KATA PENGANTAR
Pertama-tama perkenankanlah kami selaku penyusun makalah ini
mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan judul Beriman Kepada Rasul Allah SWT..
Ucapan terima kasih dan puji syukur kami sampaikan kepada
Allah dan semua pihak yang telah membantu kelancaran, memberikan masukan serta
ide-ide untuk menyusun makalah ini.
Kami selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk
menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan
maupun kesalahan. Oleh karena itu kami memohon saran serta komentar yang dapat
kami jadikan motivasi untuk menyempurnakan pedoman dimasa yang akan datang.
Penyusun,
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR
....................................................................................
ii
DAFTAR ISI
....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang............................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Iman Kepada
Rasul Allah........................................................................... 2
2.2
Sifat wajib yang di miliki Rasul.................................................................. 4
2.3 Tugas Nabi dan Rasul................................................................................. 5
2.4
Fungsi Iman
Kepada Nabi dan Rasul......................................................... 5
2.5
Hakikat Iman
Kepada Rasulullah............................................................... 5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 6
3.2 Saran........................................................................................................... 6
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 7
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sebagai mana yang telah kita ketahui bersama bahwa kita
tidak akan lepas dengan apa yang namanya aturan-aturan yang terkait dengan
hidup dan kehidupan kita sebagai umat Islam, kita berkewajiban untuk mentaati
dan mematuhi segala ajarannya.
Sebagai
umat islam kita harus berpegang teguh kepada tali agama Allah swt yaitu
al-Qur’an dan al-Hadits. Dan telah kita ketahui pula banyak sekali ayat-ayat
Al-Quran yang kita jadikan pedoman menjalani kehidupan agar mencapai ridha
Allah swt.
Untuk
menjadi umat islam yang sempurna maka kita harus beriman kepada Allah swt dan
rasulnya dan kitab-kitab yang telah Allah turunkan kepada Rasul-Nya. Di
kesempatan ini kami akan membahas tentang penafsiran ayat-ayat yang berkaitan
dengan kewajiban mematuhi Allah dan rasul-Nya.
BAB II
PEMBAHASAN
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari Kemudian,
Maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.
Setelah memerintahkan berbuat adil, dan agar keadilan
dapat berkesinambungan dari seseorang dan dapat terus-menerus ditegakkan, maka
dilanjutkannya dengan nasihat yang dapat mengantar ke arah penegakkan keadilan
dan kesinambungannya yaitu memelihara dan terus-menerus meningkatkan keimanan.
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
pelihara dan asah serta asuh iman itu, demikian juga iman kepada kitab yang
Allah turunkan sekaligus sebelumnya seperti Taurat, Injil, dan Zabur. Barang
siapa yang membawanya kepada nabi-nabi dan barang siapa yang kafir kepada Llah,
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dari jenis manusia atau
malaikat dan hari Kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat dengan
kesesatan yang sangat jauh.
Panggilan kepada orang-orang yang beriman pada awal ayat
ini, yang disusul dengan perintah beriman, ada yang memahaminya dalam arti
orang-orang yang beriman, ada yang memahaminya dalam arti orang-orang yang
beriman tetapi ada sesuatu yang kurang dalam keimanan mereka sehingga ayat ini
memerintahkan untuk menyempurnakannya. Penganut faham ini menyatakan bahwa
meraka yang diajak oleh ayat ini adalah sementara bekas penganut agama Yahudi
yang telah masuk Islam tetapi masih terdapat dalam benak mereka hal-hal yang
mereka percayai, yang tidak sejalan dengan iman Islam yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad saw.
Ada juga yang memahami ayat ini ditujukkan kepada
orang-orang munafik yang memang keimanan masih sangat lemah. Selanjutnya
seperti terbaca sebelum ini, ada juga yang memahaminya dalam arti perintah
kepda kaum mukminin, agar mempertahankan, bahkan megnasah dan mengasuh iman
mereka, agar dari hari ke hari semakin kuat. Memang iman dapat demikian kuat
sehingga seperti kata Sayyidan Ali kw. “Seandainya tabir yang mencapai
puncaknya).
