Pendidikan
merupakan salah satu bagian terpenting dalam kehidupan manusia. Pendidikan
dimulai sejak manusia itu ada. Dengan adanya pendidikan manusia akan memiliki
bekal untuk membantu hidupnya dan membangun negaranya. Pendidikan bisa berupa
pendidikan formal dan pendidikan non formal. Manusia mendapatkan pendidikan
formal dari suatu lembaga pembelajaran atau sekolah, sedangkan manusia mendapat
pendidikan non formal dari kehidupan sehari- hari seperti sopan santun, sikap
dalam kehidupan sehari- hari dalam masyarakat.
Pendidikan
itu sendiri adalah segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu
sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pendidikan ialah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1991).
A.
KONSEP
DASAR PENDIDIKAN
Pendidikan
merupakan usaha untuk membimbing anak agar menyerupai orang dewasa akan tetapi
bagi Jean Piaget (1896) pendidikan berarti menghasilkan, mencipta, sekalipun
tidak banyak, sekalipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan
penciptaan lain. Pandangan tersebut memberi makna bahwa pendidikan adalah
segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman
belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Dalam
arti sempit pendidikan adalah pengajaran yang diselenggarakan umunya di sekolah
sebagai lembaga pendidikan formal.
Ilmu
disebut juga pedagogik, yang merupakan terjemahan dari bahasa Inggris yaitu
”Pedagogics”. Pedagogics berasal dari bahasa Yunani yaitu ”pais” yang berarti
anak, dan ”again” yang berarti membimbing. Poerbakwatja dan Harahap (1982 :
254) mengemukakan pedagogik mempunyai dua arti yaitu: (1) peraktek, cara
sesorang mengajar; dan (2) ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode
mengajar, membimbing, dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan.
Orang yang memberikan bimbingan kepada anak disebut pembimbing atau ”pedagog”,
istilah pendidikan (pedagogy) berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan kepada anak oleh orang dewasa secara sadar dan bertanggung jawab.
Dalam dunia pendidikan kemudian tumbuh konsep pendidikan seumur hidup (lifelong
education), yang berarti pendidikan berlangsung sampai mati, yaitu pendidikan
berlangsung seumur hidup dalam setiap saat selama ada pengaruh lingkungan.
Untuk memberi pemahaman akan batasan pendidikan berikut ini dikemukakan
sejumlah batasan pendidikan yang dikemukan para ahli yaitu :
1.
Pendidikan
ialah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam
usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1991).
2.
Dalam
pengertian yang sempit pendidikan berarti perbuatan atau proses perbuatan untuk
memperoleh pengetahuan (McLeod, 1989).
3.
Pendidikan
ialah segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan
sepanjang hidup serta pendidikan dapat diartikan sebagai pengajaran yang
diselenggarakan di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal (Mudyahardjo,
2001:6).
4.
Dalam
pengertian yang agak luas pendidikan diartikan sebagai sebuah proses dengan
metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan
cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan (Muhibinsyah, 2003:10).
5.
Pendidikan
berarti tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan
madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai
pengetahuan, kebiasaan, sikap, dan sebagainya (Dictionary of Psychology, 1972).
6.
Dalam
arti luas pendidikan meliputi semua perbuatan dan usaha dari generasi tua untuk
mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya
kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi
hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Artinya pendidikan adalah usaha secara
sengaja dari orang dewasa untuk dengan pengaruhnya meningkatkan si anak ke
kedewasaan yang selalu diartikan mampu menimbulkan tanggung jawab moril dari
segala perbuatannya (Poerbakawatja dan Harahap, 1981).
7.
Menurut
John Dewey pendidikan merupakan proses pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual, maupun daya
emosional atau perasaan yang diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada
sesamanya.
8.
Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengenalan diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 Tahun 2003).
B.
FUNGSI
PENDIDIKAN
Fungsi
pendidikan adalah serangkaian tugas atau misi yang diemban dan harus
dilaksanakan oleh pendidikan (Drs. Dirto Hadisusanto, Pengantar Ilmu
Pendidikan, 1995: 57). Ruang lingkup pendidikan sangat luas, hal ini
dikarenakan pendidikan harus menyentuh segala segi kehidupan manusia, bangsa
dan negara, nasional, internasional, bahkan dunia dan akhirat. Pendidikan
mempunyai peran penting dalam suatu pembangunan negara dan bangsa. Dengan
pendidikan maka manusia mempunyai bekal dan modal dalam menjalani kehidupan
guna pembangunan negara dan bangsa.
Lembaga
pendidikan dibagi menjadi tiga yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Pendidikan di dalam keluarga mempunyai tugas untuk mengembangkan keyakinan
beragama, nilai- nilai kebudayaan, nilai- nilai moral dan keterampilan.
