Perkembangan ilmu dan teknologi
merupakan salah satu hasil produktivitas dari manusia yang memiliki pengetahuan
yang didapat dari pendidikan. Dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi memiliki implikasi yang luas dalam kehidupan manusia sehingga
diharapkan manusia – manusia tersebut perlu mendalami untuk mengambil
manfaatnya secara optimal dan mereduksi implikasi negatif yang ada. Mendalami
serta mengambil manfaat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
mungkin dilakukan oleh semua manusia dalam
kapasitas dan dengan waktu yang sama. Keterbatasan manusia dan waktu tersebut menuntut adanya spesialisasi.
Pendidikan sebagai suatu ilmu, teknologi dan profesi tidak luput dari gejala perkembangan itu. Kalau semula hanya orang tua yang bertindak sebagai pendidik, kemudian kita kenal profesi guru yang diberi tanggung jawab mendidik. Sekarang ini secara konseptual maupun legal telah dikenal dan ditentukan sejumlah keahlian khusus, jabatan dan atau profesi yang termasuk dalam kategori tenaga kependidikan.
Tenaga pendidik dikelilingi oleh sejumlah tenaga yang dapat dibedakan dalam empat kategori yaitu penyelenggara, peneliti,pengembang dan pengelola. Keempat kategori tenaga ini mempunyai fungsi utama menunjang pelaksanaan tugas tenaga pendidik
kapasitas dan dengan waktu yang sama. Keterbatasan manusia dan waktu tersebut menuntut adanya spesialisasi.
Pendidikan sebagai suatu ilmu, teknologi dan profesi tidak luput dari gejala perkembangan itu. Kalau semula hanya orang tua yang bertindak sebagai pendidik, kemudian kita kenal profesi guru yang diberi tanggung jawab mendidik. Sekarang ini secara konseptual maupun legal telah dikenal dan ditentukan sejumlah keahlian khusus, jabatan dan atau profesi yang termasuk dalam kategori tenaga kependidikan.
Tenaga pendidik dikelilingi oleh sejumlah tenaga yang dapat dibedakan dalam empat kategori yaitu penyelenggara, peneliti,pengembang dan pengelola. Keempat kategori tenaga ini mempunyai fungsi utama menunjang pelaksanaan tugas tenaga pendidik
a. Definisi teknologi pendidikan
Tumbuh dan berkembangnya suatu konsep tidak akan terlepas dari konteks dimana konsep itu akan tumbuh. Setiap konsep tentu memerlukan ’istilah’ atau ’nama’ yang diciptakan sebagai lambang untuk mengidentifikasikan konsep yang dimaksud dan untuk mengkomunikasikan gagasan yang ada didalamnya.
Tumbuh dan berkembangnya suatu konsep tidak akan terlepas dari konteks dimana konsep itu akan tumbuh. Setiap konsep tentu memerlukan ’istilah’ atau ’nama’ yang diciptakan sebagai lambang untuk mengidentifikasikan konsep yang dimaksud dan untuk mengkomunikasikan gagasan yang ada didalamnya.
Teknologi pendidikan sebagai
disiplin ilmu, pada awalnmya berkembang sebagai bidang kajian di Amerika
Serikat. Kalau mengacu pada konsep teknologi sebagai cara, maka awal
perkembangan teknologi pendidikan dapat dikatakan telah ada sejak awal
peradaban. Usaha untuk merumuskan definisi Teknologi pendidikan secara
terorganisasi dimulai sejak tahun 1960. definisi tersebut telah beberapa kali
diperbaharui, dan tiap kali diberi arah baru bagi bidang tersebut. Hasil
analisis bersama ini menghasilkan definisi bidang tahun 1994 yaitu :
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain,pengembangan,pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber belajar.
Teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain,pengembangan,pemanfaatan, pengelolaan serta evaluasi proses dan sumber belajar.
Definisi 1994 mengenal baik tradisi
bidang yang berlaku sekarang maupun kecenderungannya untuk masa depan. Definisi
1994 pun memberi tempat pada adanya keragaman dan spesialisasi seperti yang ada
sekarang, selain juga menggabungkan unsur-unsur definisi dan kawasan bidang
yang tradisonal. Tiap kawasan dari bidang memberikan sumbangan pada teori dan
praktek yang menjadi landasan profesi.
b. Profesi
karakteristik
Finn ( 1953 ) yang dikutip dari www/http://en.wikibook. org/w/indeks.php?title=evaluaion_of_IT_as_profession dalam buku Professionalizing the audio-visual field menjelaskan tentang beberapa karakteristik dari profesi adalah , adanya : (1) suatu teknik intelektual ; (2) aplikasi teknik tersebut, yang terkait dengan urusan praktis manusia ; (3) pelatihan dengan periode waktu yang lama, sebelum memasuki profesi tersebut ; (4) suatu perkumpulan anggota profesi yang tergabung dalam sebuah badan dengan satu komunikasi bermutu tinggi antar anggota anggotanya ; (5) satu rangkaian pernyataan kode etik dan standar yang disepakati ; (6) pengembangan teori intelektual dengan penelitian yang terorganisasi. Dari enam karakteristik diatas maka Teknologi Pendidikan dapat digolongkan sebagai suatu profesi karena memiliki : Teknik intelektual , praktek aplikasi dari teknik tersebut, pelatihan dengan periode waktu yang panjang, asosiasi & komunikasi antar anggotanya,kode etik & standar, teori intelektual & penelitian.
karakteristik
Finn ( 1953 ) yang dikutip dari www/http://en.wikibook. org/w/indeks.php?title=evaluaion_of_IT_as_profession dalam buku Professionalizing the audio-visual field menjelaskan tentang beberapa karakteristik dari profesi adalah , adanya : (1) suatu teknik intelektual ; (2) aplikasi teknik tersebut, yang terkait dengan urusan praktis manusia ; (3) pelatihan dengan periode waktu yang lama, sebelum memasuki profesi tersebut ; (4) suatu perkumpulan anggota profesi yang tergabung dalam sebuah badan dengan satu komunikasi bermutu tinggi antar anggota anggotanya ; (5) satu rangkaian pernyataan kode etik dan standar yang disepakati ; (6) pengembangan teori intelektual dengan penelitian yang terorganisasi. Dari enam karakteristik diatas maka Teknologi Pendidikan dapat digolongkan sebagai suatu profesi karena memiliki : Teknik intelektual , praktek aplikasi dari teknik tersebut, pelatihan dengan periode waktu yang panjang, asosiasi & komunikasi antar anggotanya,kode etik & standar, teori intelektual & penelitian.
c. Kompetensi
Kompetensi didefinisikan sebagai kualitas untuk menjadi kompeten; seperti memiliki ketrampilan,pengetahuan,pengalaman yang cukup atau pantas, atau memiliki kualifikasi untuk melaksanakan suatu tugas.(Harris,Guthrie,Hobart&Lundberg,1995; Spector& de la Teja, 2001)
Beberapa penggunaan terminologi berbeda tentang kompetensi diantaranya : kompetensi kunci/key competencies (australia), ketrampilan inti/core skills (UK), ketrampilan penting/essential skills (selandia baru). Di australia kompetensi adalah bingkai dari perspektif tentang harapan terhadap karyawan untuk dapat menerapkan pengetahuan dan ketrampilannya pada berbagai kondisi.(Haris et.al)
Lebih spesifik pada bidang TP, definisi kompetensi yang diusulkan oleh International Board of Standards for Training,Performance and Instruction (IBSTPI,2003) adalah “pengetahuan,ketrampilan atau sikap yang memungkinkan seseorang dalam melaksanakan aktifitasnya dengan efisien sesuai dengan pekerjaannya atau fungsinya sebagaimana standar yang diharapkan dalam ketenaga kerjaan”.
Sejarah penyusunan kompetensi TP :
AECT
1973 : 23 kompetensi
AECT,NSPI,ASTD
1981 : 16 kompetensi
1983 kesepakatan ide dalam penyusunan kompetensi (ID Certification) diantaranya :
• Kompetensi harus merefleksikan ketrampilan dari profesi desainer pembelajaran/pelatihan terkait pekerjaan,posisi,gelar,dan tingkat pendidikan mereka
• Kompetensi harus berorientasi pada kinerja dibanding orientasi akademik
• Walaupun beberapa situasi ketenagakerjaan membuat para desainer tidak dapat melatih semua kompetensinya, namun ia harus tetap dapat memenuhi sebagian besar(walaupun tidak semua) kompetensi
• Kompetensi harus merefleksikan pengalaman keahlian, profesional desainer yang membedakan dengan pelajar, pengikut pelatihan atau desainer tingkat awal
IBSTPI membagi kompetensi dalam 4 peran utama : Desainer pembelajaran, Manajer pelatihan, Instuktur dan performance technologist
Kompetensi didefinisikan sebagai kualitas untuk menjadi kompeten; seperti memiliki ketrampilan,pengetahuan,pengalaman yang cukup atau pantas, atau memiliki kualifikasi untuk melaksanakan suatu tugas.(Harris,Guthrie,Hobart&Lundberg,1995; Spector& de la Teja, 2001)
Beberapa penggunaan terminologi berbeda tentang kompetensi diantaranya : kompetensi kunci/key competencies (australia), ketrampilan inti/core skills (UK), ketrampilan penting/essential skills (selandia baru). Di australia kompetensi adalah bingkai dari perspektif tentang harapan terhadap karyawan untuk dapat menerapkan pengetahuan dan ketrampilannya pada berbagai kondisi.(Haris et.al)
Lebih spesifik pada bidang TP, definisi kompetensi yang diusulkan oleh International Board of Standards for Training,Performance and Instruction (IBSTPI,2003) adalah “pengetahuan,ketrampilan atau sikap yang memungkinkan seseorang dalam melaksanakan aktifitasnya dengan efisien sesuai dengan pekerjaannya atau fungsinya sebagaimana standar yang diharapkan dalam ketenaga kerjaan”.
