KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat dan karunia sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Keberhasilan makalah ini
tidak lain disertai referensi – referensi dan bantuan dari pihak yang
bersangkutan. Namun makalah ini masih memiliki kekurangan dalam penyusunan
makalah, maka dari itu kritik dan saran sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini. Makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan serta memenuhi nilai
tugas Pendidikan Pancasila.
Kami ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang membantu dan
terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Nopember 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL...................................................................................... i
KATA
PENGANTAR
....................................................................................
ii
DAFTAR
ISI
....................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang masalah............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 2
1.3 Tujuan dan manfaat Penulisan................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Permasalahan Pokok Pendidikan dan Penangulangannya.......................... 3
2.2 Jenis
Permasalahan Pokok Pendidikan ...................................................... 3
2.3
Faktor-faktor yang mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan. 9
2.4
Permasalahan Aktual Pendidikan dan Penanggulangannya....................... 11
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan................................................................................................. 15
3.2 Saran........................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah.
Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural
Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara
berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara.
Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14
negara berkembang.
Salah satu faktor rendahnya
kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru
dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya
tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya.
Kelemahan paran pendidik kita, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi
parasiswa.
Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak
bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut
ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan
pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir
anak tidak bisa diarahkan.
Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing
siswa, kurikulum yang sentralistik membuat potret pendidikan semakin
buram. Kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa
memperhatikan kebutuhan masyarakat. Lebih parah lagi,pendidikan tidak
mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya, kurikulum dibuat di
Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah. Jadi, para lulusan
hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja
sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas.
Kualitas pendidikanIndonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan analisa
dari badanpendidikan dunia (UNESCO), kualitas para guru Indonesia
menempati peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pacifik. Posisi
tersebut menempatkan negeri agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru
merdeka beberapa tahun lalu. Sedangkan untuk kemampuan membaca, Indonesia
berada pada peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia. Lemahnya input
quality, kualitas guru kita ada diperingkat 14 dari 14 negara berkembang. Ini
juga kesalahan negara yang tidak serius untuk meningkatkan kualitaspendidikan.
Dari sinilah penulis mencoba untuk membahas lebih dalam
mengenai pendidikan di Indonesia dan segala dinamikanya.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dilihat begitu kompleksnya
permasalahan dalam pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu Penulis
membatasi beberapa masalah dalam penulisan makalah dengan “Masalah-masalah
mendasar pendidikan di Indonesia, Kualitas pendidikan di Indonesia, dan Solusi
Pendidikan di Indonesia”.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penulisan
1. Tujuan
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka tujuan
penulisan adalah untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi pada
pendidikan di Indoensia yang dillihat dari kualitas pendidikannya semakin hari
semakin menurun.
2. Manfaat
Dari penulisan
ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan pengetahuan serta wawasan
penulis kepada pembaca tentang keadaan pendidikan sekarang ini sehingga kita
dapat mencari solusinya secara bersama agar pendidikan di masa yang akan dapat
meningkat baik dari segi kualitas maupun kuantitas yang diberikan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Permasalahan Pendidikan Dan Penanggulagannya
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan
dari kehidupan sosial budaya masyarakat sebagai supra-sistem. Pembangunan
sistem pendidikan tidak memiliki arti apa-apa, jika tidak sinkron dengan
pembangunan nasional. Kaitan yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem
dengan sistem dengan sistem sosial. Budaya sebagai supra-sistem tersebut,
dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya,
menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalah interen sistem
pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya suatu permasalah interen dalam
sistem pendidikan selalu ada kaitannya dengan masalah-masalah di luar sistem
pendidikan. Misalnya masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat
dilepaskan dari kondisi sosial budaya dan dan ekonomi masyarakat disekitarnya,
dari mana murid sekolah tersebut berasal, serta masih banyak lagi faktor-faktor
lainnya di luar sistem persekolahan yang berkaitan dengan mutu hasil belajar.