Pendidikan di sekolah mempunyai tugas memberikan berbagai pengetahuan dan
keterampilan, serta mengembangkan berbagai nilai dan sikap. Pendidikan di luar
jalur sekolah mempunyai tugas mengembangkan pengetahuan dan kemampuan warga
masyarakat untuk dapat berperan dalam berbagai bidang kehidupan secara produktif,
efisien, dan efektif.
Di
dalam Undang- undang No. 2 tahun 1989 pasal 3 dijelaskan fungsi pendidikan
nasional di Indonesia adalah “Mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia Indonesiadalam rangka upaya mewujudkan tujuan
nasional”. Fungsi pendidikan nasional adalah berusaha memerangi segala
kekurangan, keterbelakangan, dan kebodohan serta memantapkan ketahanan
nasional, meningkatkan rasa persatuan dan kesatuanberlandaskan kebudayaan
bangsa dan ke Bhineka Tunggal Ika-an (penjelasan pasal 3 Undang- undang No. 2
tahun 1989). Yang dimaksud dengan “mewujudkan tujuan nasional” dalam rumusan
tentang fungsi pendidikan ialah mewujudkan empat tujuan negara sebagaimana
termaktub pada alinea 4 pembukaan undang- undang Dasar 1945 yaitu:
1.
Melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2.
Memajukan
kesejahteraan umum.
3.
Mencerdaskan
kehidupan bangsa.
4.
Ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial.
C.
TUJUAN
PENDIDIKAN
Yang
dimaksud dengan tujuan pendidikan adalah seperangkat sasaran kemana pendidikan
itu diarahkan. Wujud tujuan pendidikan dapat berupa pengetahuan, keterampilan,
serta nilai dan sikap. Maka tujuan pendidikan merupakan suatu sistem nilai yang
disepakati kebenaran dan kepentingannya dan ingin dicapai melalui berbagai
kegiatan, baik didalam jalur pendidikan sekolah maupun di jalur pendidikan luar
sekolah (Drs. Dirto Hadisusanto, Pengantar Ilmu Pendidikan, 1995: 59).
Pendidilan
Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama,
kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman.
Bab VIII pada Undang- undang Dasar telah dijabarkan ke dalam Undang- undang No.
4 tahun 1950 junco No. 12 tahun 1954 dengan tujuan pendidikannya dalam Bab II
pasal 3 sebagai berikut :
“Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyatrakatdan tanah air”.
“Tujuan pendidikan dan pengajaran ialah membentuk manusia susila yang cakap dan warganegara yang demokratis serta bertanggung jawab tentang kesejahteraan masyatrakatdan tanah air”.
Dalam
Laporan Komisi Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional tahun 1980 dibawah
pimpinan Prof. Dr.Slamet Iman Sentosa, tujuan pendidikan sebagai berikut :
“Pendidikan Nasional bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun diri sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
“Pendidikan Nasional bertujuan meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, ketrampilan mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun diri sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
Dalam
GBHN tahun 1983, dirumuskan tujuan pendidikan, yaitu :
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila, bertujuan untuk meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan ketrampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri dan bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa”.
Dalam
UU no.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3, disebutkan
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab.
Dr.
M.J. Langeveld (Belanda) mengklasifikasikan tujuan pendidikan dalam 6 macam,
yaitu :
1.
Tujuan
umum, total atau akhir
Tujuan
ini merupakan tujuan yang paling jauh dan yang paling akhir dicapai, dan
merupakan keseluruhan / kebulatan tujuan yang ingin dicapai, misalnya kedewasaan,
manusia muslim sejati, manusia Indonesia seutuhnya dan sebagainya.
2.
Tujuan
khusus
Tujuan
ini merupakan pengkhususan dari tujuan umum yaitu pengkhususan berdasarkan
usia, jenis kelamin, intelegensi (anak super normal, normal, di bawah normal),
bakat atau minat.
3.
Tujuan
tak lengkap
Tujuan
ini hanya meliputi sebagian kehidupan manusia, misalnya segi psikologis,
biologis atau sosiologis saja.
4.
Tujuan
sementara
Tujuan
ini hanya berlaku sementara, kalau sudah tercapai tujuan yang di inginkan, maka
tujuan sementara itu lalu ditinggalkan, contohnya memasukan anak ke pesantren.
5.
Tujuan
intermedier
Tujuan
ini merupakan tujuan perantara untuk mencapai tujuan yang pokok, contohnya
memasukan anak pada pusat pelatihan kerja.
6.
Tujuan
insidental
Merupakan
tujuan yang ingin dicapai pada saat-saat tertentu, misal memberi tahu cara-cara
makan yang sopan pada saat makan bersama.
Di sekolah diperkenalkan hirarki
tujuan pendidikan, yaitu :
1.
