A.
Sejarah Lempar Cakram
Lempar
cakram (Bahasa
Inggrisnya Discus Throw) adalah salah satu cabang olahraga atletik. cakram yang dilempar berukuran garis tengah 220 mm dan berat 2
kg untuk laki-laki, 1 kg untuk perempuan. Lempar cakram diperlombakan sejak Olimpiade I tahun 1896 di Athena, Yunani.
Cara
melempar cakram dengan awalan dua kali putaran badan caranya yaitu: memegang
cakram ada 3 cara, berdiri membelakangi arah lemparan, lengan memegang cakram
diayunkan ke belakang kanan diikuti gerakan badan, kaki kanan agak ditekuk,
berat badan sebagian besar ada dikanan, cakram diayunkan ke kiri, kaki kanan
kendor dan tumit diangkat, lemparan cakram 30 derajat lepas dari pegangan,
ayunan cakram jangan mendahului putaran badan, lepasnya cakram diikuti badan
condong ke depan.
B.
Sejarah Lempar Cakram di Indonesia
Berbicara
masalah lempar cakram di Indonesia, kita tidaik bisa pisahkan dengan sejarah
atletik. Karena lempar cakram adalah nomor atau bagian dari atletik. Jadi di
Indonesia atletik termasuk lempar cakram dikenal lewat bangsa Belanda yang
setengah abad lamanya menjajah Negeri Indonesia. Namun demikian atletik
termasuk lempar cakram ini tidak dikenal secara luas.
Kemudian
pada zaman pendudukan Jepang mulai awal tahun 1942-1945 kegiatan keolahragawan
mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat dipagi hari semua pelajar dan
pegawai diwajibkan melakukan senam. Selain itu diberikan pelajaran beladiri dan
atletik termasuk lempar cakram. Tetapi semua aktivitas jasmani yang dilakukan
oleh seluruh bangsa Indonesia itu hanya untuk kepentingan orang-orang Jepang
sendiri, dalam usaha memenangkan perang (Drs. Aip Syrifuddin, 1998 : 3).
Kemudian
setelah Indonesia merdeka perkembangan olahraga termasuk lempar cakram semakin
meluas bahkan setiap orang diberikan kesempatan untuk melakukan latihan-latihan
atletik termasuk lempar cakram (Drs. Sunaryo Basuki, 1979 : 37).
Dari
penjelasan sejarah atletik diatas, maka dalam bab ini penulis akan menguraikan
hal-hal sebagai berikut :
- Panjang lengan
- Lempar cakram
- Pengaruh panjang l;engan terhadap prestasi lempar cakram
C.
Panjang Lengan
Panjang
lengan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam olahraga
khususnya lempar cakram, karena panjang lengan akan memungkinkan dalam
pencapaian prestasi yang maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat yang
mengatakan bahwa bentuk tubuh atau postur tubuh merupakan salah satu faktor
penentu dalam pencapaian prestasi yang maksimal (Soeharno H. P. 1985 : 8).
Disamping
panjang lengan, dapat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain
kekuatan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa kekuatan lengan
adalah kemampuan kelompok otot-otot lengan untuk dapat mengatasi tahanan atau
beban dalam menjalankan aktivitas (Drs. Soeharno H. P. 1985 : 224),
Standar
yang digunakan untuk mengukur panjang lengan menggunakan meteran baja
(Antropometer) yang diukur melalui pangkal persendian bahu yang paling atas
sampai ujung jari tengah. Hal ini sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa
lengan adalah anggota gerak bagian atas mulai dari gelang bahu sampai ujung
jari (Soedarminta, 1994 : 108).
Berdasarkan
pendapat diatas, maka hasil pengukuran dapat dibaca sesuai dengan apa yang
tertera pada alat ukur. Siswa yang memiliki panjang lengan diatas rata-rata
maka dianggap sebagai siswa berlengan panjang, sedangkan siswa yang memiliki
panjang lengan dibawah rata-rata diangggap sebagai siswa yang berlengan pendek.
Untuk
cabang olahraga atletik khususnya nomor lempar cakram, apabila ada seseoarang
yang memiliki lengan panjang kecenderungan akan berpengaruh pada jauhnya
lemparan jika didukung oleh kekuatan otot yang baik bila dibandingkan seseorang
yang memiliki lengan pendek.
D.
Lempar Cakram
Ada
beberapa hal mengenai lempar cakram yang akan diuraikan sebagai berikut :
- Pengetian lempar cakram
- Tehnik-tehnik lempar cakram
- Peraturan dalam lempar cakram
1.
Pengertian lempar cakram
Untuk
memahmi pengertian lempar cakram, terlebih dahulu kita memahami pemgertian
lempar cakram. Lempar adalah olahraga dengan melempar (lembing, peluru, martil,
cakram).(W. J. S. Poerwadarminta, 1976 : 584).
