MAKALAH SENI BUDAYA
SENI DRAMA
LOGO
DISUSUN OLEH :
GURU
PEMBIMBING
NAMA SEKOLAH
TAHUN PELAJARAN 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kamia
panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha Esa. Atas segala kemampuan rahmat dan hidayah-nya sehinggah kami dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“ Seni Drama”.
Kami
dapat menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini,
oleh karena itu kami sangat menghargai saran dan kritik bagi pembaca dan untuk
membangun makalah ini lebih baik lagi.
Demikian yang dapat
kami sampaikansemoga melalui makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita
semua.
Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang.............................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah........................................................................ 1
1.3. Tujuan ......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Drama......................................................................... 3
2.2. Ciri-ciri Drama............................................................................... 6
2.3. Unsur-unsur Drama....................................................................... 7
2.4. Jenis-jenis Drama......................................................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1. Simpulan..................................................................................... 16
3.2. Saran........................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Sastra pada
dasarnya merupakan ciptaan, sebuah kreasi bukan semata – mata sebuah imitasi.
Karya sastra sebagai bentuk dan hasil sebuah pekerjaan kreatif, pada hakikatnya
adalah suatu media yang mendayagunakan bahasa untuk mengungkapkan tentang
kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sebuah karya sastra, pada umumnya, berisi
tentang permasalahan yang melingkupi kehidupan manusia. Kemunculan sastra lahir
dilatar belakangi adanya dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi
dirinya.
Biasanya
kesusastraan dibagi menurut daerah geografis atau bahasa. Jadi, yang termasuk
dalam kategori Sastra adalah: Novel cerita/cerpen (tertulis/lisan), syair,
pantun, sandiwara/drama, lukisan/kaligrafi.
Drama / teater adalah salah satu
sastra yang amat popular hingga sekarang. Bahkan di zaman ini telah terjadi
perkembangan yang sangat pesat di bidang teater. Contohnya sinetron, film layar
lebar, dan pertunjukan – pertunjukan lain yang menggambarkan kehidupan makhluk
hidup.
Selain itu,
seni drama juga telah menjadi lahan bisnis yang luar biasa. Dalam hal ini,
penyelanggara ataupun pemeran akan mendapat keuntungan financial serta menjadi
terkenal, tetapi sebelum sampai ke situ seorang penyelenggara atau pemeran
harus menjadi insan yang profesionalitas agar dapat berkembang terus.
Berdasarkan ulasan di atas, maka
penulis membuat makalah ini guna membantu para pembaca yang ingin menekuni
dunia drama. Selain tentang pengertian dan unsur – unsur drama, makalah ini
juga memuat catatan tentang manfaat drama serta dilengkapi juga dengan panduan
bagaimana akting yang baik.
1.2. Rumusan Masalah
1) Apakah
drama itu?
2) Bagaimana
cirri-ciri dari drama itu?
3) Sebutkan
dan jelaskan unsur-unsur drama?
4) Jenis drama
apa saja yang ada?
1.3. Tujuan
1) Untuk
mengetahui pengertian drama.
2) Untuk
mengetahui cirri-ciri dari drama iti sendiri.
3) Untuk
mengetahui apa saja unsur-unsur dari drama.
4) Untuk
mengetahui jenis-jenis drama.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Drama
Kata drama
berasal dari bahasa Yunani Draomai yang berarti berbuat, berlaku,
bertindak. Jadi drama bisa berarti perbuatan atau tindakan. Drama adalah hidup
yang dilukiskan dengan gerak. Konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok
drama. Dalam bahasa Belanda, drama adalah toneel, yang kemudian oleh PKG
Mangkunegara VII dibuat istilah Sandiwara.
Drama (Yunani Kuno) adalah satu bentuk karya sastra yang
memiliki bagian untuk diperankan oleh aktor. Kosakata ini berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “aksi”, “perbuatan”.
Drama bisa diwujudkan dengan berbagai media: di atas panggung, film, dan atau televisi. Drama juga terkadang dikombinasikan
dengan musik dan tarian, sebagaimana sebuah opera.