Sejarah penyusunan kompetensi TP :
AECT
1973 : 23 kompetensi
AECT,NSPI,ASTD
1981 : 16 kompetensi
1983 kesepakatan ide dalam penyusunan kompetensi (ID Certification) diantaranya :
• Kompetensi harus merefleksikan ketrampilan dari profesi desainer pembelajaran/pelatihan terkait pekerjaan,posisi,gelar,dan tingkat pendidikan mereka
• Kompetensi harus berorientasi pada kinerja dibanding orientasi akademik
• Walaupun beberapa situasi ketenagakerjaan membuat para desainer tidak dapat melatih semua kompetensinya, namun ia harus tetap dapat memenuhi sebagian besar(walaupun tidak semua) kompetensi
• Kompetensi harus merefleksikan pengalaman keahlian, profesional desainer yang membedakan dengan pelajar, pengikut pelatihan atau desainer tingkat awal
IBSTPI membagi kompetensi dalam 4 peran utama : Desainer pembelajaran, Manajer pelatihan, Instuktur dan performance technologist
d. Pendidikan Keahlian Teknologi
Pendidikan
Teknologi Pendidikan hanya mungkin dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik bilamana ada tenaga yang menanganinya. Mereka itu adalah tenaga terampil,mahir dan atau ahli dalam melaksanakan kegiatan.
Pendidikan dan latihan keahlian teknologi pendidikan telah dimulai sejak akhir 1950-an dengan mengirim tenaga keluar negeri. Pendidikan dan keahlian semakin mendapat perhatian sejak awal Orde Baru dengan bantuan dari UNDP/UNESCO dan pemerintah Amerika Serikat.
Tenaga ahli yang telah dididik diluar negeri tersebut kemudian diberi tanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan keahlian didalam negeri. Program akademik jenjang S1 (sarjana) dengan keahlian teknologi pendidikan dibuka di IKIP Jakarta pada tahun 1976. dua tahun kemudian dibuka pendidikan keahlian pada jenjang S2 ( Magister)dan S3 ( doktor) Teknologi Pendidikan. Pada Tahun 1979 pendidikan keahlian teknologi pendidikan pada jenjang S1 diselenggarakan ditujuh IKIP ( Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan UjungPandang). Pada jenjang pasca sarjana selain di IKIP Jakarta juga di IKIP Malang. Pendidikan ini secara umum ditujukan untuk menghasilkan tenaga profesi teknologi pendidikan yang bergerak dan berkarya dalam seluruh bidang pendidikan, dan mengusahakan terciptanya keseimbangan dan keselarasan hubungan dengan profesi lain, untuk terwujudkannya gagasan dasar perkembangan tiap individu pribadi manusia Indonesia Seutuhnya.
Teknologi Pendidikan hanya mungkin dikembangkan dan dimanfaatkan dengan baik bilamana ada tenaga yang menanganinya. Mereka itu adalah tenaga terampil,mahir dan atau ahli dalam melaksanakan kegiatan.
Pendidikan dan latihan keahlian teknologi pendidikan telah dimulai sejak akhir 1950-an dengan mengirim tenaga keluar negeri. Pendidikan dan keahlian semakin mendapat perhatian sejak awal Orde Baru dengan bantuan dari UNDP/UNESCO dan pemerintah Amerika Serikat.
Tenaga ahli yang telah dididik diluar negeri tersebut kemudian diberi tanggung jawab untuk menyelenggarakan pendidikan keahlian didalam negeri. Program akademik jenjang S1 (sarjana) dengan keahlian teknologi pendidikan dibuka di IKIP Jakarta pada tahun 1976. dua tahun kemudian dibuka pendidikan keahlian pada jenjang S2 ( Magister)dan S3 ( doktor) Teknologi Pendidikan. Pada Tahun 1979 pendidikan keahlian teknologi pendidikan pada jenjang S1 diselenggarakan ditujuh IKIP ( Padang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan UjungPandang). Pada jenjang pasca sarjana selain di IKIP Jakarta juga di IKIP Malang. Pendidikan ini secara umum ditujukan untuk menghasilkan tenaga profesi teknologi pendidikan yang bergerak dan berkarya dalam seluruh bidang pendidikan, dan mengusahakan terciptanya keseimbangan dan keselarasan hubungan dengan profesi lain, untuk terwujudkannya gagasan dasar perkembangan tiap individu pribadi manusia Indonesia Seutuhnya.
Pendidikan keahlian Teknologi
Pendidikan pada jenjang sarjana S1 ditujukan untuk penguasaan kemampuan :
1. Memahami landasan teori/riset an aplikasi teknologi pendidikan.
2. Merancang pola instruksional
3. Memproduksi media pendidikan
4. Mengevaluasi program dan produk instruksional
5. Mengelola Media dan sarana belajar
6. Memanfaatkan sarana,media,dan teknik instruksional
7. Menyebarkan informasi dan produk teknologi pendidikan
8. Mengoperasikan sendiri dan melatih orang lain dalam mengoperasikan peralatan audiovisual.
1. Memahami landasan teori/riset an aplikasi teknologi pendidikan.
2. Merancang pola instruksional
3. Memproduksi media pendidikan
4. Mengevaluasi program dan produk instruksional
5. Mengelola Media dan sarana belajar
6. Memanfaatkan sarana,media,dan teknik instruksional
7. Menyebarkan informasi dan produk teknologi pendidikan
8. Mengoperasikan sendiri dan melatih orang lain dalam mengoperasikan peralatan audiovisual.
Pada Jenjang S2 kompetensi lulusan
adalah sebagai berikut :
1. Menerapkan pendekatan sistem dalam rangka pengembangan pembelajaran, baik pada tingkat mikro/kelas maupun dalam konteks pendidikan maupun latihan.
2. Merencanakan kurikulum, pemilihan strategi pembelajaran, serta penilaian pelaksanaannya.
3. Merancang, memproduksi, dan menilai bahan bahan pembelajaran.
4. Mengelola Lembaga sumber belajar.
5. Melatih dan mendidik orang lain dalam berbagai aspek teknologi pendidikan.
6. Menyebarkan konsep dan aplikasi teknologi pendidikan.
1. Menerapkan pendekatan sistem dalam rangka pengembangan pembelajaran, baik pada tingkat mikro/kelas maupun dalam konteks pendidikan maupun latihan.
2. Merencanakan kurikulum, pemilihan strategi pembelajaran, serta penilaian pelaksanaannya.
3. Merancang, memproduksi, dan menilai bahan bahan pembelajaran.
4. Mengelola Lembaga sumber belajar.
5. Melatih dan mendidik orang lain dalam berbagai aspek teknologi pendidikan.
6. Menyebarkan konsep dan aplikasi teknologi pendidikan.
Sedangkan pada jenjang S3 adalah
sebagai berikut :
1. Mampu mengkaji dan menganalisis teori/konsep dan temuan penelitian dibidang instruksional dan meramunya menjadi sutau teori/konsep pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik budaya Indonesia.
2. Mampu mengidentifikasikan dan mengkaji kebijakan pendidikan dan masalah pelaksanaannya, dan menselaraskannya dengan perkembangan IPTEK dan SOSEKBUD.
3. Mampu melaksanakan sendiri dan memimpin kegiatan penelitian dan pengembangan, baik untuk menguji teori instruksional, maupun menghasilkan inovasi dalam proses dan sistem pendidikan
1. Mampu mengkaji dan menganalisis teori/konsep dan temuan penelitian dibidang instruksional dan meramunya menjadi sutau teori/konsep pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik budaya Indonesia.
2. Mampu mengidentifikasikan dan mengkaji kebijakan pendidikan dan masalah pelaksanaannya, dan menselaraskannya dengan perkembangan IPTEK dan SOSEKBUD.
3. Mampu melaksanakan sendiri dan memimpin kegiatan penelitian dan pengembangan, baik untuk menguji teori instruksional, maupun menghasilkan inovasi dalam proses dan sistem pendidikan
b. Pekerjaan Teknolog Pendidikan
Pekerjaan para teknolog pendidikan biasanya ditentukan oleh struktur dan tujuan dari lingkungan kerja tertentu dengan merujuk aturan dan pola jabatan dalam lembaga tersebut. Seal dan Glasgow ( 1990 ) menguraikan pangsa pasar kerja dengan membedakan dua peran yaitu penelliti dan praktisi. Lingkup teknologi pendidikan yang sangat luas tidak memungkinkan seseorang untuk menguasai keahlian dalam setiap kegiatan dalam kawasan. Keadaan ini berlaku bagi peneliti maupun praktisi. Kebanyakan teknolog pendidikan mempunyai pekerjaan yang menuntut keahlian khusus dalam satu atau dua bidang, misalnya desain dan pengembangan teknologi tertentu atau pemanfaatan media.
Dalam gambar dibawah ini , Seels dan Glaslow ( 1990 ) menunjukkan konseptualisasi peranan perancang pembelajaran secara menyeluruh.
Pekerjaan para teknolog pendidikan biasanya ditentukan oleh struktur dan tujuan dari lingkungan kerja tertentu dengan merujuk aturan dan pola jabatan dalam lembaga tersebut. Seal dan Glasgow ( 1990 ) menguraikan pangsa pasar kerja dengan membedakan dua peran yaitu penelliti dan praktisi. Lingkup teknologi pendidikan yang sangat luas tidak memungkinkan seseorang untuk menguasai keahlian dalam setiap kegiatan dalam kawasan. Keadaan ini berlaku bagi peneliti maupun praktisi. Kebanyakan teknolog pendidikan mempunyai pekerjaan yang menuntut keahlian khusus dalam satu atau dua bidang, misalnya desain dan pengembangan teknologi tertentu atau pemanfaatan media.
Dalam gambar dibawah ini , Seels dan Glaslow ( 1990 ) menunjukkan konseptualisasi peranan perancang pembelajaran secara menyeluruh.
Dalam gambar diatas dijelaskan
peranan sebagai fungsi kategori utama pekerjaan, lingkungan kerja, dan bentuk
produk yang dihasilkan.
c. Tugas Pokok Ahli Teknologi
Pendidikan
Teknologi pendidikan sendiri dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu sebagai suatu bidang keilmuan, sebagai suatu bidang garapan dan sebagai suatu profesi. Meskipun demikian ketiga perspektif itu berlandaskan pada falsafah yang sama yaitu, membelajarkan semua orang sesuai dengan potensinya masing masing, dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar baik yang sudah ada maupun yang sengaja dibuat, serta memperhatikan keselarasan dengan kondisi lingkungan dan tujuan pembangunan agar tercapai masyarakat yang dinamik dan harmonis.