Sedangkan
cakram sebuah benda kayu yang berbentuk piring berbingkai sabuk besi (Didi
Sugandi, 1986 : 51).
Jadi
lempar cakram adalah salah satu nomor lomba dalam atletik yang menggunakan
sebuah benda kayu yang berbentuk piring bersabuk besi, atau bahan lain yang
bundar pipih yang dilemparkan.
a. Cara memegang cakram
Untuk memudahkan memegangnya, cakram
diletakkan pada telapak tangan kiri (bagi pelempar yang tidak kidal) sedangkan
telapak tangan kanan diletakkan diatas tengah cakram, keempat jari agak jarang
(terbuka) menutupi pinggiran cakram (ruas jari yang terakhir menutupi cakram)
sedangkan ibu jari bebas.
b. Ada dua gaya dalam
lempar cakram
·
Gaya
samping
Sikap permulaan berdiri miring/menyamping
kearah sasaran, sesaat akan memulai berputar lengan kanan diayun jauh ke
belakang, sumbu putaran pada kaki kiri (telapak kaki bagian depan atau ujung)
selama berputar lengan kanan selalu di belakang, pada posisi melempar badan
merendah lengan kanan di belakang pandangan ke arah sasaran, setelah cakram
lepas dari tangan kaki kanan melangkah ke depan berpijak dibekas telapak kaki
kiri yang saat itu telah berayun ke belakang.
• Gaya belakang
• Gaya belakang
Sikap pertama berdiri membelakangi arah
lemparan sesaat akan berputar lengan kanan diayun jauh ke belakang pandangan
mulai melirik ke kiri, saat mulai berputar ujung telapak kaki kiri sebagai
sumbu dan tolakan kaki kiri itu pula badan meluncur ke arah lemparan, kaki
kanan secepatnya diayun memutar ke kiri untuk berpijak, sesaat kaki kanan
mendarat kaki kiri dengan cepat pula diayum ke kiri untuk berpijak dan
terjadilah sikap lempar, setelah cakram lepas dari tangan kaki kanan segera
diayun ke depan dan kaki kiri diayun ke belakang.
3.
Peraturan dalam lempar cakram
Lempar
cakram harus dimulai dengan sikap berdiri seimbang dengan lingkaran lempar
tanpa menginjak garis lingkaran. Pelempar tidak boleh meninggalkan lingkaran
lempar sebelum juri mengatakan sah posisi berdirinya melalui setengah lingkaran
bagian dalam.pelempar boleh menyentuh dinding bagian dalam dari balok batas
lemparan tetapi tidak boleh menyentuh bagian atasnya. Lemparan akan diukur
dengan lemparan yang ditarik dari bekas jatuhnya cakram yang terdekat ketepi
dalam balok. Bila peserta lebih dari 8 orang, maka peserta akan diberi hak
melempar sebanyak 3 kali, kemudian akan ditentukan 8 pelempar terbaik untuk
mengikuti babak berikutnya (final). Bila peserta lomba 8 orang atau kurang,
kesempatan melempar sebanyak 6 kali langsung final.
Lingkaran
lemparan tersebut terbuat dari besi, baja atau bahan lain yang sesuai. Bagian
atasnya dipasang rata dengan tanah diluarnya. Bagian dalam terbuat dari semen,
aspal atau bahan lain yang kokoh tetapi tidak licin permukaannya bagian dalam
harus datar lebih rendah 14 mm sampai 26 mm dari sisi atas tepi lingkaran.
Ukuran
garis tengah sebelah dalam lingkaran lempar adalah 2,5 m, tebal besi lingkaran
lempar 6 mm dan harus dicat putih. Garis putih selebar 5 cm harus ditarik dari
bagian atas lingkaran besi sepanjang 75 cm pada kedua sisi lingkaran.
4.
Faktor-fakor yang mempengaruhi prestasi dalam lempar cakram
a.
Faktor internal atau dari dalam atlet
1.
Kesehatan fisik dan mental yang baik
Kita
sebagai manusia terbentuk dari unsur jasmani dan rohani, keduanya memegang
peranan penting dan tidak dapat dipisah satu dengan yang lainnya karena saling
mempengaruhi. Apabila fisik terganggu oleh suatu penyakit maka faktor fsikispun
ikut terganggu. Oleh karena itu kesehatan fisik harus selalu dijaga agar tetap
dalam keadaan sehat.
Dengan
demikian faktor psikis, pemeliharaan dapat dilakukan dengan jalan pemeliharaan
suasana lingkungan sehat sehingga pikiran tetap jernih, serta perasaaan
tenteram dan sebagainya, menentukan karena segala kegiatan dalm mencapai
prestasi memerlukan pembiayaan yang cukup besar.
b.