2.1.
Iman Kepada Rasul Allah
Iman kepada Rasul Allah termasuk rukun iman yang keempat
dari enam rukun yang wajib diimani oleh setiap umat Islam. Yang dimaksud iman
kepada para rasul ialah meyakini dengan sepenuh hati bahwa para rasul adalah
orang-orang yang telah dipilih oleh Allah swt. untuk menerima wahyu dariNya
untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia agar dijadikan pedoman hidup demi
memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Menurut Imam Baidhawi, Rasul adalah orang yang diutus
Allah swt. dengan syari’at yang baru untuk menyeru manusia kepadaNya. Sedangkan
nabi adalah orang yang diutus Allah swt. untuk menetapkan (menjalankan)
syari’at rasul-rasul sebelumnya. Sebagai contoh bahwa nabi Musa adalah nabi
sekaligus rasul. Tetapi nabi Harun hanyalah nabi, sebab ia tidak diberikan
syari’at yang baru. Ia hanya melanjutkan atau membantu menyebarkan syari’at
yang dibawa nabi Musa AS.
Mengenai identitas rasul dapat dibaca dalam Q.S. Al
Anbiya ayat 7 dan Al-Mukmin ayat 78 yang artinya:
“ Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad)
melainkan beberapa orang laki-laki yang kami beri wahyu kepada mereka, maka
tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu jika kamu tiada mengetahui.” (Q.S. al
Anbiya: 7)
"Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang
Rasul sebelum kamu, di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di
antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak dapat bagi
seorang Rasul membawa suatu mukjizat, melainkan dengan seizin Allah; maka
apabila telah datang perintah dari Allah, diputuskan (semua perkara) dengan
adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil." (Q.S.
Al-Mukmin : 78)
Dalam ayat di atas dijelaskan, bahwa rasul-rasul yang
pernah diutus oleh Allah swt. adalah mereka dari golongan laki-laki, tidak
pernah ada rasul berjenis kelamin perempuan, dan jumlah rasul yang diutus
sebelum Nabi Muhammad saw. sebenarnya sangat banyak. Di antara para rasul itu
ada yang diceritakan kisahnya di dalam Al-Quran dan ada yang tidak.
عَنْ أَبِى ذَر قَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ كَمْ عِدَّةُ
اْلاَنْبِيَاءِ ؟ قَالَ : مِائَةُ اَلْفٍ وَاَرْبَعَةٌ وَعِشْرُوْنَ اَلْفًا
اَلرُّسُلُ مِنْ ذَالِكَ ثَلاَثَةُ مِائَةٍ وَخَمْسَةَ عَشَرَ جَمًّا غَفِيْرًا
(رَوَاهُ أَحْمَد)
"Dari Abu Dzar ia berkata: Saya bertanya, wahai
Rasulullah : berapa jumlah para nabi? Beliau menjawab: Jumlah para Nabi
sebanyak 124.000 orang dan di antara mereka yang termasuk rasul sebanyak 315
orang suatu jumlah yang besar." (H.R. Ahmad )
2.2 Sifat wajib yang di miliki Rasul
1). Shiddiq (benar). Mereka selalu berkata benar, dimana,
kapan dan dalam keadaan bagaimanapun mereka tidak akan berdusta (kadzib).
2). Amanah, yaitu dapat dipercaya, jujur, tidak mungkin
khianat.
3). Tabligh, artinya mereka senantiasa konsekwen
menyampaikan kebenaran (wahyu) kepada umatnya. Tidak mungkin mereka
menyembunyikan kebenaran yang diterimanya dari Allah swt. (kitman), meskipun
mereka harus menghadapai resiko yang besar.
4). Fathanah, artinya semua rasul-rasul adalah
manusia-manusia yang cerdas yang dipilih Allah swt. Tidak mungkin mereka bodoh
atau idiot (baladah).
