Makalah Sejarah Tentang Manusia Purba
KATA
PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kita panjatkan kehadirat Allah yang Maha Kuasa, yang
telah memberikan kita karunia serta nikmatnya hingga pada saat ini kita masih
bisa melaksanakan proses belajar di sekolah ini. Shalawat beriringan salam,
mari kita sampaikan ke Rasul Allah SAW yang telah membawa tangan umatnya dari
alam kegelapan hingga menuju alam yang terang dengan iman dan taqwa.
Apabila
nantinya dalam penyusunan makalah kami ini ada kekurangan dan ketidak
sempurnaan saya terlebih dahulu memohon maaf.
Desember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Manusia Purba............................................................................................. 2
2.2. Jenis-jenis
Manusia Purba ........................................................................... 6
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................................... 15
3.2 Saran ............................................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penemuan
- penemuan fosil di dunia banyak disumbang oleh Indonesia. Hal ini dikarenakan
Indonesia merupakan wilayah tropis dan mempunyai iklim yang cocok di huni
manusia kala itu. Penemuan –penemuan fosil sangat bergua bagi perkembangan ilmu
sejarah sekarang ini. Baik dalam hal menjelaskan kehidupan manusia kala itu,.
Hewan yang pernah hidup dan bagaimana evolusi manusia hingga menjadi sekarang
ini. Indonesia banyak menyumbang fosil manusia –manusia purba. Oleh karena itu
dalam makalah ini akan dijelaskan perkembangan manusia purba dari mulai
bagaimana menemukannya,cirri-ciri dari manusia purba dan tempat
ditemukanya,sampai evolusi manusia mulai dari pertama kali muncul hingga
menjadi manusia sekarang ini.
Dilihat
dari hasil penemuan di Indonesia maka dapat dipastikan Indonesia mempunyai
banyak sejarah peradapan manusia mulai saat manusia hidup. Dengan begitu ilmu
sejarah akan terus berkembang sejalan dengan fosil- fosil yang ditemukan.
Makalah ini dibuat untuk mengetahui lebih jelas dan terperinci mengenai fosil-
fosil manusia purba yang ditemuakan di Indonesia. Penemuan –penemuan terbaru
juga termasuk di dalamnya. Hal ini bermanfaat untuk mengetahui perkembangan
fosil terbaru yang ditemukan seperti Homo Moernman. Dijelaskan pula tempat
penemuan dan bentuk penemuannya agar isi makalah ini dapat dipercaya
kebenaranya.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang akan
dibahas adalah sebagai berikut :
1.2.1
Bagaimana jenis dan ciri manusia purba pada zaman dahulu?
1.2.2
Bagaimana persebaran manusia purba pada zaman dahulu?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Manusia Purba
Manusia
yang hidup pada zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba. Tanah air kita sudah dihuni manusia
sejak jutaan tahun yang lalu. Fosil-fosil manusia purba banyak ditemukan di
Indonesia yaitu sejak jutaan tahun yang lalu terutama di Pulau Jawa. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman
prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya
manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Fosil adalah sisa-sisa organisme
(manusia, hewan, dan tumbuhan) yang telah membatu yang tertimbun di dalam tanah
dalam waktu yang sangat lama. Sedangkan
artefak adalah peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil
budaya yang terbuat dari batu, tulang, kayu dan logam. Cara hidup mereka masih sangat sederhana dan masih sangat bergantung
pada alam. Jenis-jenis manusia purba dibedakan dari zamannya yaitu :
1.
Zaman
Palaeolitikum artinya zaman batu tua. Zaman ini
ditandai dengan penggunaan perkakas yang bentuknya sangat sederhana dan
primitif. Ciri-ciri kehidupan manusia pada zaman ini, yaitu hidup berkelompok;
tinggal di sekitar aliran sungai, gua, atau di atas pohon; dan mengandalkan
makanan dari alam dengan cara mengumpulkan (food
gathering) serta berburu. Maka dari itu, manusia purba selalu
berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat yang lain (nomaden) belum tahu bercocok tanam. Pada zaman ini alat-alatnya terbuat dari batu yang
masih kasar dan belum dihaluskan. Contoh alat-alat tersebut adalah :
· Kapak Genggam, banyak ditemukan di daerah Pacitan.