Faktor-faktor eksternal (dari dalam atlet)
1.
Lingkungan keluarga
Keluarga
dapat dinyatakan sebagai suatu kelompok atau unit terkecil dari masyarakat yang
didalamnya terdapat hubungan erat antara anggota-anggotanya. Orang tua dalam
suatu keluarga mendidik anaknya secara kodrati dengan memberi dorongan.
2.
Latihan
Latihan adalah suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu, prestasi maksimal dengan diberi beban latihan fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat dan berulang-ulang (Rusli Nursalam, 1990 : 19).
Latihan adalah suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara sistematis untuk mencapai mutu, prestasi maksimal dengan diberi beban latihan fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat dan berulang-ulang (Rusli Nursalam, 1990 : 19).
Petunjuk
latihan
Pada
dasarnya tidak terdapat perbedaan kebutuhan latihan bagi para pelempar, jika
terdapat perbedaan hanya terdapat pada latihan tehnis yang dilakukan (Sugito,
1994 : 232).
Secara
garis besar disamping kebutuhan latihan untuk meningkatkan kebutuhan tehnik
nomor lempar yang dipilih para pelempar membutuhkan latihan-latihan sebagai
berikut :
1.
Latihan kekuatan
Pelempar
yang ingin berhasil harus mengembangkan kekuatan otot-ototnya dengan latihan
beban atau weight training. Prinsip-prinsip weight training adalah kesedian
untuk mengulang-ulang apa yang dipelajari. Gerakan dilang berkali-kali sehingga
pada akhirnya gerakan-gerakan itu dapat dilaksanakan tanpa memikir, segala
sesuatu sudah berlangsung secara otomatis, cepat dan efesien. Latihan harus
cukup berat sehingga dapat merangsang adaptasi-adaptasi dalam badan. Latihan
yang ringan tidak akan menimbulkan kemajuan dalam kemampuan begitu pula
sebaliknya. Latihan-latihan harus ditingkatkan, latihan harus teratur. Pada
akhirnya kemampuan berprestasi ini dibatasi oleh bakat yang tersimpan didalam
anak (Bambang Wijanarko, 1994 : 113).
Dalam
memilih macam latihan hendaknya disesuaikan dengan nomor lempar yang diikuti,
pada masa persiapan tahap kedua dapat dilakukan 2 kali dalam seminggu, dan pada
masa perlombaan masih dapat dilakukan sekali seminggu.
2.
Latihan kecepatan
Seorang
pelempar tidak hanya harus kuat, tetapi juga mampu bergerak dengan cepat. Bagi
pelempar, kecepatan akan memberikan kekuatan eksplosif yang sangat berguna
untuk meningkat prestasi lempar. Latihan kecepatan bagi para pelempar dapat berupa
: lari 30 meter, loncat tegap, jingkat 3 kali dan pul-up.
3.
Latihan daya tahan
Seorang
pelempar juga harus mempunyai daya tahan. Ini dapat dicapai dengan latihan
gross country serta lari interval.
4.
Latihan kelincahan dan keterampilan
Seorang
pelempar harus juga memiliki kelincahan dan keterampilan. Ini dapat dicapai
dengan latihan : senam lantai dan senam ketangkasan, loncat tali (rope
skiping).
E. Pengaruh panjang lengan
terhadap prestasi lempar cakram
Pengaruh
lengan terhadap prestasi lempar pada umumnya sangat besar, ditinjau dari fungsi
lengan sebagai penahan, pemegang dan sebagai alat lemparan terakhir dengan gaya
lenting. Fungsi lengan dalam lemparan ini sesuai dengan pendapat yang
mengatakan otot lengan adalah kekuatan otot-otot atau kelompok otot untuk
mengatasi suatu beban dalam menjalankan suatu aktivitas (Abdul Hamid Syeeh Nur,
1993 : 135).
Makin
tinggi dan besar pelempar cakram, makin baik adanya. Pelempar dengan lengan
panjang akan lebih menguntungkan daripada berlengan pendek. Sebab lengan yang
panjang mempunyai jangkauan ayunan yang lebih jauh (Winarno surachman, 1992 :
20). Menunjukkan bahwa bukti akan kebenaran pendapat diatas. Oleh karena itu
para Pembina olahraga khususnya pelempar cakram perlu kiranya memperhatikan postur
atau bentuk tubuh merupakan salah satu faktor penentu dalam pencapaian
preastasi yang maksimal (Soeharno HP, 1985
Seorang
yang mempunyai tubuh yang lebih tinggi dan besar sudah jelas mempunyai
jangkauan yang lebih jauh daripada yang mempunyai bentuk tubuh pendek yang pada
gilirannya tidak akan mampu melempar yang
0 Comments