Berdasarkan
etimologi (asalusul bentuk kata), kata drama berasal dari bahasa Yunani dram
yang berarti gerak. Tontonan drama memang menonjolkan percakapan (dialog) dan
gerak-gerik para pemain (akting) di panggung. Percakapan dan gerak-gerik itu
memeragakan cerita yang tertulis dalam naskah. Dengan demikian, penonton dapat
langsung mengikuti dan menikmati cerita tanpa harus membayangkan. Hal ini akan
tampak nyata bila kita bandingkan dengan cerita pendek atau novel. Pembaca
cerita pendek atau novel harus aktif membayangkan peristiwa-peristiwa yang terjadi,
gerak-gerik tokoh, dan percakapannya. Namun, dalam drama hal itu tidak perlu
dilakukan oleh penonton karena semuanya sudah diperagakan/ditampilkan secara
lengkap di atas panggung.
Drama sering
disebut sandiwara atau teater. Kata sandiwara berasal dari bahasa Jawa sandi
yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara berarti ajaran
yang disampaikan secara rahasia atau tidak terang-terangan. Mengapa? Karena
lakon drama sebenarnya mengandung pesan/ajaran (terutama ajaran moral) bagi
penontonnya. Penonton menemukan ajaran itu secara tersirat dalam lakon drama.
Misalnya, orang yang mcnebar kejahatan akan menuai kehancuran.
Adapun istilah
lain drama berasal dari kata drame, sebuah kata Perancis yang diambil
oleh Diderot dan Beaumarchaid untuk menjelaskan lakon-lakon
mereka tentang kehidupan kelas menengah. Dalam istilah yang lebih ketat, sebuah
drama adalah lakon serius yang menggarap satu masalah yang punya arti penting –
meskipun mungkin berakhir dengan bahagia atau tidak bahagia – tapi tidak bertujuan
mengagungkan tragedi. Bagaimanapun juga, dalam jagat modern, istilah drama
sering diperluas sehingga mencakup semua lakon serius, termasuk didalamnya
tragedi dan lakon absurd.
Drama adalah
satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action
tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga
dipandang sebagai pengertian action. Meskipun merupakan satu bentuk
kesusastraan, cara penyajian drama berbeda dari bentuk kekusastraan lainnya.
Novel, cerpen dan balada masing-masing menceritakan kisah yang melibatkan
tokoh-tokoh lewat kombinasi antara dialog dan narasi, dan merupakan karya
sastra yang dicetak. Sebuah drama hanya terdiri atas dialog; mungkin ada
semacam penjelasannya, tapi hanya berisi petunjuk pementasan untuk dijadikan
pedoman oleh sutradara. Oleh para ahli, dialog dan tokoh itu disebut hauptext
atau teks utama; petunjuk pementasannya disebut nebentext atau tek
sampingan.
Contoh;
Sariasih (
bergegas masuk, membawa berita bagus ); Pikisa ! ( ia mengucapkan Pikisa,
dengan tekanan pada i ) Pikisa ! ( ia menunjuk labolatorium, berharap menemukan
Pikisa disitu ) Mengapa, di mana….! (Pikisa menoleh kedalam ruangan).
Fase-fase
dalam kurung diatas adalah petunjuk permainan untuk sutradara dan pemain. Ini
memandu para aktor dan sutradara maupun tetang penataan perlengkapan panggung. George
Bernard Shaw ( 1856 – 1950 ), pelopor realisme dalam sejarah drama Inggris,
memberi petunjuk secara panjang lebar pada nebentext-nya yang ditemukan dalam
kebanyakan naskahnya karena ia tidak ingin interprestasi lakon-lakonnya
menyeleweng dari apa yang sebenarnya ia kehendaki.
Tidak adanya
narasi dalam drama bisa digantikan oleh akting para pemain yang, dengan
menghubunkan diri mereka sendiri dengan perlengkapan, perlampuan dan iringan
musik, menciptakan suasan dan menghidupkan panggung itu menjadi dunia yang amat
nyata. Disamping itu, penjelasan tentang tokoh disampaikan melalui dialog
antara tokoh yang membicarakan tokoh lain. Pada puisi, daya ekpresi dan irama
mentepati posisi yang dominan. Oleh karena itu, puisi tidak bercerita. Jika
balada bertumpu pada narasi, sebab sebenarnya balada adalah kisah, atau cerita
yang dinyanyikan. Contohnya, mahabarata dan ramayana dalam bentuk tembang.