Alat ini biasanya disebut "Chopper" (alat penetak/pemotong)
· Alat-alat dari tulang binatang atau tanduk rusa : alat
penusuk (belati), ujung tombak bergerigi
· Flakes, yaitu alat-alat kecil yang terbuat dari batu
Chalcedon, yang dapat digunakan untuk mengupas makanan. Alat-alat dari tulang dan
Flakes, termasuk hasil kebudayaan Ngandong. Kegunaan alat-alat ini pada umumnya
untuk berburu, menangkap ikan, mengumpulkan ubi dan buah-buahan. Berdasarkan
daerah penemuannya maka alat-alat kebudayaan Paleolithikum tersebut dapat
dikelompokan menjadi kebudayaan Pacitan dan Ngandong.
2. Zaman Mezolitikum
artinya zaman batu madya (mezo) atau pertengahan.
Zaman ini disebut pula zaman
"mengumpulkan makanan (food
gathering) tingkat lanjut", yang dimulai pada akhir zaman es, sekitar
10.000 tahun yang lampau. Para ahli memperkirakan manusia yang hidup pada zaman
ini adalah bangsa Melanesoide yang merupakan nenek moyang orang Papua, Semang,
Aeta, Sakai, dan Aborigin. Sama dengan zaman palaeolitikum, manusia zaman
mezolitikum mendapatkan makanan dengan cara berburu dan menangkap ikan. Mereka
tinggal di gua-gua di bawah bukit karang (abris
souche roche), tepi pantai, dan ceruk pegunungan. Gua abris souche roche
menyerupai ceruk untuk dapat melindungi diri dari panas dan hujan.
Hasil peninggalan budaya manusia pada
masa itu adalah berupa alat-alat kesenian yang ditemukan di gua-gua dan coretan
(atau lukisan) pada dinding gua, seperti di gua Leang-leang, Sulawesi Selatan,
yang ditemukan oleh Ny. Heeren Palm pada 1950. Van Stein Callenfels menemukan
alat-alat tajam berupa mata panah, flakes, serta batu penggiling di Gua Lawa dekat
Sampung, Ponorogo, dan Madiun. Selain itu, hasil peninggalannya ditemukan di
tempat sampah berupa dapur kulit kerang dan siput setinggi 7 meter di sepanjang
pantai timur Sumatera yang disebut kjokkenmoddinger. Peralatan yang ditemukan
di tempat itu adalah kapak genggam Sumatera, pabble culture, dan alat berburu
dari tulang hewan.
3. Zaman Neolitikum
artinya zaman batu muda. Di Indonesia, zaman Neolitikum
dimulai sekitar 1.500 SM. Cara hidup
untuk memenuhi kebutuhannya telah mengalami perubahan pesat, dari cara food gathering menjadi food producing, yaitu dengan cara
bercocok tanam dan memelihara ternak. Pada masa itu manusia sudah mulai menetap
di rumah panggung untuk menghindari bahaya binatang buas.
Manusia pada masa Neolitikum ini pun
telah mulai membuat lumbung-lumbung guna menyimpan persediaan padi dan gabah.
Tradisi menyimpan padi di lumbung ini masih bisa dilihat di Lebak, Banten.
Masyarakat Baduy di sana begitu menghargai padi yang dianggap pemberian Nyai
Sri Pohaci. Mereka tak perlu membeli beras dari pihak luar karena
menjualbelikan padi dilarang secara hukum adat. Mereka rupanya telah
mempraktikkan swasembada pangan sejak zaman nenek moyang. Pada zaman ini,
manusia purba Indonesia telah mengenal dua jenis peralatan, yakni beliung
persegi dan kapak lonjong. Beliung persegi menyebar di Indonesia bagian Barat,
diperkirakan budaya ini disebarkan dari Yunan di Cina Selatan yang berimigrasi
ke Laos dan selanjutnya ke Kepulauan Indonesia. Kapak lonjong tersebar di
Indonesia bagian timur yang didatangkan dari Jepang, kemudian menyebar ke
Taiwan, Filipina, Sulawesi Utara, Maluku, Irian dan kepulauan Melanesia. Contoh
dari kapak persegi adalah yang ditemukan di Bengkulu, terbuat dari batu
kalsedon yang digunakan sebagai benda pelengkap upacara atau bekal kubur.