Khusus
nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para rasul (sayyidul mursalin) mendapat
sanjungan dan pujian yang luar biasa dari Allah swt. disebabkan karena
akhlaknya sebagaimana tersebut dalam surah Al Qalam ayat 4 yang artinya “Dan
sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung “ (Q.S.
Al Qalam: 4)
2.3.
Tugas Nabi dan Rasul
Tugas pokok yang diberikan Allah SWT kepada para nabi dan
rasul sejak dari Nabi Adam AS sampai dengan Nabi Muhammad SAW adalah :
1. Memberi kabar
gembira bagi orang-orang yang mentaati risalah-Nya.
2.
Membimbing umatnya ke jalan yang benar sehingga
memperoleh kebahagiaan hidup di dunia dan akherat.
3.
Memberi
peringatan kepada orang-orang yang mengingkari-nya.
2.4.
Fungsi Iman Kepada Nabi dan Rasul
Adapun fungsi iman kepada Nabi dan Rasul adalah :
1. Menambah keimanan kepada Allah SWT, bahwa Rasul itu
benar-benar pilihan Allah.
2. Mengenal Allah
SWT dan tata cara beribadah kepada-Nya.
3. Mendorong manusia untuk memiliki kepribadian yang luhur
dengan cara menjadikan Rasulullah sebagai “Uswatun Hasanah”
4. Mempercayai ajaran-ajaran yang dibawa Rasul Allah untuk
disampaikan kepada umatnya.
5. Mengamalkan
ajaran yang diberikan oleh Rasulullah
2.5.
Hakikat Iman Kepada Rasulullah
Diantara
nikmat yang Allah berikan kepada manusia juga seluruh alam adalah diutusnya
para Rasul yang menuntun manusia dari kegelapan menuju Islam.
Setelah
beriman kepada Allah U maka kewajiban berikutnya adalah beriman kepada
Rasulullah Muhammad yang menjadi pondasi yang utama dari agama Islam. Sebab
seluruh pondasi yang lainnya dibangun di atas keimanan pada Allah dan
Rasul-Nya. Seorang yang tidak mengimani Rasulullah dan hanya beriman kepada
Allah tidaklah cukup, dan Iman menjadi batal, Sebagaimana sabda Nabi :
“Artinya: Islam itu dibangun di atas lima rukun ,
menyaksikan bahwa tiada sesembahan yang haq selain Allah, dan bahwa Muhammad
adalah hamba dan RasulNya … (HR. Muslim I/45. Al-Bukhari I/).
Diantara
cara beriman kepada Rasulullah adalah sebagai berikut:
1.
Meyakini dengan penuh tanggung jawab
akan kebenaran Nabi Muhammad dan apa yang oleh beliau bawa, sebagaimana
Allah menandaskan tentang ciri orang bertaqwa:
وَالَّذِيْ
جَاءَ بِالصَّدْقِ وَصَدَّقَ بِهِ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ (الزمر : 33)
“Dan orang-orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan
membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. (Az-Zumar :
33).
2.
Ikhlas mentaati
Rasul dengan melaksanakan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh
larangannya. Allah berfirman:
وَاِنْ تُطِيْعُوْهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُوْلِ
اِلاَّ الْبَلغُ الْمُبِينَ (النور : 54)
“Dan jika kamu
taat kepadanya , niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban Rasul
itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang”.
3.
Mengikuti
ajaran pemikiran, pokok-pokok agama, hukum-hukum dan cabang cabangnya sesuai
dengan yang beliau ajarkan dengan ikhlas. Allah berfirman:
فَلاَ وَربِّكَ
لاَيُومِنُوْنَ حَتَّى يَحَكِّمُوكَ فِيْمَا شَجَرَبَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَيَجِدُواْ
فِى أَنْفُسِهِمْ حَرَجًامِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُواْ تَسْلِيْمَا. (النساء :
65)
“Maka demi
Tuhanmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara
yang mereka persilisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati
mereka terhadap putusan yang kamu berikan , dan mereka menerima dengan
sepenuhnya. (An-Nisa : 65).
