KATA PENGANTAR
Pertama-tama perkenankanlah kami selaku penyusun makalah ini
mengucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyusun
makalah ini dengan judul Berkompetisi Dengan Kebaikan.
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memahami aspek pendidikan
agama islam terutama untuk perilaku terpuji. Dengan mempelajari isi dari
makalah ini diharapkan generasi muda bangsa mampu menjadi islam yang
sesungguhnya, saleh, beriman kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi masyarakat.
Ucapan terima kasih dan puji syukur kami sampaikan kepada
Allah dan semua pihak yang telah membantu kelancaran, memberikan masukan serta
ide-ide untuk menyusun makalah ini.
Kami selaku penyusun telah berusaha sebaik mungkin untuk
menyempurnakan makalah ini, namun tidak mustahil apabila terdapat kekurangan
maupun kesalahan. Oleh karena itu kami memohon saran serta komentar yang dapat
kami jadikan motivasi untuk menyempurnakan pedoman dimasa yang akan datang.
, September 2015
Penyusun,
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR
ISI ................................................................................................ iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 1
1.3. Tujuan Penulisan.............................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Berkompetisi.................................................................. 2
2.2 Pengertian Kebaikan ....................................................................... 2
2.3 Berkompetisi dalam Kebaikan Sesuai
Perintah Allah SWT dalam
Surat Al-Baqarah:148 dan Surat Al
Fathir : 32................................ 3
A.
Surah Al-Baqarah,2: 148
1.
Surat Al Baqarah ayat 148........................................................ 3
2.
Artinya :.................................................................................... 3
3.
Identifikasi Tajwid:.................................................................. 4
4.
Isi Kandungan.......................................................................... 4
5.
Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari ................................. 5
B.
Surat Al Fathir : 32
1. Surat Al
Fathir : 32................................................................... 6
2. Artinya :.................................................................................... 7
3. Identifikasi
Tajwid :................................................................. 7
4. Isi Kandungan
:........................................................................ 8
5. Penerapan dalam Kehidupan
Sehari-hari.................................. 9
BAB
II PENUTUP
3.1 Kesimpulan...................................................................................... 10
3.2 Saran................................................................................................ 10
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................. 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Allah
SWT telah menciptakan manusia bersuku-suku, berbangsa-bangsa untuk saling kenal
mengenal. Allah SWT juga telah menurunkan kepada ummat manusia setiap masa
seorang Rasul dengan membawa syari’atnya masing-masing. Kita tahu ada ummat
Yahudi, Nasrani, Majusi, dan Islam, serta ummat yang lain. Setiap ummat pemeluk
agama ( Kabilah ) mempunya kiblat sendiri, Orang Yahudi mempunyia Kiblat
sendiri yang mereka menghadap kepadanya. Orang Nasrani juga mempunyai kiblat
sendiri yang mereka menghadap kepadanya. Allah memberi petunjuk
kepada Ummat muhammad kepada Kiblat yang di ridhoi Allah SWT yaitu Ka’bah.
Ummat
Islam di perintah oleh Allah SWT untuk berlomba-lomba dengan ummat yang lain
dalam berbuat kebaikan, semua perbuatan akan mendapatkan penilaian dari Allah
SWT, amal siapakah yang dinilai baik oleh Allah SWT? Jawabannya
tentu
harus di kembalikan kepada Allah SWT.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan
beberapa hal yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian dari berkompetisi ? dan Apa
pengertian kebaikan?
3. Bagaimana
penjelasan perintah Allah SWT dalam Al-Quran
Surat Al-Baqarah:148 serta Surat
Al Fathir : 32
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.
Agar kita mengetahui dan
memahami perintah Allah SWT untuk berkompetisi dalam berbuat kebaikan.
2. Untuk mengingatkan kita
agar senantiasa berbuat kebaikan, kapanpun dan dimanapun.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Berkompetisi
Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak
membutuhkan objek sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain
seperti against (melawan), over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu
pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan kepentingan keadaan menurut versi
tertentu.
Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah
aktivitas mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok.