Berdasarkan konsepsi teknologi pendidikan tugas pokok ahli teknologi pendidikan itu dikategorikan sebagai berikut :
1. Menyebarkan konsep dan aplikasi teknologi pendidikan, terutama untuk mengatasi masalah belajar dimana saja.
2. Merancang program dan sistem instruksional
3. Memproduksi media pendidikan
4. Memilih dan memanfaatkan media pendidikan
5. Memilih dan memanfaatkan berbagai sumber belajar
6. Mengelola kegiatan belajar dan instruksional yang kreatif
7. Memperhatikan perkembangan teknologi dan dampaknya dalam pendidikan
8. Mengelola organisasi dan personel yang melaksanakan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan teknologi pendidikan
9. Merencanakan, melaksanakan dan menafsirkan penelitian dalam bidangnya dan dalam bidang lain yang berkaitan dengan teknologi pendidikan.
10. Penyusunan rumusan kebijakan dalam bidang teknologi pembelajaran
Dalam konsep tenaga profesi teknologi pendidikan yang saat ini sedang diusulkan pengakuannya oleh pemerintah, dikenal perjenjangan.
Usulan jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan menjabarkan peringkat profesi dalam 13 jenjang, mulai dari assisten Pengembang Teknologi Pendidikan Pratama hingga Pengembang Teknologi Pendidikan Utama. Perjenjangan ini dilengkapi dengan persyaratan pendidikan dan pelatihan.
Teknologi pendidikan sendiri dapat dilihat dari tiga perspektif, yaitu sebagai suatu bidang keilmuan, sebagai suatu bidang garapan dan sebagai suatu profesi. Meskipun demikian ketiga perspektif itu berlandaskan pada falsafah yang sama yaitu, membelajarkan semua orang sesuai dengan potensinya masing masing, dengan menggunakan berbagai macam sumber belajar baik yang sudah ada maupun yang sengaja dibuat, serta memperhatikan keselarasan dengan kondisi lingkungan dan tujuan pembangunan agar tercapai masyarakat yang dinamik dan harmonis.
Berdasarkan konsepsi teknologi pendidikan tugas pokok ahli teknologi pendidikan itu dikategorikan sebagai berikut :
1. Menyebarkan konsep dan aplikasi teknologi pendidikan, terutama untuk mengatasi masalah belajar dimana saja.
2. Merancang program dan sistem instruksional
3. Memproduksi media pendidikan
4. Memilih dan memanfaatkan media pendidikan
5. Memilih dan memanfaatkan berbagai sumber belajar
6. Mengelola kegiatan belajar dan instruksional yang kreatif
7. Memperhatikan perkembangan teknologi dan dampaknya dalam pendidikan
8. Mengelola organisasi dan personel yang melaksanakan kegiatan pengembangan dan pemanfaatan teknologi pendidikan
9. Merencanakan, melaksanakan dan menafsirkan penelitian dalam bidangnya dan dalam bidang lain yang berkaitan dengan teknologi pendidikan.
10. Penyusunan rumusan kebijakan dalam bidang teknologi pembelajaran
Dalam konsep tenaga profesi teknologi pendidikan yang saat ini sedang diusulkan pengakuannya oleh pemerintah, dikenal perjenjangan.
Usulan jabatan fungsional Pengembang Teknologi Pendidikan menjabarkan peringkat profesi dalam 13 jenjang, mulai dari assisten Pengembang Teknologi Pendidikan Pratama hingga Pengembang Teknologi Pendidikan Utama. Perjenjangan ini dilengkapi dengan persyaratan pendidikan dan pelatihan.
g. Organisasi Profesi
Di Indonesia, tenaga profesi itu
terhimpun dalam wadah Ikatan Profesi Teknologi Pendidikan Indonesia ( IPTPI )
yayng didirikan pada tanggal 27 September 1987. Dasar pertimbangan pendirian
organisasai profesi adalah karena makin kompleksnya usaha pendidikan ( termasuk
penyuluhan dan pembinaan ) sumber daya manusia, sehingga dirasa perlu adanya
forum profesi untuk saling bertukar pengalaman, peningkatan kemampuan dan untuk
menjaga keselarasan antara perkembangan IPTEK dengan kondisi lingkungan dan
kebutuhan belajar.
Visi dan misi
Dengan semangat kemitraan menjadi suatu lembaga yang tanggap dan tangguh dalam memberdayakan pemelajar ( learner ), melalui kegiatan merancang, mengembangkan, melaksanakan, menilai dan mengelola proses serta sumber belajar
Dengan semangat kemitraan menjadi suatu lembaga yang tanggap dan tangguh dalam memberdayakan pemelajar ( learner ), melalui kegiatan merancang, mengembangkan, melaksanakan, menilai dan mengelola proses serta sumber belajar
Misi
IPTPI mempunyai misi memimpin, memberikan keteladan dan kepemimpinan dalam pengembangkan dan peningkatan profesionalitas para anggotanya, agar mereka mampu untuk memberdayakan peserta didik/warga belajar, sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi belajar, sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta kondisi dan lingkungan, sehingga peserta didik/warga belajar tersebut mampu menguasai kompetensi yang diperlukan, serta meningkatkan kinerja dan produktivitasnya.
IPTPI mempunyai misi memimpin, memberikan keteladan dan kepemimpinan dalam pengembangkan dan peningkatan profesionalitas para anggotanya, agar mereka mampu untuk memberdayakan peserta didik/warga belajar, sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi belajar, sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta kondisi dan lingkungan, sehingga peserta didik/warga belajar tersebut mampu menguasai kompetensi yang diperlukan, serta meningkatkan kinerja dan produktivitasnya.
Tujuan
Menghimpun sumber daya untuk menyumbangkn tenaga dan pikiran bagi pengembangan teknologi pendidikan sebagai suatu teori, bidang dan profesi di tanah air, bagi pembedayaan peserta didik/warga belajar serta kemanfaatannya bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Menghimpun sumber daya untuk menyumbangkn tenaga dan pikiran bagi pengembangan teknologi pendidikan sebagai suatu teori, bidang dan profesi di tanah air, bagi pembedayaan peserta didik/warga belajar serta kemanfaatannya bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Program
1. Menyebarkan konsep, prinsip dan prosedur teknologi pendidikan ke seluruh lembaga pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
2. Menyebarkan aplikasi teknologi pendidikan kepada masyarakat dengan maksud agar tiap warga negara mendapatkan pengajaran seumur hidup, secara mustari dan cepat, yang mudah dicerna dan diresapi, yang memikat, dan pada tempat dan waktu yang tersebar, dengan memanfaatkan teknologi.
3. Mengusahakan dan membina identitas profesi teknologi pendidikan sebagai suatu lapangan pengabdian, dengan menunjukkan kepemimpinan dalam melaksanakan fungsi, tanggung jawab, jabatan dan kompetensi, sehingga memperoleh pengakuan dan pengukuhan dari pemerintahan dan masyarakat.
4. Bekerjasama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran dengan melalui dan menggunakan teknologi pendidikan.
5. Bekerjasama dengan lembaga profesi dan pendidikan tinggi di dalam maupun di luar negeri, dalam rangka meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan kinerja, serta menghindarkan adanya tumpang tindih dan pertentangan kepentingan.
1. Menyebarkan konsep, prinsip dan prosedur teknologi pendidikan ke seluruh lembaga pendidikan dan pelatihan di Indonesia.
2. Menyebarkan aplikasi teknologi pendidikan kepada masyarakat dengan maksud agar tiap warga negara mendapatkan pengajaran seumur hidup, secara mustari dan cepat, yang mudah dicerna dan diresapi, yang memikat, dan pada tempat dan waktu yang tersebar, dengan memanfaatkan teknologi.
3. Mengusahakan dan membina identitas profesi teknologi pendidikan sebagai suatu lapangan pengabdian, dengan menunjukkan kepemimpinan dalam melaksanakan fungsi, tanggung jawab, jabatan dan kompetensi, sehingga memperoleh pengakuan dan pengukuhan dari pemerintahan dan masyarakat.
4. Bekerjasama dengan lembaga pendidikan dan pelatihan dalam menyelesaikan masalah pendidikan dan pembelajaran dengan melalui dan menggunakan teknologi pendidikan.
5. Bekerjasama dengan lembaga profesi dan pendidikan tinggi di dalam maupun di luar negeri, dalam rangka meningkatkan pengetahuan, pengalaman dan kinerja, serta menghindarkan adanya tumpang tindih dan pertentangan kepentingan.
h. Kode Etik Profesi
Profesi Teknologi pendidikan
bukanlah merupakan profesi yang bersifat netral; ia merupakan profesi yang memihak,
yaitu memihak pada kepentingan si belajar, agar mereka memperoleh kemudahan
untuk belajar. Penerapan teknologi pendidikan pasti mempengaruhi
komponen-komponen lain dalam sistem pendidikan. Pengaruh ini pada gilirannya
akan membawa akibat terhadap kelembagaan, dan tanggung jawab pendidikan.
Seterusnya akan mempengaruhi ekonomi dan masyarakat secara keseluruhan.
Ciri utama dalam profesi Teknologi Pendidikan adalah adanya kode etik, pendidikan dan latihan yang memadai, serta pengabdian yang terus menerus. Tujuan kode etik ini secara umum adalah :
1. melindungi dan memperjuangkan kepentingan peserta didik.
2. melindungi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara
3. Melindungi dan membina diri serta sejawat profesi dan
4. Mengembangkan kawasan dan bidang kajian teknologi pendidikan.
Ciri utama dalam profesi Teknologi Pendidikan adalah adanya kode etik, pendidikan dan latihan yang memadai, serta pengabdian yang terus menerus. Tujuan kode etik ini secara umum adalah :
1. melindungi dan memperjuangkan kepentingan peserta didik.
2. melindungi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara
3. Melindungi dan membina diri serta sejawat profesi dan
4. Mengembangkan kawasan dan bidang kajian teknologi pendidikan.
Teknologi pendidikan sebagai teori
dan praktek secara faktual telah menjadi bagian integral dari upaya
pengembangan sumber daya manusia khususnya sistem pendidikan dan pelatihan.
Program Pendidikan profesi Teknologi Pendidikan yang dimulai sejak tahun 1976 terus berkembang, baik lembaga penyelenggaranya maupun peserta dan lulusannya. Mereka itu dituntut untuk bersikap pro aktif dalam mewujudkan visi dan misi teknologi pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu.
Dengan tersedianya tenaga terdidik dan terlatih dalam bidang Teknologi Pendidikan dan adanya organisasi profesi, maka secara konseptual akan terjamin usaha penerapan teknologi pendidikan dalam lembaga -lembaga yang menyelenggarakan kegiatan belajar dan pembelajaran.
