KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya penulis bisa menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Tak lupa ucapan terima kasih kepada dosen mata kuliah,
teman – teman, dan semua pihak yang telah memberi bantuan serta dukungan kepada
penulis dalam menyusun dan menyelesaikan makalah ini.
Penulis membuat makalah ini, bertujuan untuk menjelaskan “Sejarah APEC
Dan Manfaatnya Bagi Negara Indonesia”. Karena melihat begitu pentingnya bagi
rakyat Indonesia secara menyeluruh untuk mengerti dan memahami lebih detail
mengenai organisasi APEC. Membahas APEC tidak lepas dari pembahasan mengenai
kondisi ekonomi yang sensitif pengaruhnya bagi kemakmuran dan kesejahteraan
rakyat. Oleh sebab itulah dalam makalah ini dijelaskan mengenai “Sejarah APEC
Dan Manfaatnya Bagi Negara Indonesia”.
Selaku manusia biasa, penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak kekurangan dan kekeliruan yang tidak disengaja. Oleh karena itu penulis
membutuhkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan pembuatan
makalah selanjutnya. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan masyarakat pada umumnya.
Penulis
|
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.............................................................................................. i
KATA
PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR
ISI......................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH.................................................................................. 2
1.3 TUJUAN PENULISAN MAKALAH.............................................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 SEJARAH APEC.............................................................................................. 3
2.2 DEKLARASI APEC........................................................................................ 4
2.3
MANFAAT APEC BAGI NEGARA INDONESIA....................................... 7
BAB
III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 10
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pada tahun 1989, para pemimpin negara –
negara yang terletak dilingkar luar Samudra Pasifik mengadakan pertemuan
multilateral dan mendeklarasikan berdirinya APEC ( Asia Pasific Economic Cooperation). Visi APEC adalah untuk
mengurangi tarif dan hambatan perdagangan lain di wilayah Asia Pasifik,
menciptakan ekonomi domestik yang efisien dan secara dramatis meningkatkan ekspor.
Kunci untuk mencapai visi APEC adalah apa yang disebut dengan ”Deklarasi Bogor”
, yaitu bahwa negara yang sudah pada tingkat industrialisasi (negara – negara
maju) akan mencapai sasaran perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka
(liberalisasi) paling lambat tahun 2010, dan wilayah yang tingkat ekonominya
sedang berkembang paling lambat tahun 2020.
Dari segi
organisasi, kelompok bernama APEC ini adalah yang terbesar di dunia. Selain
beranggotakan 21 negara, APEC memiliki kekuatan ekstra besar yang tidak
dimiliki organisasi serupa di dunia ini dalam konteks perekonomian. APEC berpenduduk 2,3 miliar jiwa dari
6 miliar jiwa penduduk dunia. Setengah dari perdagangan dunia terjadi di APEC.
Sebesar 18 triliun dollar AS Produc Domestic Bruto (PDB) dunia dari total 30
triliun dollar lebih PDB dunia ada di APEC.
Anggota APEC
merupakan negara yang berada di lingkar luar Samudra Pasifik, yaitu Amerika
Serikat, Australia, Brunei Darussalam, Cile, Cina, Filipina, Hong Kong,
Indonesia, Jepang, Kanada, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Papua Nugini,
Peru, Rusia, Selandia Baru, Singapura, Taiwan, Thailand, dan Vietnam.
Lima dari
sepuluh negara yang memiliki kekuatan perekonomian terbesar di dunia ada di
APEC, yakni Amerika Serikat, Jepang, Cina, Kanada, dan Meksiko. Sejak
digelarnya APEC Economic Leaders Meeting (AELM) di Seattle, AS tahun 1993,
setiap tahun dilahirkan deklarasi atau kesepakatan bersama di antara para
pemimpin negara – negara anggota APEC.
Bagi Indonesia,
organisasi APEC menjadi momentum bagus untuk memanfaatkan kerjasama ekonomi
regional serta memasukkan kepentingan nasional, demi memajukan kesejahteraan
dan kemakmuran rakyat. Namun,
demikian untuk mampu mewujudkan tujuan APEC yang tertuang dalam Deklarasi Bogor
tidaklah mudah, melihat dari kondisi ekonomi rakyat Indonesia yang kurang
begitu memuaskan. Selain itu dengan adanya deklarasi tersebut liberalisasi
perdagangan mengharuskan ekspor kita diturunkan. Konsekuensinya, barang dari
luar negeri mengalir deras di pasaran. Agar hal seperti itu tidak terus – menerus
menggerogoti produk lokal, pemerintah harus bergerak cepat dalam meningkatkan
dan mendorong usaha/ produk lokal agar tidak terjajah oleh produk asing.