Puisi yang dibaca dengan baik menjadi dramatik, seperti yang dilakukan Rendra,
aktor baik. Maka “Tidak tidak diragukan lagi drama kadang dianggap diambil dari
kata dramen yang berarti sesuatu untuk dimainkan.”Mungkin drama memperoleh
hampir semua efektivitasnya dari kemampuannya untuk mengatur dan menjelaskan
pengalaman manusia. Oleh karenanya, drama, seperti halnya karya sastra pada umumnya,
dapat dianggap sebagai interprestasi penulis lakon tentang hidup. Unsur dasar
drama-perasaan,hasrat, konflik dan rekonsilasi merupakan unsur utama pengalaman
manusia.
Dalam
kehidupan nyata, semua pengalaman emosional tersebut merupakan kumpulan berbagai
kesan yang saling ada hubungannya. Bagaimanapun juga, dalam drama, penulis
lakon mampu mengorganisir semua pengalaman ini ke dalam satu pola yang bisa
dipahami. Penonton melihat materi kehidupan nyata yang disajikan dalam bentuk
yang padat makna dengan menghapus hal-hal yang tidak penting dan memberi
tekanan kepada hal-hal yang penting.
Penulis lakon
menulis drama untuk dipentaskan, ia menulis drama itu dengan membayangkan
action dan ucapan para aktor diatas panggung. Jadi ucapan dan action yang
terwujud dalam dialog itu adalah bagian paling penting, yang tanpa itu drama
bukan benar-benar sebuah lakon. Karena itu, sebuah drama mewujudkan action,
emosi, pemikiran, karakterisasi, yang perlu digali dari dialog-dialog itu.
Adalah satu keharusan bagi seorang sutradra untuk menganalisis drama sebelum
memanggugkan drama itu.
Dari
penjelasan di alas agaknya dapat ditarik kesimpulan bahwa drama dalam
masyarakat kita mempunyai dua arti, yaitu drama dalam arti luas dan drama dalam
arti sempit. Dalam arti luas, drama adalah semua bentuk tontonan yang
mengandung cerita yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit,
drama adalah kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas
panggung, disajikan dalam hentuk dialog dan gerak berdasarkan naskah, didukung
tata panggung, tata lampu, tata musik, tata rias, dan tata husana. Dengan kata
lain, drama dalam arti luas mencakup teater tradisional dan teater modern,
sedangkan drama dalam arti sempit mengacu pada drama modern saja.
2.2. Ciri-ciri Drama
Pada umumnya, drama mempunyai
ciri-ciri yang berikut :
·
Drama
merupakan prosa modern yang dihasilkan sebagai naskah untuk dibaca dan
dipentaskan.
·
Naskah
drama boleh berbentuk prosa atau puisi.
·
Drama
terdiri dari dialog yang disusun oleh pengarang dengan watak yang diwujudkan.
Pemikiran dan gagasan pengarang
disampaikan melalui dialog watak-wataknya.
Konflik ialah unsur penting dalam
drama. Konflik digerakkan oleh watak-watak dalam plot, elemen penting dalam
sesebuah skrip drama.
Sebuah skrip yang tidak didasari oleh
konflik tidak dianggap sebuah drama yang baik.
Gaya bahasa dalam sebuah drama juga penting kerana ia menunjukkan latar masa dan masyarakat yang diwakilinya, sekali gus drama ini mencerminkan sosiobudaya masyarakat yang digambarkan oleh pengarang
Gaya bahasa dalam sebuah drama juga penting kerana ia menunjukkan latar masa dan masyarakat yang diwakilinya, sekali gus drama ini mencerminkan sosiobudaya masyarakat yang digambarkan oleh pengarang
2.3. Unsur-unsur Drama
Unsur dalam drama dapat
diklasifikasikan menjadi dua unsur yaitu unsur intrinsik (unsur dalam) dan
unsur ektrinsik (unsur luar). Unsur intrinsik atau disebut juga unsur dalam adalah
unsur yang tidak tampak.