Pembangunan sistem pendidikan di Indonesia hanya mungkin dapat terlaksana sesuai dengan harapan jika dipahami arti penting Teknologi pendidikan, sehingga peran dan potensinya dapat diwujudkan secara optimal.
Program Pendidikan profesi Teknologi Pendidikan yang dimulai sejak tahun 1976 terus berkembang, baik lembaga penyelenggaranya maupun peserta dan lulusannya. Mereka itu dituntut untuk bersikap pro aktif dalam mewujudkan visi dan misi teknologi pendidikan sebagai suatu disiplin ilmu.
Dengan tersedianya tenaga terdidik dan terlatih dalam bidang Teknologi Pendidikan dan adanya organisasi profesi, maka secara konseptual akan terjamin usaha penerapan teknologi pendidikan dalam lembaga -lembaga yang menyelenggarakan kegiatan belajar dan pembelajaran.
Pembangunan sistem pendidikan di Indonesia hanya mungkin dapat terlaksana sesuai dengan harapan jika dipahami arti penting Teknologi pendidikan, sehingga peran dan potensinya dapat diwujudkan secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Miarso, yusufhadi, 2004, Menyemai
Benih Teknologi Pendidikan, prenada media Jakarta
Miarso, Yusuhadi, 1987, Landasan
Falsafah dan Teori Tekknologi Pendidikan, makalah untuk bahan kuliah
Miarso Yusufhadi, 1994, Posisi dan Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan
Miarso Yusufhadi, 1994, Posisi dan Fungsi Profesi Teknologi Pendidikan
Seels, Barbara & Richey, Rita,
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN Definisi dan kawasannya, 1994, penerbit UNJ
Makalah Temu Karya Pendidikan dan
Munas III ISPI, Jakarta, 1-3 Juni 1994
Makalah seminar nasional, Pengembangan dan dan penelitian Teknologi pendidikan, Surabaya, 7 Agustus 1993
Makalah seminar nasional, Pengembangan dan dan penelitian Teknologi pendidikan, Surabaya, 7 Agustus 1993
Malakah seminar Identitas Nasional
Siaran Televisi. Jakarta, 20-21 Januari 1995.
Resser,A. Robbert & Demsey John, Trend and Issues in Instructional Design and Technology, Merrill prentice Hall, New Jersey
Resser,A. Robbert & Demsey John, Trend and Issues in Instructional Design and Technology, Merrill prentice Hall, New Jersey
- Kawasan Desain
Yang dimaksud dengan desain disini
adalah proses untuk menentukan kondisi belajar dengan tujuan untuk
menciptakan strategi dan produk. Kawasan desain bermula dari gerakan
psikologi pembelajaran, terutama diilhami dari pemikiran B.F. Skinner (1954)
tentang teori pembelajaran berprogram (programmed instructions).
Selanjutnya, pada tahun
1969 dari pemikiran Herbert Simon yang membahas tentang preskriptif
tentang desain turut memicu kajian tentang desain. Pendirian pusat-pusat desain
bahan pembelajaran dan terprogram, seperti “Learning Resource and
Development Center” pada tahun 1960 semakin memperkuat kajian tentang
desain. Dalam kurun waktu tahun 1960-an dan 1970-an, Robert Glaser, selaku
Direktur dari Learning Resource and Development Center
tersebut menulis dan berbicara tentang desain pembelajaran sebagai inti
dari Teknologi Pendidikan.
Aplikasi teori sistem dalam
pembelajaran melengkapi dasar psikologi pembelajaran tersebut. Melalui James
Finn dan Leonard Silvern, pendekatan sistem pembelajaran secara bertahap mulai
berkembang menjadi suatu metodologi dan mulai memasukkan gagasan dari psikologi
pembelajaran.
Perhatian terhadap desain pesan pun
berkembang selama akhir 1960-an dan pada awal 1970-an. Kolaborasi Robert
Gagne dengan Leslie Briggs telah menggabungkan keahlian psikologi
pembelajaran dengan bakat dalam desain sistem yang membuat konsep desain
pembelajaran menjadi semakin hidup.
Kawasan Desain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu : (1) Desain Sistem Pembelajaran; (2) Desain Pesan; (3) Strategi Pembelajaran; (4) Karakteristik Pembelajar.
Kawasan Desain paling tidak meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu : (1) Desain Sistem Pembelajaran; (2) Desain Pesan; (3) Strategi Pembelajaran; (4) Karakteristik Pembelajar.
- Desain Sistem Pembelajaran; yaitu prosedur yang
terorganisasi, meliputi : langkah-langkah : (a) penganalisaan (proses
perumusan apa yang akan dipelajari); (b) perancangan (proses penjabaran
bagaimana cara mempelajarinya); (c) pengembangan (proses penulisan
dan pembuatan atau produksi bahan-bahan pelajaran); (d)
pelaksanaan/aplikasi (pemanfaatan bahan dan strategi) dan (e) penilaian
(proses penentuan ketepatan pembelajaran).
Desain Sistem Pembelajaran biasanya merupakan prosedur linier dan interaktif yang menuntut kecermatan dan kemantapan. Agar dapat berfungsi sebagai alat untuk saling mengontrol, semua langkah –langkah tersebut harus tuntas. Dalam Desain Sistem Pembelajaran, proses sama pentingnya dengan produk, sebab kepercayaan atas produk berlandaskan pada proses. - Desain Pesan; yaitu perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan memperhatikan prinsip-prinsip perhatian, persepsi,dan daya tangkap. Fleming dan Levie membatasi pesan pada pola-pola isyarat, atau simbol yang dapat memodifikasi perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Desain pesan berkaitan dengan hal-hal mikro, seperti : bahan visual, urutan, halaman dan layar secara terpisah. Desain harus bersifat spesifik, baik tentang media maupun tugas belajarnya. Hal ini mengandung makna bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda, bergantung pada jenis medianya, apakah bersifat statis, dinamis atau kombinasi keduanya (misalnya, suatu potret, film, atau grafik komputer). Juga apakah tugas belajarnya tentang pembentukan konsep, pengembangan sikap, pengembangan keterampilan, strategi belajar atau hafalan.
- Strategi Pembelajaran; yaitu spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan belajar dalam suatu pelajaran. Teori tentang strategi pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen belajar/mengajar. Seorang desainer menggunakan teori atau komponen strategi pembelajaran sebagai prinsip teknologi pembelajaran. Dalam mengaplikasikan suatu strategi pembelajaran bergantung pada situasi belajar, sifat materi dan jenis belajar yang dikehendaki.
Karakteristik Pembelajar, yaitu segi-segi latar belakang
pengalaman pembelajar yang mempengaruhi terhadap efektivitas proses belajarnya.
Karaketeristik pembelajar mencakup keadaan sosio-psiko-fisik pembelajar.
Secara psikologis, yang perlu mendapat perhatian dari karakteristik pembelajar
yaitu berkaitan dengan dengan kemampuannya (ability), baik yang
bersifat potensial maupun kecakapan nyata -- dan kepribadiannya, seperti,
sikap, emosi, motivasi serta aspek-aspek kepribadian lainnya.
- Kawasan Pengembangan
Pengembangan adalah proses
penterjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik, di dalamnya
meliputi : (1) teknologi cetak; (2) teknologi audio-visual; (3) teknologi
berbasis komputer; dan (4) teknologi terpadu. Kawasan pengembangan berakar pada
produksi media. Melalui proses yang bertahun-tahun perubahan dalam kemampuan
media ini berakibat pada perubahan kawasan. Walaupun perkembangan buku teks dan
alat bantu pembelajaran yang lain (teknologi cetak) mendahului film, namun
pemunculan film merupakan tonggak sejarah dari gerakan audio-visual ke era
Teknologi Pembelajaran sekarang ini.
Pada 1930-an film mulai digunakan
untuk kegiatan pembelajaran (teknologi audio-visual). Selama Perang Dunia
II, banyak jenis bahan yang diproduksi terutama film untuk pelatihan
militer. Setelah perang, televisi sebagai media baru digunakan untuk
kepentingan pendidikan (teknologi audio-visual). Selama akhir tahun 1950- an
dan awal tahun 1960-an bahan pembelajaran berprograma mulai digunakan untuk
pembelajaran. Sekitar tahun 1970-an komputer mulai digunakan untuk
pembelajaran, dan permainan simulasi menjadi mode di sekolah. Selama tahun
1098-an teori dan praktek di bidang pembelajaran yang berlandaskan komputer
berkembang seperti jamur dan sekitar tahun 1990-an multimedia terpadu yang
berlandaskan komputer merupakan dari kawasan ini.
Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong terhadap desain pesan maupun strategi pembelajarannya . Pada dasarnya kawasan pengembangan terjadi karena :
Di dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong terhadap desain pesan maupun strategi pembelajarannya . Pada dasarnya kawasan pengembangan terjadi karena :
- Pesan yang didorong oleh isi
- Strategi pembelajaran yang didorong oleh teori,
- Manifestasi fisik dari teknologi – perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran
- Teknologi Cetak; adalah cara untuk
memproduksi atau menyampaikan bahan, seperti : buku-buku, bahan-bahan
visual yang statis, terutama melalui pencetakan mekanis atau photografis. Teknologi
ini menjadi dasar untuk pengembangan dan pemanfaatan dari kebanyakan bahan
pembelajaran lain. Hasil teknologi ini berupa cetakan. Teks dalam
penampilan komputer adalah suatu contoh penggunaan teknologi
komputer untuk produksi. Apabila teks tersebut dicetak dalam bentuk
“cetakan” guna keperluan pembelajaran merupakan contoh penyampaian dalam
bentuk teknologi cetak.
Dua komponen teknologi ini adalah bahan teks verbal dan visual. Pengembangan kedua jenis bahan pembelajaran tersebut sangat bergantung pada teori persepsi visual, teori membaca, pengolahan informasi oleh manusia dan teori belajar.
Secara khusus, teknologi cetak/visual mempunyai karakteristik sebagai berikut : - Teks dibaca secara linier, sedangkan visual direkam menurut ruang
- Keduanya biasanya memberikan komunikasi satu arah yang pasif.
- Keduanya berbentuk visual yang statis
- Pengembangannya sangat bergantung kepada prinsip-prinsip linguistik dan persepsi visual.