Individu atau kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung
dari struktur reward dalam suatu situasi.
2.2
Pengertian Kebaikan
Secara umum kebaikan adalah sesuatu
yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Tingkah laku
manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku tersebut menuju kesempuranan manusia. Kebaikan
disebut nilai(value), apabila kebaikan itu
bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkrit.Manusia menentukan tingkah lakunya
untuk tujuan dan memilih jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul
dalam jiwa adalah tujuan itu, dalampelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah
jalan-jalan itu. Jalan yangditempuh
mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia harus mempunyai tujuan akhir
untuk arah hidupnya.
Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing manusia ke arah tujuan
akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan yang membuatnya baik sebagai manusia
Berdasarkan norma susila, kebaikan
atau keburukan perbuatan manusiadapat dipandang melalui beberapa cara, yaitu :
a) Objektif, keadaan perseorangan tidak dipandang.
b) Subjektif, keadaan perseorangan diperhitungkan.
c) Batiniah, berasal dari dalam perbuatan sendiri (kebatinan, intrinsic)
d)
Lahiriah, berasal dari perintah atau larangan Hukum Positif (ekstrinsik)Perbuatan
yang sendirinya jahat tidak dapat menjadi baik atau netralkarena alasan
atau keadaan. Biarpun mungkin taraf keburukannya dapat berubahsedikit sedikit, orang tidak boleh berbuat jahat
untuk mencapai kebaikan.Perbuatan yang baik, tumbuh dalam kebaikannya, karena
kebaikan alasandan keadaannya. Suatu alasan atau keadaan yang jahat
sekali, telah cukup untuk menjahatkan perbuatan. Kalau kejahatan itu
sedikit, maka kebaikan perbuatanhanya akan
dikurangi.Perbuatan netral memproleh kesusilaannya, karena alasan dan
keadaannya.Jika ada beberapa keadaan, baik dan jahat, sedang perbuatan itu
sendiri ada baik atau netral dipergunakan.
2.3 Berkompetisi
dalam Kebaikan Sesuai Perintah Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah:148 dan Surat
Al Fathir : 32
Berikut
ini adalah beberapa ayat Al-Qur’an yang memerintahkan kepada kita Ummat Islam
untuk berlomba-lomba dengan ummat yang lain dalam berbuat kebaikan. Diantaranya
Surah al-Baqarah ayat 148 dan surah fathir ayat 32 :
A. Surah Al-Baqarah,2: 148
1. Surat
Al Baqarah ayat 148
2. Artinya :
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
Arti kata kata :
وَلِكُلٍّ :Dan
bagi tiap tiap umat بِكُمُ اللّهُ :Dengan/padamu Allah
وِجْهَةٌ :Kiblat جَمِيعاً :Sekalian /semua
هُوَ :Ia إِنَّ اللّهَ :Sesungguhnya Allah
مُوَلِّيهَا :Menghadap kepadanya عَلَى كُلِّ :Atas segala
فَاسْتَبِقُوا :Maka berlomba lombalah kamu شَيْءٍ :Sesuatu
الْخَيْرَاتِ :Kebaikan قَدِيرٌ :Mahakuasa
أَيْنَ مَا :Dimana saja
تَكُونُوا :Kamu berada
يَأْتِ :Mengumpulkan
وِجْهَةٌ :Kiblat جَمِيعاً :Sekalian /semua
هُوَ :Ia إِنَّ اللّهَ :Sesungguhnya Allah
مُوَلِّيهَا :Menghadap kepadanya عَلَى كُلِّ :Atas segala
فَاسْتَبِقُوا :Maka berlomba lombalah kamu شَيْءٍ :Sesuatu
الْخَيْرَاتِ :Kebaikan قَدِيرٌ :Mahakuasa
أَيْنَ مَا :Dimana saja
تَكُونُوا :Kamu berada
يَأْتِ :Mengumpulkan
3. Identifikasi Tajwid:
1. Idgam bigunnah,
yaitu huruf tanwin bertemu wau dalam bacaan وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ
2. Izhar halqi, yaitu huruf tanwin bertemu ha dalam bacaan وِجْهَةٌ هُوَ
2. Izhar halqi, yaitu huruf tanwin bertemu ha dalam bacaan وِجْهَةٌ هُوَ
3. Mad Tabi`i,
yaitu sebelum huruf ya bersukun hurufnya berharakat kasrah dalam bacaan
مُوَلِّيهَا
4. Ikfa, yaitu
huruf bertanwin bertemu huruf qaf dalam bacaan جَمِيعاً إِنَّ اللّهَ
5. Mad arid
lisukun, yaitu mad yang ada sebelum tanda berhenti/waqaf pada bacaan قَدِيرٌ
4. Isi Kandungan
Tiap
tiap umat ada kiblatnya masing masing yang dijadikan arah untuk ibadah pada
zamanya. Umat Islam menhadapkan wajahnya dalam beribadah menuju ke arah
Masjidil Haram yang di dalamnya ada bangunan Kakbah. Umat nabi Ibrahim dan
Ismail juga menghadap ke arah Kakbah sedangkan umat Bani Izrail dan umat
Nasrani menghadap ke arah Baitul Maqdis. Allah swt memberikan ketentuan bagi
setiap umat manusia dalam beribadah kepadaNya dengan menunjukkan rah kiblat
yang sudah di tentukan. Manusia yang taat dan patuh terhadap apa yang
diperintahkan Allah tentu akan melaksanakan dengan penuh taqwa, sedangkan orang
yang ingkar akan mencari dan membuat arah kiblat sendiri sesuai dengan
keinginanya.
Allah
swt akan dapat menilai dan melihat hamba hambanya yang patuh dan taat, dapat
pula melihat hambanya yang melanggar serta meninggalkan perintahnya. Manusia
yang senantiasa berbuat baik dan taat pastilah Allah akan membalasanya dengan
pahala berupa Syurga, Sedangkan manusia yang lalai dan meninggalkan perintah
Allah maka tempatnya adalah di Neraka yang apinya senantiasa menyala nyala.
Hari
kiamat sebagi hari pembalasan akan menjadi suatu masa bahwa setiap perbuatan
manusia akan diminta pertanggungjawabanya. Perbuatan baik sekecil appun pasti
akan mendapat balasanya demikian juga perbuatan buruk atau jahat sekecil apapun
juga akan mendapat balasan yang sangat adil dan setimpal. Tak ada satupun
manusia di hari kiamat yang akan dapat meloloskan diri dari pengadilan Allah
swt. Kehidupan di akhirat hakekatnya adalah kehidupan hakiki dan merupakan
kehidupan yang sebenarnya,oleh karena itu kehidupan yang sebentar di dunia ini
hendaklah benar benar digunakan dengan sebaik baiknya untuk di isi dengan amal
perbuatan yang baik. Kebahagiaan manusia di akhirat sesungguhnya ditentukan
oleh kebahagiaan di dunia ini dengan satu syarat senantiasa melakukan dan
melaksanakan syariat Allah dengan sebaik baiknya.
Allah
swt sudah memberikan gambaran dan peringatan agar manusia berhati hati dalam
hidup ini sebagaimana banyak tertuang dalam firman Allah yang berisi agar
manusia berbuat baik, karena setiap perbuatan akan kembali kepada manusia itu
sendiri. Seperti disebutkan dalam Al quran surat, Al-baqarah ayat;
25,58,83,195, Al-Maidah : 13, Al-An`am : 84, Al-A`raf : 56, Yunus: 26, dan
Surat Yunus : 7
Selain
firman Allah tersbut masih banyak surat dalam Al quran yang memerintahkan untuk
berbuat baik. Maka dengan niat penuh keikhlasan hendaklah kita awali dan
perbaharui hidup ini dengan niat untuk senantiasa melakukan amal amal perbuatan
yang baik.
5. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
·
Kita
harus berusaha untuk menjadi pribadi yang selalu berusaha untuk berbuat
kebaikan sebanyak-banyaknya, dan juga meyakini bahwa nantinya akan ada hari kiamat/hari
pembalasan.