Berdasarkan
latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah
sebagai berikut :
1. Menjelaskan sejarah
terbentuknya APEC.
2. Menyebutkan deklarasi yang
dilahirkan APEC.
3.
Dapat memahami manfaat APEC bagi negara
Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
APEC (Asia Pasific Economic Cooperation) merupakan
wadah kerja sama negara – negara di kawasan Asia Pasific di bidang ekonomi.
APEC resmi terbentuk pada bulan Nopember 1989 di Canberra, Australia. Pembentukan forum ini merupakan usulan
mantan Perdana Menteri Australia, Bob Hawke, yang merupakan kelanjutan dari
berbagai usulan dan upaya untuk mengadakan kerja sama ekonomi regional Asia
Pasific. Ada dua faktor dominan yang mendorong lahirnya APEC, yaitu :
1. Adanya
kekhawatiran akan gagalnya perundingan putaran Uruguay yang dapat berakibat
meningkatnya proteksionisme dan munculnya kelompok – kelompok perdagangan,
seperti Pasar Tunggal Eropa dan Pasar Bebas Amerika Serikat.
2. Perubahan
besar di bidang politik dan ekonomi yang sedang terjadi dan berlangsung di Uni
Soviet dan Eropa Timur.
Dua
faktor inilah yang melatarbelakangi kelahiran APEC, suatu forum kerja sama
internasional yang dimaksudkan untuk meningkatkan kerja sama ekonomi di kawasan
Asia Pasifik, terutama di bidang perdagangan dan investasi. Keanggotaannya
bersifat terbuka dan kegiatannya lebih menekankan pada kerja sama di bidang
ekonomi. Dengan kata lain, forum ini pada dasarnya ingin membentuk sebuah blok
terbuka yang keanggotaannya bersifat suka rela, dengan fokus perhatian pada
masalah ekonomi, bukan politik.
Empat tahun setelah pendiriannya pada tahun 1989, para pemimpin negara –
negara anggota APEC mulai menggelar dialog intensif dan setahun setelah
mendirikan sekretariat pada tahun 1992 APEC mulai dengan tahap pembentukan
visi.
Pada pertemuan para pemimpin ekonomi anggota APEC (AELM) yang pertama di
Blake Island, Seattle, AS. APEC menetapkan visi bahwa kawasan yang mewakili
(saat itu) populasi 40 % dari penduduk dunia, dan Produk Nasional Bruto (PNB)
mencapai sekitar 55 % PNB dunia, siap memainkan peranan penting dalam
perekonomian dunia.
Berkaitan dengan ini, APEC mendukung sepenuhnya sistem perdagangan
multilateral serta yakin bahwa perdagangan dan investasi bebas akan mampu
mengantarkan Asia Pasifik menjadi kawasan yang memiliki peran penting dalam
perekonomian dunia.
Liberalisasi perdagangan dan investasi merupakan sasaran utama APEC dan
hal ini menjadi sangat jelas sejak Deklarasi Bogor tahun 1994, ketika para
pemimpin APEC menetapkan sasaran perdagangan bebas dan investasi untuk negara
maju tahun 2010 dan negara berkembang 2020.
Sejak digelarnya AELM di Seattle, AS tahun 1993, setiap tahun dilahirkan
deklarasi atau kesepakatan bersama di antara para pemimpin negara – negara
anggota APEC.
2.2
DEKLARASI APEC
1. Blake Island, Seattle,
AS tahun 1993
Para
pemimpin APEC berhasil menciptakan visi ekonomi (Economic Vision of APEC
Leaders). Dalam pertemuan ini
disepakati untuk menciptakan sistem perdagangan yang lebih terbuka di Asia
Pasifik.
Cara yang akan ditempuh adalah dengan
menetapkan kerangka kerja sama perdagangan, investasi, dan pengalihan
teknologi, termasuk permodalan. Para pemimpin APEC menegaskan bahwa
liberalisasi perdagangan dan investasi adalah dasar identitas dan aktivitas
APEC.
2. Bogor,
Indonesia tahun 1994
Pada pertemuan di Bogor disepakati bahwa
negara yang sudah pada tingkat industrialisasi (negara – negara maju) akan
mencapai sasaran perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka
(liberalisasi) paling lambat tahun 2010, dan wilayah yang tingkat ekonominya
sedang berkembang paling lambat tahun 2020.