Berasarkan kenyataan
tesebut, maka penanggulangan masalah
pendidikan juga sangat kompleks, menyangkut banyak komponen antara pihak
yang terkait.
Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh
dunia pendidikan di tanah air kita dewasa ini, yakni :
a. Bagaimana semua
warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan,
b. Bagaimana pendidikan
dapat membekali peserta didik keterampilan kerja yang mantap untuk dapat terjun
ke dalam kancah kehidupan masyarakat.
Yang pertama mengenai masalah pemerataan dan yang kedua
adalah masalah mutu , relevansi dan juga efisiensi pendidikan.
2.2 Jenis Permasalahan Pokok
Pendidikan
Masalah
pokok pendidikan yang telah menjadi keepakatan nasional yang perlu
diprioroitaskan penanggulangannya. Masalah yang dimaksud itu, adalah :
1. Masalah
pemerataan pendidikan
2. Masalah
mutu pendidikan
3. Masalah
efisiensi pendidikan
4.
Masalah relevansi pendidikan.
1. Masalah
Pemerataam Pendidikan
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai wahana untuk
memajukan bangsa dan kebudayaan nasional , pendidikan diharapkan dapat
menyediakan kesempatan yang seluas – luasnya bagi seluruh warga negara
Indonesia untuk memperoleh pendidikan.Masalah pemerataan pendidikan adalah
masalah bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas –
luasnya kepada seluruh warga negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga
pendidikan itu menjadi wahana bagi pembangunan sumberdaya manusia untuk
menunjang pembangunan.
Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak
warga negara, khususnya usia anak sekolah tidak dapat ditampung di dalam sistem
atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia.
Masalah pemerataan pendidikan di pandang penting karena
jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka mereka
memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis dan berhitung, sehingga
mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai media massa dan
sumber belajar yang tersedia, baik mereka itu nantinya berperan sebagai
produsen maupun konsumen. Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi
penghambat derap pembangunan.
A.
Pemecahan Permasalahan Pemerataan Pendidikan
Banyak macam
masalah yang telah dan sedang dilaksanakan oleh pemerintah untuk meningkatkan
pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, langkah –
langkah ditempuh melalui cara konvensional dan cara inovatif.
· Cara konvensional, antara lain :
a.
Membangun gedung sekolah, seperti SD inpres dan atau ruang belajar,
b.
Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian).
Sehubungan dengan itu yang perlu digalakkan, utamanya
untuk pendidikan dasar adalah membangkitkan kemauan belajar bagi
masyarakat/keluarga yang kurang mampu agar mau menyekolahkan anaknya.
· Cara inovatif, antara lain :
a. Sistem pamong (pendidikan
oleh masyarakat, orangtua dan guru) atau INPACT (instructional management by
parent, community and Teacher).Sistem tersebut dirintis di Solo dan
didesiminasikan ke beberapa provinsi.
b. SD kecil pada daerah terpencil,
c. Sistem Guru Kunjung,
d. SMP Terbuka ( ISOSA-In School
out of School Aproach ),
e. Kejar paket A dan B,
f. Belajar Jarak jauh seperti
Universitas terbuka.
Mutu pendidikan dipermasalahkan jika hasil pendidikan
belum mencapai taraf seperti yang diharapkan, penetapan mutu hasil pendidikan,
penetapan dilakukan oleh lembaga penghasil luaran, dengan sistem setifikasi.
Selanjutnya jika luaran tersebut terjun ke lapangan kerja penilaian dilakukan oleh lembaga pemakai, sebagai
konsumen tenaga kerja dengan sistem tes
untuk kerja ( performance test ). Lazimnya sesudah itu masih dilakukan
pelatihan/pemagangan baik calon untuk penyesuaian dengan tuntutan persyaratan
kerja di lapangan.