Sedangkan kapak lonjong yang ditemukan di Klungkung, Bali, terbuat dari batu
agats yang digunakan dalam upacara-upacara terhadap roh leluhur. Selain itu
ditemukan pula sebuah kendi yang dibuat dari tanah liat berasal dari Sumba,
Nusa Tenggara Timur. Kendi ini digunakan sebagai bekal kubur.
4. Zaman Megalitikum
artinya zaman batu besar. Pada zaman ini manusia sudah
mengenal kepercayaan animisme dan
dinamisme. Animisme merupakan kepercayaan terhadap roh nenek moyang (leluhur)
yang mendiami benda-benda, seperti pohon, batu, sungai, gunung, senjata tajam.
Sedangkan dinamisme adalah bentuk kepercayaan bahwa segala sesuatu memiliki
kekuatan atau tenaga gaib yang dapat memengaruhi terhadap keberhasilan atau
kegagalan dalam kehidupan manusia. Dari hasil peninggalannya, diperkirakan
manusia pada Zaman Megalitikum ini sudah mengenal bentuk kepercayaan rohaniah,
yaitu dengan cara memperlakukan orang yang meninggal dengan diperlakukan secara
baik sebagai bentuk penghormatan.
Adanya kepercayaan manusia purba terhadap
kekuatan alam dan makhluk halus dapat dilihat dari penemuan bangunan-bangunan
kepercayaan primitif. Peninggalan yang bersifat rohaniah pada era Megalitikum
ini ditemukan di Nias, Sumba, Flores, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara dan
Kalimantan, dalam bentuk menhir, dolmen, sarkofagus, kuburan batu, punden
berundakundak, serta arca. Menhir adalah tugu batu sebagai tempat pemujaan;
dolmen adalah meja batu untuk menaruh sesaji; sarkopagus adalah bangunan
berbentuk lesung yang menyerupai peti mati; kuburan batu adalah lempeng batu
yang disusun untuk mengubur mayat; punden berundak adalah bangunan
bertingkat-tingkat sebagai tempat pemujaan; sedangkan arca adalah perwujudan
dari subjek pemujaan yang menyerupai manusia atau hewan.
5. Zaman Logam
Pada zaman Logam orang sudah dapat
membuat alat-alat dari logam di samping alat-alat dari batu. Orang sudah
mengenal teknik melebur logam, mencetaknya menjadi alat-alat yang diinginkan.
Teknik pembuatan alat logam ada dua macam, yaitu dengan cetakan batu yang
disebut bivalve dan dengan cetakan tanah liat dan lilin yang disebut a cire
perdue. Periode ini juga disebut masa perundagian karena dalam masyarakat
timbul golongan undagi yang terampil melakukan pekerjaan tangan. Zaman logam
ini dibagi atas:
·
Zaman Perunggu
Manusia purba Indonesia hanya mengalami
zaman perunggu tanpa melalui zaman tembaga. Kebudayaan Zaman Perunggu merupakan
hasil asimilasi dari antara masyarakat asli Indonesia (Proto Melayu) dengan
bangsa Mongoloid yang membentuk ras Deutero Melayu (Melayu Muda). Disebut zaman
perunggu karena pada masa ini manusianya telah memiliki kepandaian dalam
melebur perunggu. Di kawasan Asia Tenggara, penggunaan logam dimulai sekitar
tahun 3000-2000 SM. Masa penggunaan logam, perunggu, maupun besi dalam
kehidupan manusia purba di Indonesia disebut masa Perundagian. Alat-alat besi
yang banyak ditemukan di Indonesia berupa alat-alat keperluan sehari-hari,
seperti pisau, sabit, mata kapak, pedang, dan mata tombak.