Unsur intrinsik (unsur dalam)
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Tokoh
Tokoh adalah individu atau seseorang
yang menjadi pelaku cerita. Pelaku cerita atau pemain drama disebut actor
(pria) dan aktris (wanita). Tokoh dalam cerita fiksi atau drama berkaitan
dengan nama, usia, jenis kelamin, tipe fisik, jabatan, dan keadaan kejiwaan.
Tokoh dalam drama diklasifikasikan
menjadi:
a). Berdasarkan
sifatnya, tokoh diklasifikasikan sebagai berikut:
·
Tokoh
protagonist yaitu tokoh utama yang mendukung cerita.
·
Tokoh
antagonis yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama yang
menetang cerita.
·
Tokoh
tritagonis yaitu tokoh pembantu, baik untuk tokoh protagonist maupun tokoh
antagonis.
b). Berdasarkan
peranannya, tokoh diklasifikasikan sebagai berikut:
·
Tokoh
sentral yaitu tokoh yang paling menentukan dalam drama. Tokoh sentral merupakan
penyebab terjadinya konflik. Tokoh sentral meliputi tokoh protagonis dan tokoh
antagonis.
·
Tokoh
utama yaitu tokoh pendukung atau penentang tokoh sentral. Dapat juga sebagai
perantara tokoh sentral atau dalam hal ini adalah tokoh tritagonis.
·
Tokoh
pembantu tokoh-tokoh yang memegang peran pelengkap atau tambahan dalam mata
rangkai cerita. Kehadiran tokoh pembantu ini menurut kebutuhan cerita saja.
Jadi tidak semua drama menampilkan kehadiran tokoh pembantu.
Contoh:
Dalam cerita Romeo dan Juliet tokoh protagonist yang sekaligus juga tokoh sentral adalah Romeo dan Juliet. Tokoh utama sekaligus juga tokoh tritagonis adalah pendeta Lorenso dan wakil keluarga Capulet. Tokoh-tokoh lain, seperti tentara pangeran, inang, wakil-wakil Montage, dan wakil-wakil Capulet yang lain adalah tokoh-tokoh pembantu.
Dalam cerita Romeo dan Juliet tokoh protagonist yang sekaligus juga tokoh sentral adalah Romeo dan Juliet. Tokoh utama sekaligus juga tokoh tritagonis adalah pendeta Lorenso dan wakil keluarga Capulet. Tokoh-tokoh lain, seperti tentara pangeran, inang, wakil-wakil Montage, dan wakil-wakil Capulet yang lain adalah tokoh-tokoh pembantu.
2) Perwatakan atau Penokohan
Perwatakan disebut juga penokohan.
Perwatakan atau Penokohan adalah penggambaran efek batin seseorang tokoh yang
disajikan dalam cerita. Watak pada tokoh digambarkan dalam tiga dimensi (watak
dimensional). Penggambaran itu berdasarkan keadaan fisik biasanya dilukiskan
paling awal, baru kemudian sosialnya. Pelukisan watak tokoh dapat langsung pada
dialog yang mewujudkan watak dan perkembangan lakon.
·
Keadaan Fisik
Yang termasuk dalam keadaan fisik
tokoh adalah umur, jenis kelamin, cirri-ciri tubuh, cacat jasmani, cirri khas
yang menonjol,, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, tinggi/pendek, kurus/gemuk.
Misalnya seseorang yang berleher pendek mempunyai watak mudah tersinggung,
seseorang yang berleher panjang mempunyai watak sabar.
·
Keadaan Psikis
·
Keadaan
psikis tokoh meliputi: watak, kegemaran, mental, standar moral, temperanmen,
ambisi, psikologis yang dialami, dan keadaan emosi.