Jadi mutu pendidikan pada akhirnya dilihat pada kwalitas
luarannya. Jika tujuan oendidikan nasional dijadikan kriteria, maka
pertanyaannya adalah: apakah luaran dari satu sistem pendidikan menjadi pribadi
yang bertaqwa, mandiri dan berkarya, anggota masyarakat yang sosial dan
bertanggung jawab, warga negara yang cinta tanah air dan memiliki rasa
kesetiakawanan sosial.
Dengan kata lain apakah luaran itu mewujudkan diri
sebagai manusia pembangunanyang dapat
membangun dirinya dan membangun lingkungannya. Kwalitas luaran seperti itu,
disebut Nurturant effect. Meskipun disadari
bahwa pada hakekatnya produk dengan ciri-ciri seperti itu tidak semata-mata
hasil dari sistem pendidikan sendiri. Tetapi jika terdapat produk seperti itu sistem pendidikan dianggap mempunyai
andil yang cukup, yang tetap menjadi persoalan adalah bahwa cara pengukuran
mutu produk tidak mudah. Berhubung dengan sulitnya pengukuran terhadap produk
tersebut, maka jika orang berbicara tentang mutu pendidikan, umumnya hanya
mengasosiasikan dengan hasil belajar yang dikenal sebagai EBTA, EBTANAS, UAS,
SIPENMARU, karena ini yang mudah diukur. Hasil ujian tersebut itu dipandang
sebagai gambaran tentang hasil pendidikan.
Padahal hasil belajar
yang bermutu hanya mungkin dicapai melalui proses belajar yang bermutu.
Jika proses belajar tidak optimal sangat
sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang bermutu. Jika terjadi belajar
yang tidak optimal akan menghasilkan skor ujian yang baik, maka hampir dapat
dipastikan bahwa hasil belajar tersebut adalah semu. Ini berarti bahwa pokok
permasalahan mutu pendidikan lebih terletak pada masa pemrosesan pendidikan.
Selanjutnya kelancaran pemrosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidikan
yang terdiri peserta didik, tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran, bahkan juga
masyarakat sekitar.
Seberapa besar dukungan tersebut diberikan oleh komponen
pendidikan, sangat bergantung pada kualitas komponen dan kerjasama serta mobilitas komponen yang
mengarah kepada pencapaian tujuan. Sebagai misal komponen sarana pembelajaran
lengkap, tetapi tidak didukung oleh guru-guru yang terampil, maka sumbangan
sarana tersebut pada pencapaian tujuan tidak akan optimal. Tentang hal ini
sudah dipaparkan secukupnya pada butir terdahulu, yaitu pada sistim pendidikan.
Mas lah mutu pendidikan juga mencakup masalah pemerataan
mutu. Di dalam TAP MPR 1988 tentang GBHN, dinyatakan bahwa titik berat
pembangunan pendidikan diletakkan pada penimgkatan mutu setiap jenjang dan
jenis pendidikan, sedangkan dalam rangka penimgkatan mutu pendidikan khususnya
untuk memacu penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, perlu lebih
disempurnakan dan ditingktkan pengajaran ilmu pengetahuan alam dan
matematika,(BP-7, 1989). Umumnya kondisi mutu pendidikan di seluruh pelosok
tanah air (kota/desa) mengalami peningkatan mutu pendidikan sesuai dengan
situasi dan kondisinya masing-masing.
B.
Pemecahan Pemerataan Mutu Pendidikan
Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis
besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia,
dan manajemen, sebagai berikut :
1. Seleksi yang lebih raional terhadap
masakan mentah, khususnya SLTA dan PT.
2. Pengembang kemampuan tenaga
kependidikan melalui study lanjut.Latihan,
penataran,seminar, kegiatan-kegiatan kelompok, studi seperti PKG dan lain-lain.