Pembuatan alat-alat besi memerlukan
teknik dan keterampilan khusus yang hanya mungkin dimiliki oleh sebagian
anggota masyarakat, yakni golongan undagi. Di luar Indonesia, berdasarkan
bukti-bukti arkeologis, sebelum manusia menggunakan logam besi mereka telah
mengenal logam tembaga dan perunggu terlebih dahulu. Mengolah bijih menjadi
logam lebih mudah untuk tembaga dari pada besi.
·
Zaman Besi
Pada zaman ini orang sudah dapat melebur
besi dari bijinya untuk dituang menjadi alat-alat yang diperlukan. Teknik
peleburan besi lebih sulit dari teknik peleburan tembaga maupun perunggu sebab
melebur besi membutuhkan panas yang sangat tinggi, yaitu ±3500 °C.
Alat-alat besi yang dihasilkan antara
lain: mata kapak bertungkai kayu, mata pisau, mata sabit, mata pedang, cangkul.
Alat-alat tersebut ditemukan di Gunung Kidul (Yogyakarta), Bogor (Jawa Barat),
Besuki dan Punung (Jawa Timur)
2.2 Jenis-Jenis Manusia Purba
Ada
beberapa jenis manusia purba yang ditemukan di wilayah Indonesia adalah sebagai
berikut :
1. Meganthropus Paleojavanicus
Meganthropus paleojavanicus berasal dari kata-kata;
Megan artinya besar, Anthropus artinya manusia, Paleo berarti tua, Javanicus
artinya dari Jawa. Jadi bisa disimpulkan bahwa Meganthropus paleojavanicus
adalah manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa. Fosil manusia purba ini ditemukan
di daerah Sangiran, Jawa tengah antara tahun 1936-1941 oleh seorang peneliti
Belanda bernama Von Koeningswald. Fosil tersebut tidak ditemukan dalam keadaan
lengkap, melainkan hanya berupa beberapa bagian tengkorak, rahang bawah, serta
gigi-gigi yang telah lepas. Fosil yang ditemukan di Sangiran ini diperkirakan
telah berumur 1-2 Juta tahun.
Ciri-Ciri Meganthropus paleojavanicus :
·
Mempunyai
tonjolan tajam di belakang kepala.
·
Bertulang
pipi tebal dengan tonjolan kening yang mencolok.
·
Tidak
mempunyai dagu, sehingga lebih menyerupai kera.
·
Mempunyai
otot kunyah, gigi, dan rahang yang besar dan kuat.
·
Makanannya
berupa daging dan tumbuh-tumbuhan.
2.
Pithecanthropus
Fosil manusia purba jenis Pithecanthrophus adalah jenis fosil manusia purba yang
paling banyak ditemukan di Indonesia. Pithecanthropus sendiri berarti manusia
kera yang berjalan tegak. Fosil Pithecanthropus berasal dari Pleistosen
lapisan bawah dan tengah. Mereka hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan
makanan Mereka sudah memakan segala, tetapi makanannya belum dimasak. Terdapat tiga jenis manusia Pithecanthropus yang
ditemukan di Indonesia, yaitu Pithecanthrophus
erectus, Pithecanthropus mojokertensis, dan Pithecanthropus soloensis.
Berdasarkan pengukuran umur lapisan tanah, fosil Pithecanthropus yang ditemukan
di Indonesia mempunyai umur yang bervariasi, yaitu antara 30.000 sampai 1 juta
tahun yang lalu.
1. Pithecanthropus
erectus, ditemukan oleh Eugene Dubois pada
tahun 1891 di sekitar lembah sungai Bengawan Solo, Trinil, Jawa Tengah. Mereka
hidup sekitar
satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Erectus berjalan tegak dengan badan yang tegap dan alat pengunyah yang kuat. Volume otak Pithecanthropus mencapai 900 cc. Volume otak manusia modern lebih dari 1000 cc, sedangkan volume otak kera hanya 600 cc. (Pithecanthropus erectus)
satu juta sampai satu setengah juta tahun yang lalu. Pithecanthropus Erectus berjalan tegak dengan badan yang tegap dan alat pengunyah yang kuat. Volume otak Pithecanthropus mencapai 900 cc. Volume otak manusia modern lebih dari 1000 cc, sedangkan volume otak kera hanya 600 cc. (Pithecanthropus erectus)
2. Pithecanthropus
mojokertensis, disebut juga dengan Pithecanthropus
robustus. Fosil manusia purba ini ditemukan oleh Von Koeningswald pada tahun
1936 di Mojokerto, Jawa Timur. Temuan tersebut berupa fosil anak-anak berusia
sekitar 5 tahun. Makhluk ini diperkirakan hidup sekitar 2,5 sampai 2,25 juta
tahun yang lalu. Pithecanthropus Mojokertensis berbadan tegap, mukanya menonjol
ke depan dengan kening yang tebal dan tulang pipi yang kuat.