·
Keadaan Sosiologis
Keadaan sosiologis tokoh meliputi:
jabatan, pekerjaan, kelas social, ras, agama, dan ideology. Contoh penampilan
pegawai bank akan berbeda dengan penampilan makelar, kendatipun keadaan social
ekonominya sama. Penampilan istri bupati, akan berbeda dengan penampilan istri
gubernur atau istri lurah. Perwatakan tokoh-tokoh dalam drama digambarkan
melalui dialog, ekspresi, atau tingkah laku sang tokoh.
3) Setting
Setting diciptakan penulis/pengarang
untuk memperjelas satuan peristiwa dalam cerita agar menjadi logis atau
konkretisasi sebuah tempat agar penonton, pembaca mempunyai pembayangan yang
tepat terhadap berlangsungnya suatu peristiwa. Selain itu, setting juga
diciptakan untuk menggerakan emosi atau kejiwaan pembaca atau penonton. Secara
emottif penonton atau pembaca diharapkan mempunyai daya khayal yang lebih dalam
sesuai dengan kedalaman-kedalaman pengalaman berfikirnya. Misalnya pelaku yang
berada diantara deretan pedagang-pedagang kaki lima, bukan di sebuah plasa atau
supermarket, pembaca atau penonton akan menagkap kesan kesedihan, bahkan
kemiskinan. Setting atau tempat kejadian cerita sering disebut juga latar
cerita. Setting meliputi tiga dimensi:
a.
Setting
tempat
Setting tempat adalah tempat
terjadinya cerita dalam drama. Setting tempat tidak dapat berdiri sendiri.
Setting tempat berhubungan dengan setting ruang dan waktu.
b.
Setting
waktu
Setting waktu adalah waktu atau zaman
atau periode sejarah terjadinya cerita dalam drama. Setting waktu juga terjadi
di waktu pagi, siang, sore, atau malam.
c.
Setting ruang
Setting ruang juga dapat berarti ruang dalam
rumah atau latar rumah, hiasan, warna, dan peralatan dalam ruang akan memberi
corak tersendiri dalam drama yang dipentaskan. Misalnya di ruang tamu keluarga
modern yang kaya akan berbeda dengan ruang tamu keluarga tradisional yang
miskin.
4) Tema
Tema merupakan gagasan pokok atau ide
yang mendasari pembuatan sebuah drama. Tema dalam drama dikembangkan melalui
alur, tokoh-tokoh dan perwatakan yang memungkinkan adanya konflik, dan ditulis
dalam bentuk dialog. Tema yang bisa diangkat dalam drama adalah masalah
percintaan, kritik social, kemiskinan, kesenjangan social, penindasan,
ketuhanan, keluarga yang retak, patriotism, dan renungan hidup.
5) Alur atau plot
Alur atau plot adalah jalan
cerita. Dalam alur sebuah naskah drama bukan permasalahan maju-mundurnya sebuah
cerita seperti yang dimaksudkan dalam karangan prosa, tetapi alur yang
membimbing cerita dari awal hingga tuntas. Dimulai dengan pemaparan (perkenalan
awal tokoh dan penokohan), adanya masalah (konflik), konflikasi (masalah baru),
krisis (pertentangan mencapai titik puncak-klimak s.d. antiklimaks), resolusi
(pemecahan masalah), dan ditutup dengan ending (keputusan). Ada pula yang
menggambarkan alur dalam sebah naskah drama itu pemaparan-masalah-pemecahan
masalah atau resolusi-keputusan.
6) Amanat atau pesan
pengarang
Seorang pengarang drama baik sadar
atau tidak sadar pasti menyampaikan amanat dalam karyanya. Amanat adalah pesan
yang disampaikan pengarang kepada pembaca atau penonton melalui karyanya.
Amanat yang hendak disampaikan pengarang melalui drama harus ditentukan atau
dicari sendiri oleh pembaca atau penonton. Setiap pembaca atau penonton dapat
berbeda-beda dalam menafsirkan amanat drama.
Amanat bersifat kias subjektif dan
umum sedangkan tema bersifat lugas, objektif, dan khusus. Amanat sebuah drama
akan lebih mudah ditafsirkan, jika drama itu dipentaaskan. Amanat biasanya
memberikan manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Amanat drama selalu berhubungan
dengan tema drama.