- Keduanya berpusat pada pembelajar
- Informasi dapat diorganisasikan dan distrukturkan kembali oleh pemakai.
- Teknologi Audio-Visual; merupakan cara memproduksi dan
menyampaikan bahan dengan menggunakan peralatan dan elektronis untuk
menyajikan pesan-pesan audio dan visual. Pembelajaran audio-visual dapat
dikenal dengan mudah karena menggunakan perangkat keras di dalam proses
pengajaran. Peralatan audio-visual memungkinkan pemroyeksian gambar hidup,
pemutaran kembali suara, dan penayangan visual yang beukuran besar.
Pembelajaran audio-visual didefinisikan sebagai produksi dan pemanfaatan
bahan yang berkaitan dengan pembelajaran melalui penglihatan dan
pendengaran yang secara eksklusif tidak selalu harus bergantung kepada
pemahaman kata-kata dan simbol-simbol sejenis.
Secara khusus, teknologi audio-visual cenderung mempunyai karakteristik sebagai berikut : - Bersifat linier
- Menampilkan visual yang dinamis
- Secara khas digunakan menurut cara yang sebelumnya telah ditentukan oleh desainer/pengembang.
- Cenderung merupakan bentuk representasi fisik dari gagasan yang riil dan abstrak.
- Dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip psikologi tingkah laku dan kognitif.
- Sering berpusat pada guru, kurang memperhatikan interaktivitas belajar si pembelajar.
- Teknologi Berbasis Komputer; merupakan cara-cara memproduksi
dan menyampaikan bahan dengan menggunakan perangkat yang bersumber
pada mikroprosesor. Pada dasarnya, teknologi berbasis komputer menampilkan
informasi kepada pembelajar melalui tayangan di layar monitor. Berbagai
aplikasi komputer biasanya disebut “computer-based intruction (CBI)”,
“computer assisted instruction (CAI”), atau “computer-managed
instruction (CMI)”.
Aplikasi-aplikasi ini hampir seluruhnya dikembangkan berdasarkan teori perilaku dan pembelajaran terprogram, akan tetapi sekarang lebih banyak berlandaskan pada teori kognitif. Aplikasi-aplikasi tersebut dapat bersifat : (1) tutorial, pembelajaran utama diberikan, (2) latihan dan pengulangan untuk membantu pembelajar mengembangkan kefasihan dalam bahan yang telah dipelajari sebelumnya, (3) permainan dan simulasi untuk memberi kesempatan menggunakan pengetahuan yang baru dipelajari; dan (5) dan sumber data yang memungkinkan pembelajar untuk mengakses sendiri susunan data melalui tata cara pengakasesan (protocol) data yang ditentukan secara eksternal.
Teknologi komputer, baik yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak biasanya memiliki karakteristik sebagai berikut : - Dapat digunakan secara secara acak, disamping secara linier
- Dapat digunakan sesuai dengan keinginan Pembelajar, disamping menurut cara seperti yang dirancang oleh pengembangnya.
- Gagasan-gagasan biasanya diungkapkan secara abstrak dengan menggunakan kata, simbol maupun grafis.
- Prinsip-prinsip ilmu kognitif diterapkan selama pengembangan
- Belajar dapat berpusat pada pembelajar dengan tingkat interaktivitas tinggi.
- Teknologi Terpadu; merupakan cara untuk memproduksi
dan menyampaikan bahan dengan memadukan beberapa jenis media yang
dikendalikan komputer.
Keistimewaan yang ditampilkan oleh teknologi ini,-- khususnya dengan
menggunakan komputer dengan spesifikasi tinggi, yakni adanya
interaktivitas pembelajar yang tinggi dengan berbagai macam sumber
belajar.
Pembelajaran dengan teknologi terpadu ini mempunyai karakteristik sebagai berikut : - Dapat digunakan secara acak, disamping secara. linier
- Dapat digunakan sesuai dengan keinginan Pembelajar, disamping menurut cara seperti yang dirancang oleh pengembangnya.
- Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks pengalaman Pembelajar, relevan dengan kondisi pembelajar, dan di bawah kendali pembelajar.
- Prinsip-prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam pengembangan dan pemanfaatan bahan pembelajaran
- Belajar dipusatkan dan diorganisasikan menurut pengetahuan kognitif sehingga pengetahuan terbentuk pada saat digunakan.
- Bahan belajar menunjukkan interaktivitas pembelajar yang tinggi
- Sifat bahan yang mengintegrasikan kata-kata dan contoh dari banyak sumber media.
- Kawasan Pemanfaatan
Domain
ketiga dalam teknologi pembelajaran ialah kawasan pemanfaatan. Pemanfatan
adalah tindakan mengguakan metode dan model instruksional, bahan dan peralatan
media untuk meningkatkan suasana pembelajaran. Adapun kawasan pemanfaatan
menurut Seels & Richey (2000:46) dapat digambarkan sebagai berikut:
- Pemanfaatan Media
- Divusi Inovasi
- Implementasi dan Institusionalisasi
- Kebijakan dan regulasi
Dalam
perkembangan teknologi Pendidikan/pembelajaran sudah mengalami beberapa
pergeseran paradigma. Revolusi tersebut dapat dikelompokan menjadi 3 (Beckwith,
1998), yaitu:
a)
Teknologi Masa Lampau.
b) Teknologi Masa Sekarang, dan
c) Teknologi Masa Depan.
b) Teknologi Masa Sekarang, dan
c) Teknologi Masa Depan.
Tantangan
abad ini dan abad mendatang jelas semakin berat dengan tantangan dunia yang
mengalami perubahan yang cepat. Dengan perubahan yang cepat itu pula mau
tidak mau pendidikan juga semakin cepat dengan cirri belajar secara cepat.
Profesionalitas adalah salah satu pemecahan masalah tersebut. Menciptakan
tenaga pendidik yang professional adalah tantangan dan eksistensi dari
Teknologi Pendidikan/Pembelajaran. Professional bukanlah profesi yang mudah.
Memerlukan banyak waktu seiring dengan perjalanan kehidupan seseorang.
Penerapan ilmu teknologi pendidikan/pembelajaran bertujuan mempercepat
terjadinya profesi tersebut, dan memecahkan permasalahan dalam pembelajaran.
- Kawasan Pengelolaan
KAWASAN PENGELOLAAN
KAWASAN PENGELOLAAN
1. Konsep
Kawasan Pengelolaan
Konsep pengelolaan
merupakan bagian yang integral dalam bidang teknologi pendidikan dan dari
peran kebanyakan para teknolog pendidikan. Secara perorangan tiap ahli dalam
bidang ini dituntut untuk dapat memberikan pelayanan pengelolaan dalam
berbagai latar. Seorang teknolog pendidikan mungkin terlibat dalam usaha
pengelolaan projek pengembangan pembelajaran atau pengelolaan pusat media
sekolah. Tujuan yang sesungguhnya dari pengelolaan kasus demi kasus dapat
sangat bervariasi, namun keterampilan pengelolaan yang mendasarinya relative
tetap sama apapun kasusnya.
Banyak teknolog
pendidikan memegang jabatan yang
jelas-jelas memerlukan fungsi pengelolaan. Misalnya seorang direktur Pusat
Sumber Belajar pada sebuah Universitas. Orang ini bertanggungjawab atas kekseluruhan
program sumber belajar termasuk tujuan organisasi, staf, keuangan, fasilitas,
dan peralatan.
Orang yang lain lagi mungkin
bertugas sebagai ahli media pada sebuah sekolah. Orang ini bertanggungjawab
atas keseluruhan program pusat media tersebut. Program-program yang dilakukan
oleh mereka itu dapat sangat berbeda, akan tetapi keterampilan dasar yang
diperlukan untuk mengelolaprogram tersebut tetap sama. Keterampilan yang
dimaksud meliputipengorganisasin program, supervise personil, perencanaan,
pengadministrasian dana dan fasilitas, serta pelaksanaan perubahan.
Kawasan pengelolaan semula berasal dari administrasi pusat media, program media dan pelayanan media. Pembauran perpustakaan dengan program media membuahkan pusat dan ahli perpustakaan media sekolah. Program-program media sekolah ini menggabungkan bahan cetak dan non cetak sehingga timbul peningkatan penggunaan sumber-sumber teknologikal dalam kurikulum. Pada tahun 1976 Chisholm dan Ely menulis buku Media Personnel In Education: A Competency Approach yang menekankan bahwa administrasi program media memegang peran sentral dalam khasanah teknologi pendidikan
2. Fungsi Kawasan
Pengelolaan
Definisi AECT tahun 1977 membagi fungsi pengelolaan dalam
pengelolaan organisasi dan pengelolaan personil, seperti halnya yang
dilakukan oleh para administrator dari program dan pusat media.
Dengan semakin rumitnya praktek pengelolaan dalam bidang
ini, teori pengelolaan umum mulai diterapkan dan diadaptasi. Teori
pengelolaan projek digunakan, khususnya dalam proyek dasain pembelajaran,
karena semakin diperlukan dalam prkatek pengelolaan. Teknik atau cara untuk
mengelola proyek-proyek ini harus dikembangkan atau dipinjam dari bidang
lain. Tiap perkembangan baru memerlukan cara pengelolaan yang abru pula. Keberhasilan
sistem belajar jarak jauh tergantung pengelolaannya, karena lokasinya yang
menyebar. Dengan lahirnya teknologi baru , dimungkinkan tersedianya cara baru
untuk mendapatkan informasi. Akibatnya pengetahuan tentang pengelolaan
informasi menjadi sangat potensial.
Suatu dasar teoritis dari pengelolaan informasi berasal
dari disiplin ilmu informasi. Dasar lain yang muncul dari praktek berasal
dari teknologi terpadu kawasan pengembangan , dan dari ilmu perpustakaan.
Pengelolaan informasi membuka banyak kemungkinan untuk desain pembelajaran,
khususnya dalam pengembangan dan implementasi kurikulum dan pembelajaran yang
dirancang sendiri.
Pengelolaan meliputi pengendalian teknologi pembelajaran
melalui perencanaan, pengorganisasian, pengkooerdinasian, dan supervise.
Pengelolaan biasanya meruapakan hasil dari penerapan suatu sistem nilai .
kerumitan dalam mengelola berbagai macam sumber, personil, usaha desain
maupun pengembangan akan semakin meningkat dengan membesarnya usaha dari
sebuah sekolah atau bagian kantor yang kecil menjadi kegiatan pembelajaran
berskala nasional atau menjadi perusahaan multi-nasional dengan skala global.