Tujuan
umum
Tujuan
umum adalah tujuan terkhir atau tertinggi yang berlaku bagi semua lembaga dan
kegiatan pendidikan. Tujuan ini di tuangkan ke dalam GBHN (Tap MPR No.
II/MPR/1988) atau ke dalam Undang-undang No. 2 tahun 1989.
2.
Tujuan
institusional
Merupakan
tujuan tiap- tiap lembaga pendidikan.
3.
Tujuan
kurikuler
Disebut
juga tujuan bidang study, misalnya tujuan pengajaran matematika yang secara
langsung diacu oleh guru dalam melaksanakan tugasnya (mengajar).
4.
Tujuan
instruksional
Merupakan
tujuan yang dipegang oleh guru waktu mengajar di muka kelas. Tujuan ini
dibedakan menjadi 2, yaitu:
a.
Tujuan
Instruksional Umum (TIU)
b.
Tujuan
Instruksional Khusus (TIK)
D.
JENIS
PENDIDIKAN
Jenis
pendidikan adalah satuan pendidikan yang dikelompokkan sesuai dengan sifat dan
tujuannya.
1. Menurut Philip H. Coombs
mengklasifikasikan pendidikan kedalam tiga bagian yaitu:
a. Pendidikan informal (pendidikan luar
sekolah yang tidak dilembagakan)
Pendidikan luar sekolah yang tidak dilembagakan adalah
proses pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan
sadar atau tidak sadar, pada umumnya tidak teratur dan sistematis, sejak
seseorang lahir sampai mati, seperti di dalam keluarga, tetangga, pekerjaan,
hiburan, pasar, atau di dalam pergaulan sehari-hari.
b. Pendidikan formal (pendidikan
sekolah)
Pendidikan sekolah adalah pendidikan disekolah, yang teratur,
sistematis, mempunyai jenjang dan yang dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang
berlangsung dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
c. Pendidikan non-formal (pendidikan
luar sekolah yang dilembagakan)
Pendidikan luar sekolah yang dilembagakan adalah semua
bentuk pendidikan yang diselenggarakan dengan sengaja, tertib, terarah dan
berencana di luar kegiatan persekolahan. Dalam hal ini, tenaga pengajar,
fasilitas, cara penyampaian, dan waktu yang dipakai, serta komponen-komponen
lainya disesuaikan dengan keadaan peserta, atau peserta didik supaya
mendapatkan hasil yang memuaskan (Fuad Ihsan, 2010).
2. Jenis pendidikan dalam sistem
pendidikan nasional terdiri dari:
a. Pendidikan sekolah
Jenis pendidikan sekolah adalah jenis pendidikan yang
berjenjang dan berkesinambungan, sampai dengan pendidikan tinggi. Jenis
pendidikan sekolah mencakup pendidikan umum, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, dan pendidikan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia.
b. Pendidikan luar sekolah
Pendidikan luar sekolah adalah jenis pendidikan yang tidak
selalu terikat oleh jenjang dan struktur persekolahan, tetapi dapat
berkesinambungan. Pendidikan luar sekolah menyediakan program pendidikan yang
memungkinkan terjadinya perkembangan peserta didik dalam bidang sosial,
keagamaaan, budaya, ketrampilan, dan keahlian (Fuad Ihsan, 2010).
3. Jenjang Pendidikan
a. Pendidikan Dasar
Pendidikan Dasar diselenggarakan untuk mengembangkan sikap
dan kemampuan serta memberikan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang
diperlukan untuk hidup dalam masyarakat serta mempersiapkan peserta didik yang
memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan menengah.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan Menengah diselenggarakan untuk melanjutkan dan
meluaskan pendidikan dasar serta menyiapkan peserta didik menjadi anggota
masyarakat yang memiliki kemampuan mengadakan hubungan timbal balik dengan
lingkungan sosial, budaya dan alam sekitar, dan dapat mengembangkan kemampuan
lebih lanjut dalam dunia kerja atau pendidikan tinggi.
c. Pendidikan Tinggi
Pendidikan Tinggi merupakan kelanjutan pendidikan menengah
yang diselenggarakan untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat menerapkan,
mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau
kesenian (Mudyahardjo, 2008)
E. ALIRAN–ALIRAN DALAM PENDIDIKAN
Dalam
dunia pendidikan terdapat beberapa aliran, aliran ini adalah :
1. Nativisme
Nativisme
(aliran pembawaan) adalah aliran yang berpendapat bahwa perkembangan seseorang
ditentukan oleh bawaan sejak ia dilahirkan. Dalam aliran nativisme faktor
lingkungan dianggap kurang memberi pengaruh terhadap perkembangan dan
pendidikan anak. Seseorang akan menjadi ahli lukis, agama, dan lain-lain itu
semua semata-mata karena pembawaan. Tokoh-tokoh yang berpengaruh terhadap
aliran nativisme adalah Arthur Schopenhauer, Immanuel Kant, Gottfried
Wilhemleibnitz.