Contoh:
Drama Romeo dan Juliet bertema masalah percintaan yang berakhir dengan kematian, berdasarkan temanya drama Romeo dan Juliet memiliki amanat:
Drama Romeo dan Juliet bertema masalah percintaan yang berakhir dengan kematian, berdasarkan temanya drama Romeo dan Juliet memiliki amanat:
J Meskipun manusia begitu cermat
dan teliti merencanakan sesuatu, Tuhan jugalah yang menetukan apa yang terjadi.
J Manusia tidak kuasa melawan
garis nasib yang ditetapkan oleh Tuhan.
Amanat drama yang dipaparkan diatas adalah versi penulis. Amanat drama Romeo dan Juliet dapat ditafsirkan berbeda-beda oleh penonton atau pembacanya. Sedangkan unsur ekstrinsik (unsur luar) dalam drama adalah unsur yang tampak, seperti adanya dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur ini bisa bertambah ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti panggung, properti, tokoh, sutradara, dan penonton.
Amanat drama yang dipaparkan diatas adalah versi penulis. Amanat drama Romeo dan Juliet dapat ditafsirkan berbeda-beda oleh penonton atau pembacanya. Sedangkan unsur ekstrinsik (unsur luar) dalam drama adalah unsur yang tampak, seperti adanya dialog atau percakapan. Namun, unsur-unsur ini bisa bertambah ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti panggung, properti, tokoh, sutradara, dan penonton.
2.4. Jenis-jenis Drama
Jenis-jenis drama dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a). Berdasarkan isi ceritanya
Ä Drama tragedy (drama
duka)
Tragedy atau drama duka adalah drama yang
melukiskan kisah sedih yang besar dan agung. Tokoh-tokohnya terlibat dalam
bencana atau masalah yang besar. Drama tragedy menceritakan pertentangan
antara tokoh protagonist dengan kekuatan dari luar atau tokoh lainya.
Pertentangan ini berakhir dengan keputusan, kehancuran, atau kematian tokoh
protagonis.
Contoh:
Drama Romeo dan Juliet, film Ttitanic.
Drama Romeo dan Juliet, film Ttitanic.
Ä Melodrama
Melodrama
adalah drama yang sangat menyentuh perasaan (sentimental), mendebarkan hati, dan
mengharukan. Ceritanya dilebih-lebihkan sehingga kurang meyakinkan penonton.
Tokoh-tokoh dalam melodrama adalah tokoh-tokoh yang hitam putih dan bersifat
tetap (stereotip). Seorang tokoh jahat adalah seluruh wataknya jahat, tidak ada
sisi baik sedikkitpun, sebaliknya, tokoh hero atau tokoh protagonist adalah
tokoh pujaan yang luput dari kekurangan, kesalahan, dan tindak kejahatan. Tokoh
hero ini pada akhirnya akan memenagkan peperangan, masalah, atau persaingan
yang ada. Tokoh-tokoh dalam melodrama dilukiskan pasrah atau menerima nasibnya
terhadap apa yang terjadi. Biasanya sinentron dan film Indonesia merupakan
melodrama.
Contoh:
Film Ada Apa Dengan Cinta, sinetron Cinta Fitri.
Film Ada Apa Dengan Cinta, sinetron Cinta Fitri.
Ä Komedi (drama ria)
Komedi adalah
drama ringan yang sifatnya menghibur dan didalamnya terdapat dialog kocak yang
bersifat menyindir dan biasanya berakhir dengan kebahagiaan. Drama komedi
menampilkan tokoh tolol, konyol, atau tokoh bijaksana tapi lucu. Penilaian
penonton terhadap drama komedi dapat berbeda. Ada yang dapat tertawa saat
menonton drama komedi, ada juga yang tidak. Perbedaan penilaian ini disebabkan
oleh perbedaan budaya dan pengalaman. Penonton yang pernah mengalami peristiwa
yang diceritakan dalam drama komedi akan tertawa jika melihat drama tersebut.
Contoh:
Film Mister Bean, sinetron Bajaj Bajuri
Film Mister Bean, sinetron Bajaj Bajuri
Ä Dagelan
Dagelan adalah drama kocak dan ringan.