Terlepas dari besarnya program atau proyek teknologi pendidikan yang
ditangani, salah satu kunci keberhasilan yang esensial adalah pengelolaan.
Perubahan jarang terjadi hanya pada tingkat pembelajaran yang mikro. Untuk
menjamin keberhasilan dari tiap intervensi pembelajaran, proses perubahan
prilaku kognitif maupun afektif ahrus terjadi bersamaan dengan perubahan pada
tingat makro.
3.
Kategori Kawasan Pengelolaan
Secara singkat ada empat kategori dalam kawasan
pengelolaan, yaitu pengelolaan proyek, pengelolaan sumber, pengelolaan sistem
penyampaian dan penegelolaan informasi. Disetiap sub kategori tersebut ada
seperangkat tugas yang sama yang ahrus dilakukan. Organisasi harus
dimantapkan, personil harus diangkat dan di supervise, dana harus
direncanakan dan dipertanggungjawabkan, dan fasilitas harus dikembangkan
serta dipelihara.
Disamping itu harus ada perencanaan jangka pendek dan jangka
panjang. Untuk mengontrol organisasi, pengelola harus menciptakan struktur
yang membantu pengambilan keputusan dan pemecahan masalah. Pengelola ini
harus menjadi pemimpin yang dapat memberikan motivasi, arahan, melatih,
membina, memberi wewenang, dan mempunyai keterampilan berkomunikasi (Prostano
dan Prostano, 1987). Tugas dalam bidang personil mencakup seleksi,
pengangkatan, supervise, dan penilaian. Tugas keuangan mencakup perencanaan
anggaran, justifikasi dan pemantauan, pertanggungjawaban dan pembelian.
Tanggungjawab akan fasilitas meliputi perencanaan,bimbingan, serta supervise.
Pengelolaan bertanggungjawab membuat rencana jangka panjang (Caffrela, 1993).
a.
Pengelolaan proyek
Pengelolaan proyek
meliputiperencanaan, monitoring dan pengendalian proyek desain dan
pengembangan. Menurut Rothwell dan Khazanas (1992), pengelolaan proyek
berbeda dengan pengelolaan tradisonal, yaitu organisasi garis dan staf.
Perbedaan itu disebabkan karena
1)
Staf proyek mungkin baru, yaitu anggota tim untuk jangka pendek
2)
Pengelola proyek biasanya tidak menpunyai wewenang jangka panjang atas orang
karena sifat tugas mereka yang sementara
3)
Pengelola proyek memiliki kendali dan fleksibilitas yang lebih luas dari yang
biasa terdapat pada organisasi garis dan staf.
Para pengelola proyek
bertanggungjawab atas perencanaan, penjdwalan dan pengendalian fungsi desain
pembelajaran atau jenis-jenis proyek lain. Mereka harus melakukan negosisasi,
menyusun anggaran, membentuk sistem pemantauan informasi, serta menilai
kemajuan. Peran pengelolaan proyek biasanya berhubungan dengan cara mengatasi
ancaman proyek dan memberi saran perubahan ke dalam.
b.
Pengelolaan sumber
Pengelolaan sumber mencakup
perencanaan, pemantauan, dan pengendalian sistem pendukung dan pelayanan
sumber. Pengelolaan sumber sangat penting artinya karena mengatur
pengendalian akses. Pengertian sumber dapat mencakup personil, keuangan,
bahan baku, waktu, fasilitas, dan sumber pembelajaran. Sumber pembelajaran
mencakup semua teknologi yang telah dijelaskan pada kawasan pengembangan
efektivitas biaya dan justifikasi belajar yang efektif merupakan dua
karakteristik penting dari pengelolaan sumber.
c.
Pengelolaan sistem penyampaian
Pengelolaan sistem penyampaian
meliputi perencanaan, pemantauan, pengendalian “cara bagaimana distribusi
bahan pembelajaran diorganisasikan…Hal tersebut merupakan suatu gabungan
medium dan cara penggunaan yang dipakai dalam menyajikan informasi
pembelajaran kepada pebelajar” (Ellington dan Harris, 1986:47). Contoh
pengelolaan sperti itu trdapat pada proyek belajar jarak jauh di National Technological University dan
Nova University. Pengelolaan sistem penyampaian memberikan perhatian pada
permasalahan produk seperti persyaratan perangkat keras/lunak dan dukungan
teknis terhadap pengguna maupun operator. Penglolaan ini juga memperhatikan
permasalahn proses seperti pedoman bagi desainer dan instruktur atau pelatih.
Dari sekian banyan parameter ini
keputusan harus diambil berdasarkan pada kesesuaian karakteristik teknologi dengan tujuan pembelajaran. Keputusan
tentang pengelolaan sistem penyampaian ini sering tergantung pada sistem
pengelolaan sumber.
d.
Pengelolaan informasi
Pengelolaan informasi meliputi
perencanaan, pemantauan dan pengendalian cara penyimpanan,
pengiriman/pemindahan atau proses informasi dalam rangka tersdianya sumber
untuk belajar. Teknologi yang dijelaskan pada kawasan pengembangan merupakan metoda penyimpanan dan
penyampaian. Penyiaran atau transfer informasi sering terjadi melalui teknologi
terpadu. Pemrosesan adalah pengubahan pengubahan beberapa aspek informasi
melalui computer agar lebih sesuai dengan tujuan tertentu (Lindenmayer, 1988,
hal 317). Pengelolaan informasi penting untuk memberikan akses dan keakraban
pemakai. Pentingnya pengelolaaninformasi terletak pada potensinya untuk
mengadakan revolusi kurikulum dan aplikasi desain pembelajaran. Pertumbuhan
ilmu maupun industri pengetahuan di luar yang saat ini dapat diakomodasikan
menunjukkan bahwa hal ini merupakan bidang yang sangat penting bagi teknologi
pendidikan di masa yang akan datang. Pengelolaan sistem penyimpanan informasi
untuk tujuan pembelajaran tetap akan merupakan komponen penting dari bidang
teknologi pendidikan.
|
5. KAWASAN EVALUASI
KAWASAN
PENILAIAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
A.
Pengertian Penilaian
Dalam
arti yang luas penilaian adalah aktivitas manusia sehari-hari. Dalam kehidupan
sehari-hari kita selalu menakar nilai aktivitas atau kejadian berdasarkan
kepada sistem penilaian tertentu. Pengembangan program pendidikan formal menuntut perlunya program penilaian yang
bersifat formal pula. Penilaian program-program ini memerlukan penerapan
prosedur yang lebih sistematik dan ilmiah.
Berikut
ini adalah yang termasuk dalam kawasan penilaian :
PENILAIAN
|
Analisis Masalah
Pengukuran Beracukan Patokan
Penilaian Formatif
Penilaian Sumatif
|
Ahli
kurikulum Ralph Tyler dikenal orang sebagai pencetus gagasan tentang penilaian
pada tahun-tahun 1930an. Pada tahun 1965 hal
tersebut terlihat dalam naskah “Ele
mentary and
Secondary Education Act” (Undang-undang Pendidikan Dasar dan Menengah A.S)
yang memberikan wewenang perlunya diadakan analisis kebutuhan dan penilaian
untuk jenis-jenis program tertentu.
Pada
akhir tahun 1960an Stufflebeam memperkenalkan pendekatan lain untuk penilaian
yang sekarang menjadi karya klasik yaitu menelaah “bukan untuk membuktikan tapi
untuk memperbaiki”. Model Stufflebeam ini mengemukakan empat jenis
penilaian : context, input, proses, and product (CIPP). Keempat unsur
dalam model CIPP memberikan informasi yang masing-masing berhubungan dengan
analisis kebutuhan, keputusan desain tentang isi dan strategi, petunjuk
pelaksanaan, serta hasil penilaian (Branden, 1992 dalam seels and richy 1994).
Dalam
pendidikan penilaian diartikan
sebagai
proses penentuan memadai tidaknya belajar dan pembelajaran. Penilaian dimulai
dengan analisis masalah, Ini merupakan langkah awal yang penting dalam
pengembangan dan penilaian pembelajaran karena tujuan dan hambatan dijelaskan
pada langkah ini. Kegiatan penilaian dilakukan secara teliti, akurat, dan
sistematis merupakan urusan bersama antara evaluator dan klien.
B.
Tujuan Penilaian
Tujuan
penilaian ialah membantu pengambilan keputusan yang tepat, bukannya untuk
menguji hipotesa. Dengan
demikian, penelitian penilaian dan penelitian tradisional, dibedakan menurut
beberapa karakteristik. Walaupun keduanya menggunakan instrument yang sama, namun tujuannya berbeda. Tujuan
penelitian tradisional secara garis besar ialah peningkatan ilmu. Sedangkan
tujuan penelitian penilaian adalah untuk mendapatkan data untuk pengambilan
keputusan memperbaiki, memperluas, atau menghentikan suatu proyek, program,
atau produk.
C.
Jenis Kawasan Penilaian
Dalam
kawasan penilaian dibedakan pengertian antara penilaian program, penilaian
proyek dan penilaian produk. Masing-masing merupakan jenis penilaian penting
untuk perancang
pembelajaran, seperti halnya penilaian formatif dan penilaian sumatif.
The
Joint Committee on Standards for Educational Evaluation
(Komisi gabungan standar penilaian pendidikan) pada tahun 1981 memberikan
definisi untuk masing-masing jenis penilaian sebagai berikut :
1.
Penilaian Program
Penilaian
program adalah evaluasi yang menaksir kegiatan pendidikan yang memberikan
pelayanan secara berkesinambungan dan sering terlibat dalam penyusunan
kurikulum. Sebagai contoh misalnya penilaian untuk program membaca dalam suatu
wilayah persekolahan, program pendidikan khusus dari pemerintah daerah, atau
suatu program pendidikan berkelanjutan dari suatu universitas.
2.
Penilaian Proyek
Yaitu
evaluasi untuk menaksir kegiatan yang dibiayai secara khusus guna melakukan
suatu tugas tertentu dalam suatu kurun waktu. Sebagai contoh, suatu lokakarya 3
hari mengenai tujuan perilaku atau suatu proyek demonstrasi pendidikan karir
yang lamanya tiga tahunan.