Sehubungan dengan ini, para pemimpin ekonomi
APEC sepakat untuk memperluas dan mempercepat program permudahan perdagangan
dan investasi di kalangan APEC. Selain itu, disepakati peningkatan kerja sama
pembangunan di antara anggota melalui program pengembangan sumber daya manusia,
pengembangan pusat – pusat pengkajian APEC dan kerja sama di bidang IPTEK
(termasuk alih teknologi). Deklarasi Bogor dikenal sebagai Deklarasi Tekad
Bersama (Declaration of Common Resolve).
- Osaka, Jepang tahun 1995
Pada pertemuan di Osaka disepakati (Osaka
Declaration), bahwa APEC mulai melangkah ke tahap aksi dengan tiga pilar, yaitu
perdagangan dan investasi, fasilitas serta kerja sama ekonomi dan teknik.
Prinsip – prinsip untuk memandu pencapaian liberalisasi dan fasilitasi meliputi
konsistensi dengan WTO, komparabilitas, nondiskriminasi, transparasi,
komprehensivitas, standstill.
Pada pertemuan di Osaka juga disepakati untuk
menyusun agenda Rencana Aksi Individual dan Rencana Aksi Kolektif yang akan
dibahas pada pertemuan berikutnya di Manila.
- Teluk Subic, Filipina tahun 1996
Pada pertemuan di Filipina disepakati untuk
menciptakan liberalisasi perdagangan dan investasi yang lebih progresif dan
komprehensif guna mencapai tujuan Deklarasi Bogor. Para pemimpin APEC
merekomendasikan diadakannya Rencana Aksi Individual masing – masing negara
anggota untuk membahas dalam pertemuan di Vancouver, Kanada.
Selain itu disepakati pula untuk
memfasilitasi dunia usaha dalam melakukan transaksi bisnis baik di dalam maupun
antaranggota ekonomi APEC. Kesepakatan yang dicapai di Filipina ini disebut
sebagai Rencana Aksi Manila untuk APEC (Manila Action Plan for APEC/ MAPA).
- Vancouver, Kanada tahun 1997
Pada pertemuan ini disepakati penerapan paket
EVSL atau liberalisasi sektoral sukarela secara dini sebagai wujud Rencana Aksi
Individual. Adapun sektor – sektor yang disetujui untuk diliberalisasi secara
dini adalah ikan dan produk ikan, produk kehutanan, peralatan kedokteran,
energi, mainan, permata dan perhiasan, produk kimia, telekomunikasi serta
peralatan pengaman lingkungan, dan produk penunjangnya.
Dan sejumlah sektor yang ditolak liberalisasi
dininya adalah sektor otomotif, produk pesawat terbang sipil, pupuk, karet, dan
karet sintetis, minyak, dan produk minyak dan makanan.
- Kuala Lumpur, Malaysia tahun 1998
Salah satu keputusan penting yang dihasilkan
di Kuala Lumpur (Cyberjaya Declaration) adalah kesepakatan mendesak negara
industri maju untuk membenahi institusi keuangannya (peraturan yang menyangkut
keuangan). Seperti diketahui pada pertengahan tahun 1997, beberapa negara di
kawasan Asia dilanda krisis keuangan dan salah satu faktor yang memungkinkan
hal itu terjadi adalah kelemahan peraturan atau kebijakan keuangan di negara
maju.
Selain itu negara maju diminta untuk lebih
transparan menyangkut standar internasional bagi institusi keuangan swasta yang
terlibat langsung dalam pergerakan arus modal internasional.
Pada pertemuan kali ini juga para pemimpin
APEC mengharapkan agar lembaga keuangan internasional dapat dan mampu
menyajikan analis – analis yang lebih obyektif. Selanjutnya para pemimpin
ekonomi APEC sepakat untuk meningkatkan upaya – upaya inovatif dalam rangka
pemulihan arus masuk modal. Hal ini akan diupayakan melalui kerja sama dengan
lembaga multilateral seperti Bank Dunia, Bank Pembangunan Asia.
- Auckland, Selandia Baru tahun 1999
Pada pertemuan Selandia Baru disepakati bahwa
untuk mempercepat pemulihan ekonomi dapat dan akan dilakukan melalui penajaman
komitmen liberalisasi dengan antara lain penghapusan hambatan perdagangan, baik
tarif maupun nontarif.
Selain itu disepakati bahwa untuk memperkuat
sistem ekonomi pasar di antara negara anggota, perlu membentuk pusat jaringan
usaha kecil menengah (UKM). Dsb.