Isi cerita dagelan biasanya kasar, lentur, dan vulgar. Dalam dagelan tidak
terdapat kesetiaan terhadap alur cerita. Irama permainan dapat melantur dan
ketetapan waktu tidak dipatuhi. Tokoh-tokoh dalam dagelan mempunyai watak yang
berubah-ubah dari awal sampai akhir. Tokoh yang serius dapat berubah secara
tiba-tiba menjadi kocak. Dagelan disebut juga banyolan, sering disebut tontonan
konyol atau tontonan murahan.
Contoh:
Teater Srimulat, Ketoprak Humor, Opera Van Java, dan Opera Anak
Teater Srimulat, Ketoprak Humor, Opera Van Java, dan Opera Anak
b). Berdasarkan cara penyajianya
Ä Closed Drama (drama
untuk dibaca)
Closed drama adalah drama yang dibuat
hanya untuk dibaca dan hanya indah untuk dibaca. Closed drama mempunyai
dialog-dialog yang panjang dan menggunakan bahasa yang indah. Dialog-dialog
yang digunakan tidak mencerminkan percakapan sehari-hari sehingga sulit
dipentaskan.
·
Drama
treatikal (Drama yang dipentaskan)
Drama treatikal adalah drama yang
dapat dipentaskan. Drama treatikal dipentaskan di atas pentas atau panggung.
·
Drama
radio
Drama radio adalah drama yang
ditayangkan atau dipentaskan melalui radio. Drama radio mementingkan dialog
yang diucapkan melalui media radio. Drama radio biasanya direkam melalui kaset.
Misalnya, selingan music, sound effect, dan jenis suara. Adegan dan babak dalam
drama radio dapat diganti sebanyak mungkin karena tidak perlu menyiapkan
pergantian dekor. Misalnya sahur sepuh.
·
Drama
televise
Drama televisi adalah drama yang
ditayangkan atau dipentaskan melalui media televisi. Kelebihan drama televisi
adalah dalam melukiskan flashback (kenangan masa lalu). Drama televisi
berbentuk scenario . drama televisi ditampilkan dalam bentuk film, sinetron,
atau telenovela.
c). Berdasarkan bentuknya
·
Sandiwara
Sandiwara berasal dari dua kata bahasa
jawa, yaitu sandi yang berarti rahasia dan warah yang berarti ajaran. Sandiwara
berarti suatu pengajaran yang diberikan secara rahasia dalam bentuk tontonan.
·
Teater
rakyat
Teater rakyat adalah segala jenis
tontonan yang dipertunjukan di depan orang banyak dan bersifat kerakyatan.
Seperti ketoprak dari jawa, lundruk dari jawa timur, arja dari bali, lenong
dari Jakarta, dan sebagainya.
·
Opera
Opera adalah drama yang berisikan
nyanyian dan music pada saat pementasanya. Nyanyian digunakan sebagai dialog.
Opera sering disebut drama musical.
·
Sendratari
Sendratari adalah seni drama tari atau
drama tanpa dialog dari pemainanya. Suasana dan adegan dinyatakan dengan gerak
yang berunsur tari. Sendratari sebagian besar diangkat dari cerita-cerita
klasik, seperti Ramayana dan mahabarata.
·
Pantomim
Pantomim adalah pertunjukan drama
tanpa kata-kata yang hanya dimainkan dengan gerak dan ekspresi wajah biasanya
diiringi music.
·
Operet
atau Operette
Operet adalah opera yang ceritanya lebih
pendek.
·
Tableau
Tableau adalah drama yang mirip
pantomim yang dibarengi oleh gerak-gerik anggota tubuh dan mimik wajah
pelakunya. Atau drama tanpa kata-kata, dan pelaku hanya mengandalkan gerak
patah-patah.
·
Passie
Passie adalah drama yang mengandung unsur
agama atau religius.
·
Wayang
Wayang adalah drama yang pemain
dramanya adalah boneka wayang.
·
Minikata
Drama dengan cakapan singkat yang
mengandalkan gerak treatikal.
d). Menurut masanya drama dapat
dibedakan dalam dua jenis yaitu:
·
Drama
Baru (Modern)
Drama baru adalah drama yang memiliki
tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema
kehidupan manusia sehari-hari.