Kunci
perbedaan antara program dan proyek ialah bahwa program diharapkan berlangsung
dalam waktu yang tidak terbatas, sedangkan proyek biasanya diharapkan berjangka
pendek. Proyek yang dilembagakan dalam kenyataannya dijadikan program.
3.
Penilaian Bahan (Produk Pembelajaran)
Yaitu
menafsir kebaikan atau manfaat isi yang menyangkut benda-benda fisik, termasuk
buku, pedoman kurikulum, film, pita rekaman, dan produk pembelajaran lainnya
yang dapat dipegang.
D.
Sub-Kawasan dalam Kawasan Penilaian
Dalam
kawasan penilaian terdapat empat sub-kawasan, yaitu :
1.
Analisis Masalah
Analisis
masalah mencakup cara penentuan sifat dan parameter masalah dengan menggunakan
strategi pengumpulan informasi dan pengambilan keputusan.
Jadi
kegiatan penilaian meliputi identifikasi kebutuhan, penentuan sejauh mana
masalahnya dapat diklasifikasikan sebagai pembelajaran, identifikasi hambatan,
sumber dan karekateristik pebelajar, serta penentuan tujuan dan prioritas.
2.
Pengukuran acuan-patokan (PAP)
Pengukuran
acuan patokan meliputi teknik-teknik untuk menentukan kemampuan pebelajar
meliputi teknik-teknik menentukan kemampuan pebelajar menguasai materi yang
telah ditentukan sebelumnya. Pengukuran acuan patokan, yang sering berupa tes,
juga dapat disebut acuan isi, acuan tujuan, atau acuan kawasan. Sebab, kriteria
tentang cukup tidaknya hasil belajar ditentukan oleh seberapa jauh pebelajar
telah mencapai tujuan. PAP memberikan informasi tentang penguasaan seseorang
mengenai pengetahuan, sikap, atau keterampilan yang berkaitan dengan tujuan.
3.
Penilaian formatif dan Penilaian Sumatif
Penilaian
formatif berkaitan dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan dan
penggunaan informasi sebagai dasar pengembangan selanjutnya. sedangkan penilaian sumatif berkaitan
dengan pengumpulan informasi tentang kecukupan untuk pengambilan keputusan
dalam hal pemanfaatan.
Penekanan
baik untuk penilaian formatif pada tahap-tahap awal dari pengembangan produk,
maupun penilaian sumatif setelah kegiatan pembelajaran merupakan perhatian
utama dari para teknolog pembelajaran.
Keseimbangan
antara pengukuran kuantitatif dan kualitatif perlu mendapat perhatian yang
cukup dalam penilaian formatif maupun sumatif. Pengukuran kuantitatif lazim
berhubungan dengan angka-angka dan biasanya bekerja menurut gagasan pengukuran
objektif. Pengukuran kualitatif lebih menekankan pada aspek-aspek subjektif dan
bersifat pengkajian proyek. Hasil pengukuran kualitatif biasanya dilaporkan
dalam bentuk uraian variabel.
4.
Kecenderungan dan permasalahan
Perhatian
pada konteks jelas terlihat pada gerakan teknologi kinerja, teori belajar
situasional dan pada pendekatan yang lebih sistemik terhadap desain. Sebagai
konsekuensinya, tahap penilaian kebutuhan menjadi semakin penting. Disamping
itu, banyak yang memberikan rekomendasi agar tahap penilaian kebutuhan tugasnya
diperluas, tidak hanya berkonsentrasi pada isi, melainkan ditambah dengan
penekanan baru pada analisis pebelajar, lingkungan, dan organisasi. Gerakan
teknologi kinerja juga memberikan sumbangan penting pada penilaian kebutuhan
yang baru ini. Pendekatan-pendekatan teknologi kinerja dapat memperluas peran
para perancang mencakup identifikasi, permasalahan yang bukan bersifat
pembelajaran serta bekerja sama dengan pihak lain untuk mendapatkan pemecahan
masalah yang bersifat majemuk.
Gerakan
perbaikan kualitas juga mempengaruhi kawasan penilaian. Pengendalian kualitas memerlukan
penilaian yang berkelanjutan termasuk perluasan siklus di luar penilaian
sumatif. Penilaian konfirmatif merupakan langkah logis berikutnya dalam siklus
ini.
Bidang-bidang
lain yang penting untuk diperhatikan ialah pengukuran untuk tujuan kognitif tingkatan tinggi, tujuan afektif, dan
tujuan psikomotor. Penelitian tentang pengukuran acuan patokan yang
berasaskan komputer akan merangsang kawasan ini. Demikian juga halnya dengan
pengukuran kualitatif, seperti portofolio dan soal-soal pengukuran yang lebih
realistis seperti studi kasus dan penilaian presentasi rekaman pita. Ilmu
pengetahuan kognitif akan tetap mempengaruhi kawasan ini dalam pengertian
pendekatan yang lebih baru untuk cara mendiagnosis.
Teknologi
baru telah menimbulkan permasalahan baru dalam kawasan penilaian. Keadaan
ini menuntut kebutuhan akan teknik dan metoda baru, sebagai contoh, perhatian perlu
diarahkan pada perbaikan penilaian tentang proyek-proyek belajar jarak jauh.
Proyek-proyek ini cenderung dinilai secara dangkal. Perlu diingat bahwa
evaluasi belajar jarak jauh mencakup banyak aspek yaitu ketenagaan, fasilitas,
peralatan, bahan, pemprogaman. Eksperimentasi formatif dengan menggunakan
pendekatan coba-coba skala kecil untuk mempelajari suatu variabel dalam konteks
kehidupan yang sesungguhnya.
E.
Peran dan implikasi penilaian
Analisis,
asesmen dan penilaian memainkan peranan penting dalam proses desain
pembelajaran dan teknologi pembelajaran. Di dalam kerangka penilaian yang
dikemukakan oleh Worthen dan Sunders (1973;1987 dalam seels & richy 1994)
penilaian diartikan sebagai suatu bentuk penelitian yang memanfaatkan sarana
penelitian untuk memperoleh cara yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh para
teknolog pembelajaran dalam membuat keputusan yang kompleks. Oleh karena itu,
penilaian pembelajaran diartikan sebagai suatu bentuk disiplin pengkajian
dengan orientasi :
1.
Sistematik
2.
Beracu pada patokan
3.
Cenderung positivistic
Tumbuhnya
desain pembelajaran sebagai suatu proses keperilakuan (behaviorist process)
mengakibatkan digunakannya tujuan perilaku secara regular. Baik kelemahan
maupun keunggulan pembelajaran yang berorientasikan tujuan pada umumnya akan
berlanjut dengan digunakannya pengujian beracukan kriteria. Pada dasarnya hampir semua prosedur desain pembelajaran
mendorong digunakannya tes beracukan patokan dan bukannya tes beracukan norma.
Beberapa panganut konstruktivisme keberatan dengan digunakannya kedua
pendekatan yang tradisional tersebut. Mereka memilih untuk mengembangkan
pendekatan yang sama sekali berbeda.
Hal
yang sama juga terjadi pada penelusuran kebutuhan dari berbagai bentuk analisa
tahap awal lain yang lazimnya menggunakan pendekatan keperilakuan. Hal ini
terlihat jelas dengan diberikannya perhatian terhadap data kinerja dan
pemerincian isi ke dalam bagian-bagian yang membentuknya. Teknik-teknik desain
seperti penggunaan hirarki belajar dan analisis tugas pekerjaan jelas
berorientasi keperilakuan. Penelusuran kebutuhan yang dikembangkan lebih lanjut
oleh para teknolog kinerja, pada dasarnya juga dilaksanakan pada pandangan
keperilakuan.
Penekanan
pada tujuan kognitif pada jenjang yang lebih tinggi tampaknya lebih
menstimulasi kawasan ini, khususnya karena penilaian dengan paradigm kognitif
lebih banyak berfungsi diagnostik. Pengetahuan kognitif mempengaruhi cara-cara
mendiagnosa kebutuhan belajar dan mempengaruhi cara pengukuran prestasi dalam konteks
situasi pembelajaran yang bermakna dan kompleks. Analisis kritis dan inovasi
yang berlanjut seperti ini akan mempunyai implikasi penting dalam prosedur
asesmen dan penilaian yang secara tradisional telah digunakan dalam bidang ini.
F.
Nilai dan Perspektif Alternatif Bidang Teknologi Pembelajaran
1.
Nilai-nilai Umum
Pada
umumnya nilai-nilai yang ada akan berfungsi sebagai landasan berfikir dan
berbuat. Nilai-nilai ini mungkin berasal dari pelatihan dan pengalaman kerja
yang sama, pembudayaan yang berasal dari teori-teori, atau karakteristik
pribadi orang yang tertarik pada suatu disiplin ilmu.
Pada
teknologi
pembelajaran, sebagai suatu komunitas professional, cenderung untuk menilai
konsep sebagai :
a.
Replikabilitas pembelajaran
b.
Individualisasi
c.
Efisiensi
d.
Penggeneralisasian proses isi lintas bidang
e.
Perencanaan terinci
f.
Analisis dan spesifikasi
g.
Kekuatan visual
h.
Manfaat pembelajaran bermedia
Prioritas
yang tidak tertulis ini telah berkembang bersamaan dengan pertumbuhan bidang
teknologi pembelajaran. Prioritas tersebut telah membentuk ikatan para
anggotanya. Banyak diantara anggota tersebut yang lebih tertarik dalam bidang
pembelajaran, belajar, teknologi, media, dan desain pembelajaran. Namun
komunitas teknologi pembelajaran bersatu tidak hanya karena kesesuaian minat,
melainkan juga tradisi dan budaya yang cenderung mengukuhkan kesamaan nilai dan
prioritas.
Nilai-nilai
disiplin ilmu terbentuk oleh aspek lain dari budaya seperti : penelitian dan
teori, keberadaan filosofis yang dominan, hakekat latar dimana aplikasi
dilaksanakan, dan terutama dalam hal ini sumber yang tersedia. Walaupun
demikian, ada pandangan alternatif lain yang ikut membentuk karya para teknolog
pembelajaran.
2.
Perspektif alternatif
Teknologi
pembelajaran merupakan bidang studi dengan beragam pandangan dan kompleksitas,
meskipun ada sejumlah kesamaan nilai. Konsep paradigma alternatif dalam menemukan dan memverifikasi pengetahuan baru-baru ini
telah menjadi focus utama dalam berbagai disiplin ilmu. Ditinjau dari
perspektif ilmiah, paradigm alternatif ini memiliki kecenderungan untuk
menerima metodologi penelitian kualitatif, penelitian fenomenologis, dan
gerakan kea rah psikologi konstruktivis.