4.
Mencintai
beliau , keluarga, para sahabat dan segenap pengikutnya. Rasulullah bersabda:
لا يُؤْمِنُ اَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُوْنَ اَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ
وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ اَجْمَعِيْنَ
“Tidaklah
beriman seorang sehingga aku lebih dia cintai dari pada orang tuanya, anaknya
dan seluruh manusia (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
5.
Membela dan
memperjuangkan ajaran Nabi serta berda’wah demi membebaskan ummat manusia dari
kegelapan/kedhaliman, kebatilan, kemungkaran dan kemaksiatan menuju kepada
cahaya kebenaran. Sebagaimana firman Allah:
فَالَّذِيْنَ
أَمَنُواْ بِهِ وَعَزَرُوهُ وَنَصَرُوْهُ وَتَبَعُواْ النُّوَرَالَّذِي أُنْزِلَ
مَعَهُ أُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ (الأعراف : 157)
“Maka
orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an), mereka itulah orang-orang
yang beruntung” . (Al-’Araf: 157).
6.
Meneladani
akhlaq dan kepemimpinan Nabi dalam setiap amalnya, Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ
لَكُمْ فِىرَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُواْ اللهَ
وَالْيَوْمِ الآَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيْرًا (الاحزاب : 21)
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah suri tauladan yang baik bagimu (yaitu)
orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia
banyak menyebut nama Allah (Al-Ahzab:21).
7.
Banyak membaca
shalawat dan salam kepada beliau terutama setelah disebut namanya.
8.
Waspada dan
berhati-hati dari ajaran-ajaran yang menyelisihi ajaran Nabi Muhammad seperti
waspada dari syirik, tahayul, bid’ah, khurafat, itulah pernyataan Allah :
فَلْيَحْذَرِالَّذِيْنَ
يُخَالِفُونَ عَنْ اَمْرِهِ اَنْتُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْيُصِيْبِهُمْ عَذَابٌ
أَلِيْمَ (النور:63).
“Sesungguhnya
Allah telah mengetahui orang-orang yang telah berangsur-angsur pergi diantara kamu
dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
ajaran Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. (An-Nur : 63).
9.
Mensyukuri
hidayah keimanan kepada Allah dan RasulNya dengan menjaga persatuan umat Islam
dan menghindari perpecahan dengan berpegang teguh pada Al-Qur’an dan AS-Sunnah
shohihah. Itulah tegaknya agama:
شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الَّدِيْنِ مَا وَصَّى بِهِ نُوْحًا وَالَّذِيْ
أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَهِيْمَ وَمُوسَىا وَعِيْسَى
اَنْ أَقِيْمُوا الَّدِيْنَ وَلاَ تَتَفَرَّقُواْ فِيهِ (السورى : 13)
“Dia telah
mensyari’atkan bagi kaum tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada
Nuh dan dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah kami
wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama 1341) dan
janganlah kamu berpecah belah karenanya. (Asy-Syura:
13)
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Meskipun dalam penyusunan karya tulis ini saya mengalami
banyak hambatan dan rintangan namun berkat bantuan serta dorongan dari berbagai
pihak akhirnya kami dapat menyelesaikan karya tulis ini dengna tuntas.
Kami menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu saya mohon maaf bila masih banyak kesalahan dalam
penulisan maupun isi yang terkandung di dalamnya.
Kami harap karya tulis ini dapat mendatangkan manfaat
bagi para pembaca pada umumnya.
3.2 Saran
Berdasarkan pengalaman saya, ajaran agama Islam itu
sangat penting di dunia maupun di akhirat. Demikian saran dari saya kurang dan
lebihnya saya mohon maaf.
DAFTAR PUSTAKA
Shalut, Muhammad. 1998. Akidah dan
Syari’ah Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Chirzin,
Muhammad. 1997. Konsep dan Hikmah Aqidah Islam. Yokyakarta: Mitra Pustaka.
0 Comments