3. Pithecanthropus
soloensis, ditemukan di dua tempat terpisah oleh
Von Koeningswald dan Oppernoorth di Ngandong dan Sangiran antara tahun
1931-1933. Fosil yang ditemukan berupa tengkorak dan juga tulang kering.
Ciri-ciri
Pithecanthropus :
·
Memiliki
tinggi tubuh antara 165-180 cm.
·
Badan
tegap, namun tidak setegap Meganthrophus.
·
Volume
otak berkisar antara 750 – 1350 cc.
·
Tonjolan
kening tebal dan melintang sepanjang pelipis.
·
Hidung
lebar dan tidak berdagu.
·
Mempunyai
rahang yang kuat dan geraham yang besar.
·
Makanan
berupa tumbuhan dan daging hewan buruan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, maka
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Manusia yang hidup pada
zaman praaksara (prasejarah) disebut manusia purba. Manusia purba adalah manusia penghuni bumi pada zaman
prasejarah yaitu zaman ketika manusia belum mengenal tulisan. Ditemukannya
manusia purba karena adanya fosil dan artefak. Jenis-jenis manusia purba
dibedakan dari zamannya yaitu zaman palaeolitikum, zaman mezolitikum,
zaman neolitikum, zaman megalitikum, zaman logam dibagi menjadi 2 zaman yaitu
zaman perunggu dan zaman besi. Ada beberapa jenis manusia purba yang ditemukan
di wilayah Indonesia Meganthropus Paleojavanicus yaitu manusia purba bertubuh besar tertua di Jawa dan Pithecanthrophus adalah
manusia kera yang berjalan tegak.
Homo Sapiens
adalah
jenis manusia purba yang memiliki bentuk tubuh yang sama dengan manusia
sekarang. Mereka telah memiliki sifat seperti manusia sekarang. Kehidupan
mereka sangat sederhana, dan hidupnya mengembara. Jenis kaum Homo Sapiens yang ditemukan di Indonesia ada 2 yaitu:
1.
Homo Soloensis
2.
Homo Wajakensis
Hasil
kebudayaan Homo sapiens adalah perkakas yang terbuat dari batu dan zaman
manusia mempergunakan perkakas dari batu disebut Zaman Batu. Zaman batu terbagi
dua tahap, yaitu: Zaman Batu Tua (paleolithikum) dan Zaman Batu Baru
(Neolithikum).
3.2 Saran
Diharapkan
agar masyarakat dapat memahami maksud dari makalah ini dan bisa menambah
pengetahuan dan wawasan tentang kehidupan manusia purba pada zaman dahulu.
REFERENSI
http://www.plengdut.com/2013/03/Manusia-Purba-Indonesia-yang-Hidup-pada-Masa-Praaksara.html
http://indonesiaindonesia.com/f/89905-manusia-purba-indonesia/
http://www.info-asik.com/2012/10/sejarah-manusia-purba.html
http://marhadinata.blogspot.com/2013/01/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://smpn1sdk91bubun2013.blogspot.com/2013/03/sejarah-manusia-purba.html
http://yessicahistory.blogspot.com/2013/04/sejarah-manusia-purba-di-indonesia.html
http://zulfahmigo.blogspot.com/2013/01/manusia-purba-pithecanthropus-erectus.html
http://jagoips.wordpress.com/2012/12/28/kehidupan-manusia-pra-aksara/
http://cahayawhyra.blogspot.co.id/2013/06/makalah-manusia-purba-dan-homo-sapiens.html
0 Comments