Teknologi
pembelajaran cenderung mendudukkan dirinya sebagai suatu ilmu, dan oleh karena
itu, para teknolog terorientasikan dengan pandangan positivisme. Positivis
berpandangan bahwa pengetahuan hakikatnya memiliki sifat-sifat ilmiah,
pengamatan objektif dihargai dan hubungan sebab akibat antara berbagai aspek
dan lingkungan dikaji. Para positivis selalu berusaha untuk terampil dalam
memperdiksi dan mengontrol dampak. Penelitian yang bersifat eksperimental dan
kualitatif adalah bentuk penelitian yang disukai. Pandangan ini terlihat jelas
dalam penekanannya pada penilaian dan teori yang senantiasa didasarkan pada
hasil penelitian.
Meskipun
orientasi seperti ini masih dominan dalam banyak disiplin ilmu, namun sekarang
ada sejumlah pandangan alternatif yang berkembang di bidang teknologi
pembelajaran. Pandangan alternatif ini yang cenderung pada :
a.
Pengkajian kritis atau posisi yang sudah dianggap umum
Pengkajian
ini berupa titik atas pandangan yang
menekankan pada teknologi pada bidang studi dan pada masyarakat umumnya. Sebagai
contoh, Striebel (1991 dalam seels
& Richy 1994) mengemukakan pendapat bahwa “computer
bukanlah sekedar bentuk lain dari sistem penyampaian tetapi sebagai suatu
lingkungan yang memiliki nilai-nilai tertentu dan segala kecondongan yang
terkait padanya”.
Mengingat
teknologi bukan merupakan satu-satunya hal yang merupakan kepentingan teknolog
pembelajaran, ada sejumlah kritik mengenai teknologi dari para teoritis dan
filosof di luar bidang, yang memberikan analisis sejalan dengan profesi kita.
b.
Orientasi/ posisi
teori alternatif
Salah
satu kelompok yang mewakili perspektif teoritis baru adalah para psikolog
konstruktivis. Konstruktivisme berpendapat bahwa di samping adanya realitas
fisik, namun pengetahuan kita tentang realitas tersebut berasal dari hasil
penafsiran pengalaman.
Konstruktivis
cenderung mempersoalkan perancangan lingkungan belajar daripada penahapan
kegiatan pembelajaran. Lingkungan belajar ini merupakan konteks yang kaya baik
berupa landasan pengetahuan, masalah yang otentik, dan piranti otentik yang
digunakan untuk memecahkan permasalahan.
Perspektif
lain, walaupun tidak seluruhnya bertentangan dengan orientasi konstruktivis,
mereka memandang penting atas keunggulan dari belajar situasional. Belajar
situasional terjadi bilamana siswa mengerjakan tugas otentik dan berlangsung di
latar dunia nyata. Belajar semacam ini tidak akan terjadi bilamana pengetahuan
dan keterampilan tidak diajarkan secara kontekstual.
Bila
orang menekankan pada belajar situasional, maka logika kelanjutannya adalah
memahami belajar sebagai suatu proses yang aktif, berlangsung berkesinambungan,
dan dinilai lebih pada aplikasi daripada sekedar perolehan. Winn (1993 dalam seels & richy 1994)
telah menunjukkan bagaimana prinsip desain pembelajaran dapat diaplikasikan
untuk keperluan belajar situasional, dan dalam melaksanakan hal itu ditekankan
perlunya “pelajaran diberikan yang bersifat umum sehingga memungkinkan aplikasi
dalam berbagai latar”.
Gerakan
teknologi kinerja, yang lebih berbasis terapan (Geis, 1986 dalam seels & richy 1994)
juga mengajukan perspektif alternatif dalam teknologi pembelajaran. Gerakan ini
bagi beberapa
orang bahkan dianggap sebagai bidang alternatif lain dari teknologi
pembelajaran.
Para
teknolog kinerja lebih cenderung mengidentifikasi kebutuhan bisnis dan tujuan
organisasinya daripada tujuan belajar. Teknologi kinerja, sebagai suatu
pendekatan pemecahan masalah, adalah suatu produk dari berbagai pengaruh teori
seperti cybernetics, psikologi perilaku, teori komunikasi, teori informasi, teori
sistem, ilmu manajemen, dan ilmu kognitif. Pendapat alternatif ini menunjukkan
suatu pola pengaruh dari berbagai teori yang sangat biasa terjadi dalam setiap
bidang.
Para
teknolog kinerja tidak merancang intervensi pembelajaran sebagai suatu solusi
dalam memecahkan permasalahannya. Teknologi kinerja akan cenderung
memperhatikan peningkatan insentif, desain pekerjaan, pemilihan personel, umpan
balik, atau alokasi sumber sebagai intervensi, seperti halnya dulu sewaktu
mereka merancang intervensi pembelajaran. Nampanya sulit untuk memahami
penggunaan prinsip-prinsip teknologi kinerja diluar batas-batas suatu
organisasi, sementara prinsip-prinsip teknologi pembelajaran dapat dengan mudah
digunakan dalam berbagai situasi pembelajaran baik dalam organisasi formal
maupun tidak.
c.
Landasan filosofis alternatif (Filsafat alternatif).
Filsafat
pasca modern mendorong untuk melakukan analisis kritis terhadap berbagai
landasan keyakinan tradisional dan nilai-nilai dalam bidang teknologi
pembelajaran. Perspektif pasca modern berpegang pada pendapat bahwa teknologi
pembelajaran sebagai suatu kiat sekaligus sebagai suatu ilmu.
Hlynka
(1991 dalam seels & richy 1994)
menjelaskan bahwa post-modernism adalah sebagai “suatu cara berpikir yang
menjunjung prinsip keanekaragaman, temporal (bersifat sementara), dan yang
kompleks daripada yang bersifat universal, stabil dan sederhana”. Paham ini
mensyaratkan bahwa sebuah filsafat atau sebuah teori, tidaklah lebih baik dari
pada yang lain, semua teori muncul bersama-sama dan harus digunakan
bersama-sama.
Banyak
implikasi filsafat pasca modern untuk praktek desain dan teori desain sekarang
ini. Yang utama adalah bahwa orientasi pemikiran ini mengembangkan penggunaan
paradigma desain baru bukannya menyandarkan pada model desain yang sistematis termasuk dalam orientasi
ini adalah suatu kepercayaan pada paradigma estetik dan berbagai model yang
memperhatikan pada kekompleksan situasi.
Karena
dianjurkannya penggunaan pendekatan multi teori, filsafat pasca modern lebih
menyenangi pada hal-hal yang bersifat terbuka dan fleksibel daripada hal-hal
yang bersifat tertutup, terstruktur dan kaku. Kepedulian mereka juga terkait
pada pembelajaran yang hanya memfokuskan diri pada pengetahuan deklaratif,
yaitu pembelajaran yang mengisolasi pebelajar dengan dunia nyata yang ada di
sekelilingnya, dan pembelajaran yang menghambat rasa keingintahuan pebelajar.
G.
Pengaruh Teknologi
Penelitian
dan teori teknologi pembelajaran sebagai suatu bidang, tidak terlepas dari
pengaruh dan kemajuan teknologi. Hal ini terjadi meskipun ada usaha
terus-menerus untuk mendefinisikan bidang dalam pengertian proses dan bukannya
dalam perangkat keras. Berawal dari penggunaan pembelajaran terprogram” di
pertengahan tahun 1950an sampai dengan keberhasilan televisi pembelajaran yang
menggunakan prinsip-prinsip desain pembelajaran.
Sekarang
ini teknologi-teknologi baru banyak memberikan dorongan pada kemajuan teori dan
praktek suatu disiplin. Salomon (1992 dalam seels & richy 1994) menyebutnya sebagai
pola pengembangan teori dari bawah ke atas. teknologi-teknologi baru ini
memberikan kesempatan pengembangan yang mengarah pada permasalahan-permasalahan
yang, termasuk kebutuhan untuk :
a.
Menemukan prinsip-prinsip untuk mengadaptasi pembelajaran dalam situasi yang unik.
b.
Menemukan pendekatan baru dalam mengadaptasi pembelajaran interaktif.
c.
Menemukan pebelajaran dalam lingkungan belajar yang non formal.
Sewaktu
mengekplorasi pengaruh teknologi kita
dapat mempertimbangkan berbagai kemungkinan sistem penyampaian dan pengaruhnya
terhadap belajar dan pembelajaran. Sebagai contoh, teknologi dapat memberikan
prospek munculnya stimulus yang realistic, memberikan akses terhadap sejumlah
besar informasi dalam waktu yang cepat, dan tepat menghilangkan hambatan jarak
antara pengajar dan pebelajar, dan antara pebelajar itu sendiri. Perancang yang
terampil dan kreatif dapat menghasilkan produk pembelajaran yang dapat
memberikan keunggulan dalam :
a.
Mengintegrasikan media.
b.
Menyelenggarakan pengendalian atas pebelajar yang jumlahnya hamper tidak
terbatas, dan bahkan
c.
Mendesain kembali untuk kemudian disesuaikan dengan kebutuhan, latar belakang
dan lingkungan kerja setiap individu.
Kemajuan dalam teknologi akan banyak merubah hakekat
praktek dalam bidang teknologi pembelajaran, perubahan ini juga akan
berimplikasi pada penelitian dan perluasan teori. Sebagai contoh, lingkungan
belajar yang menggunakan teknologi baru memberikan kesempatan kepada para
peneliti untuk lebih rinci lagi dalam menjelaskan peranan dan pengaruh
interaksi yang intensif dan kompleks dalam belajar, dan akibat dari interaksi
kemampuan bakat.
Sebaliknya, bila kita mempertimbangkan pengaruh
dengan penggunaan teknologi, maka orientasi pertanyaan akan berbeda.
Pertanyaan-pertanyaan akan lebih berfokus pada pengaruh pasangan intelektual
antara pebelajar dan teknologi, terhadap peranan lingkungan yang didukung
teknologi pada proses kognitif dan berfikir jenjang yang lebih tinggi. Dari
sudut pandang ini, teknologi dapat menjadi suatu kekuatan yang mendorong pada
teori dan praktek yang lebih berorientasi pada kognisi.
0 Comments