·
Meyakini
bahwa setelah hidup di dunia masih ada kehidupan yang selanjutnya yaitu di alam
kubur dan alam akhirat, sehingga di dunia ini kita harus berbuat kebaikan yang
sebanyak-banyaknya untuk bekal di akhirat nanti.
· Sebagai seorang muslim kita harus
memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya, contohnya, adalah menggunakan waktu
luang untuk memperbanyak ibadah kepada Allah swt.
· Memperbanyak berbuat kebaikan karena
nantinya akan mendapatkan pembalasan di hari pembalasan nanti. Ingat, bahwa
kebaikan sekecil apapun yang kita kerjakan selama di dunia ini pasti akan
mendapatkan balasan, sebaliknya kejahatan sekecil apapun juga akan mendapatkan
balasan.
· Senang berbuat baik terhadap diri
sendiri dan orang lain serta alam sekitarnya sebagai bukti dari keimanan dan
ketaqwaan kita kepada Allah swt.
· Di sekolah kita harus berlomba-lomba
dalam kebaikan, misalnya dalam belajar, dalam mengerjakan ulangan secara jujur,
sehingga kita bisa mendapatkan nilai yang terbaik dan memuaskan.
B. Surat Al Fathir : 32
1. Surat Al Fathir : 32
2.
Artinya :
Kemudian
Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah
karunia yang amat besar.
Arti kata kata
ثُمَّ :Kemudian
مُّقْتَصِدٌ :Ada yang pertengahan
أَوْرَثْنَا :Kami wariskan سَابِقٌ :Yang lebih dulu
الْكِتَابَ :Kitab itu بِالْخَيْرَاتِ :Berbuat kebaikan
الَّذِينَ :Yang بِإِذْنِ اللَّهِ :Dengan izin Allah
اصْطَفَيْنَا :Kami pilih ذَلِكَ هُوَ :Yang demikian itu adalah
مِنْ عِبَادِنَا :Diantara hamba hamba kami الْفَضْلُ :Karunia
فَمِنْهُمْ :Lalu diantara mereka الْكَبِيرُ :Yang amat besar
ظَالِمٌ :Menganiaya
لِّنَفْسِهِ :Diri mereka sendiri
وَمِنْهُم :Dan diantara mereka
أَوْرَثْنَا :Kami wariskan سَابِقٌ :Yang lebih dulu
الْكِتَابَ :Kitab itu بِالْخَيْرَاتِ :Berbuat kebaikan
الَّذِينَ :Yang بِإِذْنِ اللَّهِ :Dengan izin Allah
اصْطَفَيْنَا :Kami pilih ذَلِكَ هُوَ :Yang demikian itu adalah
مِنْ عِبَادِنَا :Diantara hamba hamba kami الْفَضْلُ :Karunia
فَمِنْهُمْ :Lalu diantara mereka الْكَبِيرُ :Yang amat besar
ظَالِمٌ :Menganiaya
لِّنَفْسِهِ :Diri mereka sendiri
وَمِنْهُم :Dan diantara mereka
3. Identifikasi Tajwid :
1. Mim musyadah atau
mim bertasydid pada bacaan ثُمَّ
2.
Izhar yaitu huruf nun bersukun bertemu huruf `ain pada bacaan مِنْ عِبَادِنَا
3. idgam bilagunnah yaitu huruf tanwin bertemu huruf lam pada bacaan ظَالِمٌ
3. idgam bilagunnah yaitu huruf tanwin bertemu huruf lam pada bacaan ظَالِمٌ
لِّنَفْسِهِ
4. idgam mimi yaitu huruf mim bersukun bertemu huruf mim pada bacaan وَمِنْهُم
4. idgam mimi yaitu huruf mim bersukun bertemu huruf mim pada bacaan وَمِنْهُم
مُّقْتَصِدٌ
5. izhar syafawi yaitu huru mim bersukun bertemu huruf sin pada bacaan وَمِنْهُمْ
5. izhar syafawi yaitu huru mim bersukun bertemu huruf sin pada bacaan وَمِنْهُمْ
سَابِقٌ
6. iqlab yaitu tanwin bertemu huruf ba pada bacaan سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ
6. iqlab yaitu tanwin bertemu huruf ba pada bacaan سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ
4. Isi Kandungan :
Berdasarkan
surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia kedalam tiga derajat
kedudukan manusia :
1.