3. Penyempurnaan kurikulum (materi
yang esensial) dan mengandung muatan lokal, metode yang menantang dan
menggairahkan belajar,evaluasi yang beracuan PAP
4. Pengembangan prasarana
yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar, penyempurnaan sarana
belajar ,seperti buku paket, media pembelajaran dan peralatan laboratorim,
5. Peningkatan administrasi
manajemen khususnya mengenai anggaran
6. Kegiatan pengendalian
mutu berupa kegiatan-kegiatan :
a. Laporan penyelenggaraan
pendidikan oleh semua lembaga pendidikan,
b. Supervisi dan monitoring
pendidikan oleh pemilik dan pengawas.
c. Sistem ujian nasional
/negara seperti UAN, EBTANAS, SIPENMARU.
d. Akreditasi
terhadap lembaga pendidikan untuk menetapkan status suatu lembaga.
2. Masalah Efisiensi Pendidikan
Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana
suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan pendidkan. Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting,adalah:
a.
Masalah efisiensi dalam memungsikan tenaga
Masalah ini
meliputi pengangkatan, penempatan dan pengembangan tenaga. Masalah pengangkatan
terletak pada kesenjangan antara stock tenaga yang tersedia dengan jatah
pengangkatan yang terbatas. Pada masa 5 tahun terakhir ini, jatah pengangkatan
setiap tahunnya sekitar 20% dari kebutuhan tenaga di lapangan. Sedangkan
persediaan tenaga yang setiap diangkat lebih besar dari pada kebtuhan
dilapangan. Dengan demikian berarti lebihdari 80% tenaga tersedia tidak
difungsikan. Masalah pengembangan tenaga kependidikan di lapangan biasanya
terlambat, khususnya pada saat menyongsong hadirnya kurikulum baru.
b. Masalah
efisiensi dalam penggunaan sarana dan prasarana
Penggunaan
sarana dan prasarana pendidikan yang tidak efisiensi bisa terjadi antara lain
sebagai akibat kurang matangnya perencanaan dan juga karena perubahan
kurikulum. Perubahan sering membawa akibat tidak dipakainyalagi buku siswa
pegangan guru beserta perangkat lainnya, karena harus diganti dengan buku-buku
yang baru. Misalnya perubahan kurikulum 1975/1976 digantikan dengan kurikulum
1984 bahkan sementara buku baru belum rampung disiapkan, kurikulum sudah
berubah lagi yaitu dengan munculnya kurikulum 1994.sebab bagaimana pun juga
pembaharuan kurikulum merupakan tindakan antisipasi terhadap pemberian bekal
bagi calon iuran sesuai dengan tuntunan zaman.
3. Masalah Relevansi Pendidikan
Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem
pendidikan dapatmenghasilkan iuran sesuai dengan kebutuhan pembangunan, yaitu
masalah-masalah seperti digambarkan dalam rumusan tujuan pendidikan nasional.
Iuran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor
pembangunan yang beraneka ragam sektor produksi, sektor jasa dll. Baik dari
segi jumlah maupun segi kualitas. Kriteria relevansi seperti yang dinyatakan
tersebut cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem tersebut pendidikan
pada umumnya dan gambaran tentang pekerjaan yang ada antara lain, sebagai berikut:
1. Status lembaga
pendidikan sendiri masih bermacam-macam kualitasnya,
2. Sistem pendidikan
tidak pernah menghasilkan iuran siap pakai, yang ada adalah siap kembang/latih.
3. Peta kebutuhan
tenaga kerja dengan persyaratan yang dapat digunakan sebagai pedoman oleh
lembaga-lembaga pendidikan untuk menyusun program tidak tersedia.
2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
Permasalahan pokok pendidikan sebagaimana telah
diutarakan pada butir B dan C di atas merupakan masalah pembangunan mikro,
yaitu masalah-masalah yang berlangsung didalam sistem pendidikan sendiri.
Masalah makro berupa antara lain masalah perkembangan internasional, masalah
demografi, masalah politik, ekonomi,sosial budaya, masalah perkembangan
regional.