·
Drama
Lama (Klasik)
Drama lama adalah drama khayalan yang
umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istana atau kerajaan,
kehidupan dewa-dewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya.
e). Hal-hal yang
Perlu Diperhatikan dalam Pementasan Drama
Didalam pementasan drama ini ada beberapa istilah-istilah yang perlu diketahui, yaitu:
Didalam pementasan drama ini ada beberapa istilah-istilah yang perlu diketahui, yaitu:
·
Prolog
yaitu kata –kata pembukaan dalam suatu pementasan drama.
·
Epilog
yaitu kata-kata penutup dalam suatu pementasan drama yang berisikanpesan,
kesimpulan dan amanat.
·
Monolog
yaitu berbicara sendiri dalam suatu pementasan drama.
·
Dialog
yaitu bagian dari naskah drama atau percakapan para pemain.
Selain itu, hal-hal lain yang perlu
diperhatikan adalah:
·
Tata
panggung
Sesuaikah tata panggung dengan tema
tersebut? Misalnya tema tentang keadaan perang, tentu saja tata panggung harus
bisa menggambarkan hal itu.
·
Pemeran
Pemeran sangat memengaruhi berhasil
tidaknya suatu pertunjukan drama. Pemeran harus mampu menampilkan watak dari
tokoh yang diperankannya.
·
Kostum
Kostum akan mendukung pementasan
tersebut. Pemilihan kostum harus sesuai karakter tokoh yang diperankannya.
·
Suara
Suara sangat memengaruhi kelancaran
suatu pementasan. Suara dapat berupa vokal si pemain ataupun musik yang mengiri
pementasan itu. Penggunaan pengeras suara sangat diperlukan jika pemain tidak
dapat bersuara secara lantang dan jelas.
BAB III
PENUTUP
3.1. Simpulan
Drama adalah
satu bentuk lakon seni yang bercerita lewat percakapan dan action
tokoh-tokohnya. Akan tetapi, percakapan atau dialog itu sendiri bisa juga
dipandang sebagai pengertian action. Drama dalam masyarakat kita mempunyai dua
arti, yaitu drama dalam arti luas dan drama dalam arti sempit. Dalam arti luas,
drama adalah semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukkan
di depan orang banyak. Dalam arti sempit, drama adalah kisah hidup manusia
dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung, disajikan dalam hentuk
dialog dan gerak berdasarkan naskah, didukung tata panggung, tata lampu, tata
musik, tata rias, dan tata husana. Dengan kata lain, drama dalam arti luas
mencakup teater tradisional dan teater modern, sedangkan drama dalam arti
sempit mengacu pada drama modern saja.
Adapun
unsur-unsur yang terkandung di dalamnya yaitu unsur intrinsik (unsur dalam) dan
unsur ektrinsik (unsur luar). Unsur-unsur intrinsik yaitu tokoh, penokohan,
setting, tema, alur atau plot, dan amanat. Sedangkan unsur ekstrinsik dalam
drama adalah unsur yang tampak, seperti adanya dialog atau percakapan. Namun,
unsur-unsur ini bisa bertambah ketika naskah sudah dipentaskan. Seperti
panggung, properti, tokoh, sutradara, dan penonton.
3.2. Saran
·
Hendaknya
pihak sekolah menambah kegiatan ekstrakurikuler di bidang seni drama, agar
siswa mendapat bimbingan dan lebih dapat mengekspresikan bakatnya.
·
Hendaknya
sekolah mengadakan pagelaran / pertunjukan drama, agar siswa lebih matang
dalam mengembangkan bakat seni dramanya.
DAFTAR
PUSTAKA
Maryati, Bahasa dan Sastra
Indonesia untuk SMP/MTs kelas VIII, Semarang: CV.
Aneka Ilmu
Noor, Redyanto, dkk, 2004, Pengantar
Pengkajian Sastra, Semarang: fasindo
Yuli eti, Nunung, dkk, 2005, Pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia, Klaten:
Intan Pariwara
0 Comments