 228 orang dari keluarga baik. Karena
keadaan wanita penderita HIV/AIDS mengalami penurunan sistem kekebelan tubuh
menyebabkan 20 kasus HIV/AIDS menyerang anak dan bayi yang dilahirkannya.
Tindakan remaja yang seringkali tanpa kendali menyebabkan
bertambah panjangnya problem sosial yang dialaminya. Menurut WHO, di seluruh
dunia, setiap tahun diperkirakan sekitar 40-60 juta ibu yang tidak menginginkan
kehamilan melakukan aborsi. Setiap tahun diperkirakan 500.000 ibu mengalami
kematian oleh kehamilan dan persalinan. Sekitar 30-50 % diantaranya meninggal
akibat komplikasi abortus yang tidak aman dan 90 % terjadi di negara berkembang
termasuk Indonesia.
Dampak Seks bebas / free seks terhadap Kesehatan Fisik dan
Psikologis Remaja
Pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas / free seks masih sangat rendah. Yang paling menonjol dari kegiatan seks bebas / free seks ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia dimana 20 persennya dilakukan remaja. Di Amerika, 1 dari 2 pernikahan berujung pada perceraian, 1 dari 2 anak hasil perzinahan, 75 % gadis mengandung di luar nikah, setiap hari terjadi 1,5 juta hubungan seks dengan pelacuran. Di Inggris 3 dari 4 anak hasil perzinahan, 1 dari 3 kehamilan berakhir dengan aborsi, dan sejak tahun 1996 penyakit syphillis meningkat hingga 486%. Di Perancis, penyakit gonorhoe meningkat 170% dalam jangka waktu satu tahun. Di negara liberal, pelacuran, homoseksual/ lesbian, incest, orgy, bistiability, merupakan hal yang lumrah bahkan menjadi industri yang menghasilkan keuntungan ratusan juta US dolar dan disyahkan oleh undang-undang.
Pengetahuan remaja mengenai dampak seks bebas / free seks masih sangat rendah. Yang paling menonjol dari kegiatan seks bebas / free seks ini adalah meningkatnya angka kehamilan yang tidak diinginkan. Setiap tahun ada sekitar 2,3 juta kasus aborsi di Indonesia dimana 20 persennya dilakukan remaja. Di Amerika, 1 dari 2 pernikahan berujung pada perceraian, 1 dari 2 anak hasil perzinahan, 75 % gadis mengandung di luar nikah, setiap hari terjadi 1,5 juta hubungan seks dengan pelacuran. Di Inggris 3 dari 4 anak hasil perzinahan, 1 dari 3 kehamilan berakhir dengan aborsi, dan sejak tahun 1996 penyakit syphillis meningkat hingga 486%. Di Perancis, penyakit gonorhoe meningkat 170% dalam jangka waktu satu tahun. Di negara liberal, pelacuran, homoseksual/ lesbian, incest, orgy, bistiability, merupakan hal yang lumrah bahkan menjadi industri yang menghasilkan keuntungan ratusan juta US dolar dan disyahkan oleh undang-undang.
Lebih dari 200 wanita mati setiap hari disebabkan komplikasi
pengguguran (aborsi) bayi secara tidak aman. Meskipun tindakan aborsi dilakukan
oleh tenaga ahlipun masih menyisakan dampak yang membahayakan terhadap keselamatan
jiwa ibu. Apalagi jika dilakukan oleh tenaga tidak profesional (unsafe
abortion).
Secara fisik tindakan aborsi ini memberikan dampak jangka
pendek secara langsung berupa perdarahan, infeksi pasca aborsi, sepsis sampai
kematian. Dampak jangka panjang berupa mengganggu kesuburan sampai terjadinya
infertilitas.
Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat.
Secara psikologis seks pra nikah memberikan dampak hilangnya harga diri, perasaan dihantui dosa, perasaan takut hamil, lemahnya ikatan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap masyarakat.
BAB III
PENUTUP
1. KESIMPULAN
Dari penjabaran diatas penulis menyimpulkan bahwa
faktor-faktor yang menimbulkan adanya free seks adalah sebagai berikut :
a. Pergaulan.
Kita tahu pergaulan punya pengaruh
besar terhadap perilaku kita. Maka jika seseorang mempunyai lingkungan
pergaulan dari kalangan teman-teman yang suka melakukan seks bebas / free seks,
maka dia juga bisa terpengaruh dan akhirnya ikut melakukan seks bebas / free seks.
b. Pornografi
Pengaruh materi pornografi (film,
video, internet dsb). Jika seseorang berulang kali mengakses materi pornografi,
maka ini bisa mendorong terjadinya perilaku seks bebas / free seks.
c. Pengaruh obat/narkoba dan alkohol.
Seseorang yang bebas dari pengaruh
narkoba dan alkohol bisa berfikir jernih dan ini mencegah dia melakukan
perilaku berisiko. Dalam keadaan dipengaruhi oleh narkoba dan alkohol, maka
pemikiran jernih bisa menurun dan ini bisa mendorong terjadinya perilaku seks bebas
/ free seks.
d. kualitas hubungan suami-isteri (buat
yang sudah menikah).
Jika ada masalah dalam hubungan
suami-isteri, maka ini bisa mendorong ybs melakukan hubungan seks bebas / free
seks.
Jadi kombinasi dari sejumlah faktor
diataslah yang merupakan penyebab free seks.
2. SARAN
Remaja juga harus bisa menjaga diri. Hal ini mampu dilakukan
pada remaja yang mempunyai kejelasan konsep hidup dalam menjalani hidupnya.
Orang tua sejak usia dini harus menanamkan dasar yang kuat pada diri anak bahwa
Tuhan yang maha esa menciptakan manusia untuk beribadah kepada-Nya. Jika konsep
hidup yang benar telah tertanam maka remaja akan memahami jati dirinya,
menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya, mengerti hubungan dirinya dengan
lingkungaanya. Kualitas akhlak akan terus terpupuk dengan memahami batas-batas
nilai, komitmen dengan tanggung jawab bersama dalam masyarakat. Remaja akan
merasa damai di rumah yang terbangun dari keterbukaan, cinta kasih, saling
memahami di antara sesama keluarga. Pengawasan dan bimbingan dari orang tua dan
pendidik akan menghindarkan dari pergaulan bebas
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ashify, Muhammad Mahdi. 1997. Hawa Nafsu. Bangil:
YAPI (Yayasan Pesantren Islam).
Sastro
Winata, Sulaiman. 2004. Ilmu Kesehatan Reproduksi. Obstetri Patologi. Jakarta :
EGC.
Winjosastro,
Hanifa. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
www.google.com\\seks_bebas\
diakses 18 Mei 2008.
0 Comments