Golongan Dholimun Linafsih, ialah golongan yang selalu mendholimi dan
menganiaya diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada Allah
SWT, dengan meninggalkan perintaNya dan mengerjakan Larangan laranganNya.
2.
Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang derajatnya berada
pada pertengahan, bersifat cermat dan senantiasa berhati hati dengan
melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan laranganNya.
3.
Golongan Sabiqun Bil Khairat, ialah golongan dari manusia yang senantiasa aktif
dalam melakukan kebaikan. Golongan ini memiliki ruhiyyah yangtinggi dengan
senantiasa melaksanakan yang wajib dan mengerjakan amalan amalan yang sunat.
Hidupnya istiqomah dan menjauhi dari perkara perkara yang syubhat dan ragu ragu
dalam kehidupan sehari hari.
Allah
swt mewariskan kitab ( Al Quran ) kepada hamba hambanya yang terpilih untuk
diamalkan dan dikerjakan apa yang diperintahkan dan dilarang dalam kitab
tersebut. Dalam kenyataanya manusia memiliki berbagai ragam bentuk aktifitas
untuk menerima dan mewarisi kitab yang telah Allah wariskan. Ada diantara
mereka menanggapi kitab Allah dengan sungguh sungguh dan mengerjakanya dengan
amal amal perbuatan baik karena mendapatkan ridho dan izin Allah, adapula yang
menerima dengan seenaknya tanpa mau mengerjakan apalagi mentaati isi dan ajaran
kitab Allah tersebut sehingga apa yang dilakukanya sesungguhnya seperti
menganiaya diri sendiri. Karena manusia yang tidak mau beramal baik sesuai
dengan kitab Allah sesungguhnya amal perbuatan itu akan kembali pada dirinya
sendiri. Dan yang lebih banyak manusia itu ada di pertengahan yang terkadang
taat namun dilain waktu manusia itu melanggar.
Kitab
Allah ( Al-Quran ) merupakan satu pedoman hidup manusia baik untuk kebahagiaan
di dunia maupun kebahagiaan hidup di akhirat. Agar manusia mampu meraih kedua
hal tersebut maka manusia dituntut untuk mampu memahami, membaca, dan
mengamalkan apa yang terkandung dalam kitab Allah tersebut. Orang Islam
mempunyai kewajiban untuk mampu dan dapat membaca Al-quran dengan baik dan benar,
memahami arti dan maknanya, serta mengamalkan apa yang ada didalamnya.
Sayid
Sabiq dalam kitabnya telah membagi akhlak manusia kedalam tiga tingkatan :
1.
Nafsu Amarah, ialah nafsu manusia yang tingkatanya paling rendah dan sangat
hina karena senantiasa mengutamakan desakan dan bisikan hawa nafsu yang
merupakan godaan syaitan.
2.
Nafsu Lawwammah, ialah nafsu yang senantiasa menjaga amal manusia untuk berbuat
salih dan berhati hati serta instropeksi terhadap kesalahan kesalahan apabila terperosok
kedalam kemungkaran.
3.
Nafsu Muthmainah, ialah akhlak manusia yang paling tinggi derajatnya karena
memiliki ruhani dan jiwa yang tenang, suci, dalam keadaan selalu melakukan
kebaikan kebaikan dan beramal shalih.
5. Penerapan dalam Kehidupan Sehari-hari
- Kita harus selalu berusaha untuk menjadi orang-orang yang bertaqwa dengan menjalankan apa-apa yang telah diperintahkan dan menjauhi apa-apa yang telah menjadi larangannya.