Bagi Indonesia,
KTT APEC adalah momentum untuk meningkatkan kerjasama ekonomi yang disinergikan
konsep MP3EI (Masterplan Percepatan dan Perluasan
Pembangunan Ekonomi Indonesia) dan 4 paket kebijakan ekonomi
nasional. Titik beratnya adalah untuk membuka akses terhadap arus investasi
guna memacu pencapaian target pembangunan koridor dalam MP3EI maupun mendorong
perluasan akses pasar untuk produk Indonesia yang kerap berbenturan dengan
kebijakan proteksi sejumlah negara APEC. Hal ini penting bagi kebutuhan modal
pembangunan maupun peningkatan produktifitas industri dalam negeri, serta
menutup celah defisit perdagangan internasional.
Perlu diketahui
bahwa realisasi MP3EI untuk sektor rill dan infrastruktur sejak tahun 2011
hingga pertengahan 2013 mencapai Rp 647,46 T, 36% berasal dari investasi swasta
nasional dan asing. Sementara itu, untuk tahun 2015 sudah direncanakan
(pipeline) dalam MP3EI mencapai Rp 4.481 T terdiri dari 1.568 proyek, baik
sektor rill Rp 2.177 T (583 proyek), maupun infrastruktur Rp 2.304 T (terdiri
dari 985 proyek). Proyeksi itu tentu membutuhkan arus investasi yang besar dan
kerjasama kawasan yang lebih erat dan saling menguntungkan, dan tentu akan menjadi
daya tarik tersendiri bagi negara anggota APEC untuk meningkatkan investasinya
di Indonesia.
Perdagangan
bebas kawasan memang dapat menjadi peluang sekaligus tantangan. Di satu sisi
dapat membuka pasar bagi industri dalam negeri yang semakin meningkat. Namun,
di sisi lain apabila Indonesia tidak menyiapkan diri dengan baik, tentu akan
dapat menjadi jajahan produk asing yang dapat menghancurkan kemampuan produktif
dalam negeri.
Tugas
pemerintah yang penting dan harus dilakukan adalah merubah persepsi masyarakat
atau rakyat Indonesia yang menganggap produk luar/ asing lebih menarik,
walaupun kualitasnya belum tentu lebih baik dari produk lokal. Serta
meningkatkan dan mendorong UKM di daerah – daerah.
BAB III
PENUTUP
APEC (Asia
Pasific Economic Cooperation) dibentuk tahun 1989 merupakan suatu forum
kerjasama di bidang ekonomi bagi negara – negara yang berada di kawasan Asia
Pasifik. Visi dari organisasi APEC ini adalah untuk mengurangi tarif dan
hambatan perdagangan lain di wilayah Asia Pasifik, menciptakan ekonomi domestik
yang efisien dan secara dramatis meningkatkan ekspor. Setiap satu tahun sekali
organisasi APEC selalu mengadakan suatu perundingan yang nantinya menghasilkan
sebuah deklarasi/ misi dalam mencapai visi APEC.
Bagi rakyat
Indonesia KTT APEC diharapkan mampu menjadi jembatan internasional yang dapat
meningkatkan nilai perekonomian, demi kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Namun, di sisi lain organisasi APEC juga bisa menjadi sebuah senjata untuk menjajah
produk/ industri lokal, melalui liberalisasi perdagangan yang bebas dan
terbuka.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.geocities.ws/irsjournal/APEC.html Pukul 07.08 tanggal 09/10/2013
http://www.g-excess.com/2769/pengertian-apec-atau-asia-pasific-economic-cooperation/ Pukul 22.57 tanggal 06/10/2013
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/10/08/1704443/Inilah.Tujuh.Hasil.Kesepakatan.APEC.2013?utm_source=WP&utm_medium=box&utm_campaign=Kknwp Pukul 20.49 tanggal 10/ 10/ 2013
http://jogja.tribunnews.com/2013/10/06/sby-banggakan-pertumbuhan-ekonomi-indonesia-di-ktt-apec Pukul 22.58 tanggal 06/ 10/ 2013
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2013/10/08/1434343/Pemimpin.APEC.Sepakat.Akselerasi.Pencapaian.Bogor.Goals. Pukul 19.20 tanggal 10/ 10/ 2013
Koran harian pagi Tribun Jogja tanggal 6 Oktober 2013
Koran harian pagi Tribun Jogja tanggal 7 Oktober 2013
Koran KOMPAS tanggal 8 Oktober 2013
0 Comments