Uraian
selanjutnya akan mengemukakan masalah-masalah makro yang merupakan
faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan masalah
pendidikan, yaitu:
a. Perkembangan
iptek
Terdapat
hubungan erat antara pendidikan dengan iptek. Ilmu pengetahuan merupakan hasil
eksploitasi sacera sistematis dan terorganisir mengenai alam semesta, dan
teknologi adalah penerapan yang direncanakan dari ilmu pengetahuan untuk
memenuhi hidup masyarakat. Suatu teknologi baru digunkan dalam suatu proses
produksi menimbulkan kondisi ekonomi sosial baru lantaran perubahan persyaratan
kerja atau jam kerja,kebutuhan bahan-bahan baru, sistem pelayanan baru, sampai
berkembangnya gaya hidup yang baru. Semua perubahan tersebut tentu membawa
masalah dalam skala nasional yang tidak sedikit memakan biaya. Hal ini sudah
disinggung dalam butir 3 masalah efisiensi pendidikan tentang perubahan
kurikulum.
b. Perkembangan
Seni
Kesenian adalah
merupkan aktivitas berkreasi manusia secara individual atau kelompok
menghasilkan sesuatu yang indah,Barksenian mejadi kebutuhan hidup manusia.
Melalui kesenian manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi( mencipta) yang
bersifat orisinal (bukan tiruan) dan dorongan spontanitas dalam menemukan
keindahan. Seni membutuhkan pengembangan.
Dilihat dari
segi tujuan pendidikan yaitu terbentuknya manusia seutuhnya, aktivitas kesenian
mempunyai adil yang besar, karena dapat
mengisi pengembangan domain afektif khususnya emosi yang positif dan konstruktif serta keterampilan disamping
domain kongnitif yang sudah digarap melalui program/bidang studi lain.
Dilihat dari
lapangan kerja, dewasa ini dunia seni dengan segenap cabangnya telah mengalami
perkembangan pesat dan semakin mendapat tempat dalam kehidupan masyarakat.
1. Laju
Pertumbuhan Penduduk.
Masalah kependudukan dan kependidikan bersumber pada dua
hal, yaitu :
a. Pertambahan
penduduk.
Pertambahan
penduduk gambarannya sebagai berikut:
Dari sekarang
hingga abad XXI, terus menerus akan terjadi pertambahan penduduk, meskipun
gerakan keluaga berencana beberapa waktu yang lalu berhasil. Sebapnya karena
kematian menurun lebih cepat (45%) dari turunnya tingkat kelahiran(35%). Hal
tersebut juga mengakibatkan berubahnya susunan umur penduduk. Dengan
bertambahnya jumlah penduduk, maka penyeddian sarana dan prasarana pendidikan
beserta komponen penunjang terselenggaranya pendidikan harus ditambah.
Dan ini berarti beban pembangunan nasional menjadi bertambah. Pertambahan
penduduk yang dibarengi dengan meningkatnya usia rata-rata,b penurunan angka
kematian, mengakibatkan berubahnya strutur kependudukan, yaitu propinsi
penduduk usia lanjut,angkatan kerja, dan penduduk usia tua meningkat berkat
kemajuan dibidang gizi dan kesehatan.
b. Penyebaran
Penduduk.
Penyebaran
penduduk diseluruh pelosok tanah air tidak merata.Ada daerah yang padat
penduduk terutama di kota-kota besar dan daerah yang penduduknya jarang, yaitu
didaerah pedalaman kh ususnya didaerah terpencil yang berlokasi pegunungan dan
pulau-pulau. Sebaran penduduk ini
menimbulkan kesulitan dalam penyediaan sarana pendidikan. Sebagai contoh
adalah dibangunnya SD kecil untuk melayani kebutuhan akan pendidikan didaerah
terpencil pada pelita V, disamping SD yang reguler. Belum lagi kesulitan dalam
penempatan guru. Peristiwa ini menimbulkan pola yang dinamis dan labil yang
lebih menyulitkan perencanaan penyediaan saran pendidikan.