- Selalu berusaha semaksimal mungkin dalam berbuat kebaikan
- Bertaubat apabila melakukan suatu kejahat, dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi
- Menjadikan amal shalih sebagai kebutuhan kita
BAB
II
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Suatu nikmat apabila
telah disyukuri, Tuhan berjanji akan menambahnya lagi. Dan janganlah sampai
berbudi rendah, tidak mengingat terima kasih. Tidak syukur atas nikmat adalah
suatu kekufuran. Kalau nikmat yang telah dianugerahkan Allah tidak disyukuri,
mudah saja bagi Allah mencabutnya kembali, dan menghidupkan kita di dalam
gelap.
Meskipun Rasul sudah
diutus, ayat sudah diberikan, al-Qura'n sudah diwahyukan, hikmat sudah
diajarkan dan kiblat sudah terang pula, semuanya tidak akan ada artinya kalau
tidak ingat kepada Allah (zikir) dan bersyukur. Orang yang tidak mensyukuri
nikmat Tuhan yang telah ada, tidaklah akan rnerasai nikmat Islam itu. Maka
zikir dan syukur, adalah dua pegangan teguh yang banyak diterangkan di dalam
al-Quran dan Sunnah Rasulullah s.a.w.
Dari penjabaran diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa
manusia tak lepas dari sebuah dosa. Dimanapun kita berada pasti kita sering
melakukan dosa setiap harinya ,entah kita sadari atau tidak.Apabila kita ingin
berbuat baik kepada orang lain.Terkadang kita salah mengerti dengan keadaan
orang tersebut sehingga terjadi salah paham diantara sesama.
Dimanapun kaki ini menginjak dan dimanapun nafas ini masih
menghembus, jalankanlah perintah berlomba-lombalah dalam kebaikan sesuai dengan
maksud yang ada. Berikanlah yang terbaik untuk sesama dan pahami bagaimana
keadaannya terlebih dahulu agar kita terhindar dari rasa kesalahpahaman antar
sesama serta tidak ada yang dirugikan atas semua tindakan baik kita.
3.2 Saran
Berbuat kebaikan jelas diperintahkan oleh Allah
SWT. Perintah untuk berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan, dapat kita temukan
dalam Al-Quran maupun Al-Hadist.
DAFTAR
PUSTAKA
http://ki-tapunya.blogspot.com/2015/08/terjemahan-isi-kandungan-quran-surat-fathir-ayat-32.html
https://ad3ka160495.wordpress.com/2010/08/12/surah-al-baqarah2-148-surah-fatir-3532/
http://kongaji.tripod.com/myfile/al-baqoroh_ayat_148-152.htm
http://warnet178meulaboh.blogspot.com/2014/02/makalah-berkompetisi-dalam-kebaikan.html
Liston Haposan Subrian. 2010. Pengertian Kebaikan Secara Etika.
(online). Diakses pada tanggal 25 Februari 1014 .pada pukul 09.27 WIB.
http://www.scribd.com/doc/64042435/1/A-Pengertian-Kebaikan-Secara-Etika
Arif Sobaruddin. 2012. Pengertian kompetisi. (online). Diakses
Pada tanggal 25 Februari 2014 pada pukul 09.27 WIB.
http://www.bisosial.com/2012/11/pengertian-konpetisi.html
Muhammad Nasruddin
Hasan. 2010. Berlomba-Lomba dalam
Kebaikan. (online). Diakses pada tanggal 25 Februari 2014 pada pukul 09.27
WIB.
http://referensiislam.blogspot.com/2011/06/berlomba-lomba-dalam-kebaikan.html
Muhammad Haryono. 2011.
Meneguhkan Iman (2). (online).
Diakses pada tanggal 25 Februari 2014 pukul 10: WIB
http://muhammadmaryono.wordpress.com/author/muhammadmaryono/page/4/
Yanuar Firdaus. Al-Baqarah : 148. Al Quran Online. (Online). Diakses pada tanggal
25 Februari 2014 pukul 10:00WIB
http://quran.ittelkom.ac.id/?sid=2&aid=148&pid=arabicid
0 Comments