2. Aspirasi
masyarakat
Dalam dua
dasawarsa terakhir ini aspirasi masyarakat dalam banyak hal meningkat khususnya
aspirasi terhadap pendidikan. Orang mulai meihat bahwa untuk hidup yang lebih
layak dan sehat harus ada pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidikan memberi
jaminan untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan menetap itu. Sebagain akibat
dari meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan itu maka orangtua mendorong
anaknya memperoleh pekerjaan yang lebih baik daripada orangtuanya sendiri.
Sehingga gejala yang timbul yaitu membanjirnya pelamr pada sekolah-sekolah.
Arus pelajar menjadi meningkat. Di
kota-kota disamping pendidikan formalmulai bermunculan beraneka ragam
pendidikan non-formal. Namun demikian tidak berarti bahwa aspirasi terhadap
pendidikn harus diredam, justru sebaliknya harus tetap dibangkitkan dan
ditingkatkan, utamanya pada masyarakat yang belum maju dan masyarakat diderah
terpencil, sebab aspirasi menjadi motor penggeak roda kemajuan.
2.4
Permasalahan Aktual Pendidikan Dan Penanggulangannya
Pendidikan
selalu menghadapi masalah, karena selalu terdapat kesenjangan antara apa yang
diharapkan dengan hasil vang dapat dicapai dari proses pendidikan.
Permasalahan aktual berupa kesenjangan - kesenjangan yang pada saat ini kita
hadapi dan terasa mendesak untuk ditanggulangi.
Beberapa
masarah aktual pendidikan yang akan dikemukakan meliputi masalah-rnasalah
keutuhan pencapaian sasaran, kurikulum, peranan guru, pendidikan dasar 9 tahun,
dan pendayagunaan teknologi pendidikan.
Masalah
aktual tersebut ada yang mengenai konsep dan ada yang mengenai pelaksanaanya.
Misalnya munculnya kurikulum baru adalah masalah konsep.
Berikut
ini masalah aktual tersebut akan dibahas satu persatu.
• Masalah
Keutuhan Pencapaian Sasaran
Di
dalam undang-undang Nornor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab
II Pasal 4 telah dinyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional ialah mengembangkan
manusia Indonesia seutuhnya. Banyak hambatan yang harus dihadapi dalam
pelaksanaan system pendidikan antara lain :
- kurikulum sudah terlalu sarat.
- Pendidikan afektif sulit diprogramkan secara eksplisit karena dianggap
- menjadi bagian dari kurikulum tersembunyi (hiden curriculum) yang keterlaksanaannya sangat tergantung kepada kemahiran dan pengalaman guru.
- Pencapaian hasil pendidikan afektif rnemakan waktu, sehingga memerlukan ketekunan dan kesabaran pendidik.
- Menilai hasil pendidikan afektif tidak mudah. Bahkan kalau mau berhasil, juga membutuhkan biaya. Misal, jika PR ingin berdaya mendidik (ketekunan, kepercayaan diri, kejujuran kedisiplinan) maka harus diperiksa dengan saksama oleh guru dan hasilnya dikembalikan kepada siswa untuk dibicarakan Untuk itu perlu ada insentif bagi guru.
• Masalah
Kurikulum
Pada
bagian ini akan dibahas masalah aktual mengenai kurikulum Masalah kurikulum
meliputi masalah konsep dan masalah pelaksanaannya. Yang menjadi sumber masalah
ini bagaimana system pendidikan dapat mernbekali peserta didik untuk
terjun kelapangan kerja (bagi yang tidak melanjutkan sekolah) dan memberikan
bekal dasar yang kuat untuk ke perguruan tinggi (bagi mereka yang ingin
lanjut).
• Masalah
Peranan Guru
Konsep-konsep
baru lahir sebagai cerminan humanisme yang memberikan arah baru pada pendidikan.
sejalan dengan itu perkembangan iptek yang pesat menyumbangkan cara – cara baru
yang lebih mantap terhadap pemecahan masalah pendidikan. dalam
realisasinya dipandu oleh kurikulum yang telah disempurnakan. sejalan
dengan itu maka guru sebagai suatu komponen system pendidikan juga harus
berubah.
• Masalah
pendidikan 9 tahun
Keberadaan
pendidikan 9 tahun mempunyai landasan yang kuat. UU RI No 2 tahun 1989 Pasal 6
menyatakan tentang hak warga Negara untuk mengikuti pendidikan sekurang –
kurangnya tamat pendidikan dasar. Kemudian PP nomor 28 tahun 1990 tentang
pendidikan dasar, pasal 2 menyatakan bahwa pendidikan dasar merupakan
pendidikan 9 tahun terdiri atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program
pendidikan 3 tahun di SLTP, pasal 3 memuat tujun pendidikan dasar yaitu
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga Negara, dan anggota
umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
menengah.
Dalam
pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, lebih – lebih pada tahap awal sudah pasti
banyak hambatannya, hambatan tersebut ialah :
- Realisasi pendidikan dasar yang diatur PP Nomor 28 Tahun 1989 masih harus dicarikan titik temunya dengan PP Nomor 65 Tahun 1951 yang mengatur sekolah dasar sebagai bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum dicabut.
- Kurikulum yang belum siap.
- Pada masa transisi para pelaksana pendidikan di lapangan perlu disiapkan melalui bimbingan – bimbinga, penyuluhan, penataran dan lain – lain
•
Upaya Penanggulangan
Beberapa
upaya yang perlu dilakukan untuk menanggulangi masalah - masalah actual antara
lain sebagai berikut :
- Pendidikan afektif perlu ditingkatkan secara terprogram tidak cukup
- berlangsung hanya secara insidental.
- Pelaksanaan ko dan ekstrakurikuier dikerjakan dengan penuh kesungguhan dan hasilnya diperhitungkan dalam menetapkan nilai akhir ataupun pelulusan.
- Pemilihan siswa atas kelompok yang akan melanjutkan belajar ke perguruan tinggi dengan yang akan terjun kemasyarakat merupakan hal yang prinsip karena pada dasarnya tidak semua siswa secara potensial mampu belajar di pergutuan tinggi.
- Pendidikan tenaga kependidikan perlu diberi perhatian khusus.
- Untuk pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun apalagi jika dikaitkan dengan gerakan wajib belajar, perlu diadakan penilitian secara meluas pada masyarakat untuk menemukan faktor penunjang dan utamanya factor penghambatnya
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyak sekali faktor yang menjadikan rendahnya kualitaspendidikan di
Indonesia. Faktor-faktor yang bersifat teknis diantaranya adalah rendahnya
kualitas guru, rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan,
rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya
relevansi pendidikan dengan kebutuhan, kurangnya pemerataan
kesempatan pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi masalah mendasar
dari pendidikan di Indonesia adalah sistempendidikan di
Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia yang
dihasilkan dari sistem ini adalah manusia yang hanya siap untuk memenuhi
kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Maka disinilah
dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan mesyarakat untuk mengatasi
segala permasalahan pendidikan di Indonesia.
3.2. Saran
Perkembangan dunia di era
globalisasi ini memang banyak menuntut perubahan kesistem pendidikan nasional
yang lebih baik serta mampu bersaing secara sehat dalam segala bidang. Salah
satu cara yang harus di lakukan bangsa Indonesia agar tidak semakin ketinggalan
dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya
terlebih dahulu.
Dengan meningkatnya kualitas
pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin baik mutunya
dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di
dunia internasional.
REFERENSI
http://forum.detik.com.
http://www.detiknews.com.
Pidarta, Prof. Dr. Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
sayapbarat.wordpress.com/2007/08/29/masalah-pendidikan-di-indonesia.
0 Comments