a. Arthur Schopenhauer
Dilahirkan
di Danzig pada tanggal 22 Februari 1788. Schopenhauer dibesarkan oleh keluarga
pembisnis. Ia merupakan seorang jenius dengan karyanya yang terkenal adalah The
World as Will and Representation. Ia mempunyai pandangan bahwa Pembawaanlah
yang maha kuasa, yang menentukan perkembangan anak. Lingkungan sama sekali
tidak bisa mempengaruhi, apalagi membentuk kepribadian anak. Perkembangan
ditentukan oleh faktor pembawaannya, yang berarti juga ditentukan oleh anak itu
sendiri.
b. Immanuel Kant
Di
lahirkan di Konigsberg pada 22 April 1724. Ia merupakan filsof Jerman dan
karyanya yang terkenal adalah Kritik der Reinen Vernunft. Ia berpendapat bahwa
:
1) Apa-apa yang bisa diketahui manusia
hanyalah yang dipersepsi dengan panca indra. Lain daripada itu merupakan “ilusi”
saja, hanyalah ide.
2) Semua yang harus dilakukan manusia
harus bisa diangkat menjadi sebuah peraturan umum. Hal ini disebut dengan
istilah “imperatif kategoris”. Contoh: orang sebaiknya jangan mencuri, sebab
apabila hal ini diangkat menjadi peraturan umum, maka apabila semua orang
mencuri, masyarakat tidak akan jalan.
3) Yang bisa diharapkan manusia
ditentukan oleh akal budinya. Inilah yang memutuskan pengharapan manusia.
c. Gottfried Wilhemleibnitz
Merupakan
filsuf Jerman yang lahir di Leipzig, pada 1 Juli 1646. Gottfried mempunyai
pandangan bahwa perkembangan manusia sudah ditentukan sejak lahir. Manusia
hidup dalam keadaan yang sebaik mungkin karena dunian ini diciptakan oleh
Tuhan.
2. Empirisme
Aliran
empirisme adalah aliran yang berpendapat bahwa semua pengetahuan yang diperoleh
manusia merupakan hasil dari pengalaman manusia. Aliran ini beranggapan bahwa
pengetahuan yang dimiliki seseorang bukanlah bawaan sejak lahir atau bukan
merupakan faktor keturunan. Tokoh- tokoh yang berpengaruh dalam aliran ini
adalah :
a. Francis Bacon
Merupakan
filsuf, negarawan, sekaligus penulis yang berasal dari Inggris. Francis Bacion
berpendapat bahwa "Untuk memahami dunia ini, pertama orang mesti
mengamatinya. Pertama, kumpulkan fakta-fakta. Kemudian ambil kesimpulan dari
fakta-fakta itu dengan cara argumentasi induktif yang logis".
b. Thomas Hobbes
Dilahirkan
di Malmesbury (1588-1679). Hobbes berpendapat bahwa filsafat adalah suatu ilmu
pengetahuan tentang efek-efek atau akibat-akibat berupa fakta yang dapat
diamati. Segala yang ada ditentukan oleh sebab tertentu, yang mengikuti hukum
ilmu pasti dan ilmu alam. Yang nyata adalah yang dapat diamati oleh indera
manusia, dan sama sekali tidak tergantung pada rasio manusia (bertentangan
dengan rasionalisme).
c. John Locke
John
Locke lahir di Bristol Inggris pada tahun 1632. Jonh Lucke terkenal dengan
teori tabularasanya. Pemikiran John termuat dalam tiga buku pentingnya yaitu
Essay Concerning Human Understanding (1600), Letters on Tolerantion
(1689-1692), dan Two Treatises on Government (1690). John berpendapat bahwa
anak yang baru dilahirkan dapat diumpamakan seperti kertas putih yang belum
ditulisi (a sheet of white paper avoid of all characters).
d. David Hume
David
Hume lahir di Edinburgh pada 26 April 1711. Ia merupakan filosof Skotlandia,
ekonom, dan seorang sejarawan. David Hume berpendapat bahwa seluruh pemikiran
merupakan hasil dari pengalaman, yang disebut dengan istilah persepsi. Persepsi
terdiri atas kesan-kesan (impressions), dan gagasan (ideas).
3. Konvergensi
Konvergensi
merupakan aliran pendidikan yang berpendapat bahwa kepribadian manusia
tergantung pada pendidikan, pembawaan, dan lingkungan. Tokoh-tokoh yang
berpengaruh dalam aliran ini adalah :
a. William Strern
William
Strern lahir pada 29 april 1871, ia merupakan penemu konsep intelligence
quotient atau IQ. William berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan pembawaan
baik maupun buruk. Baik buruknya seseorang tergantung dari pembawaan dan
lingkungan.
b. Al Ghazali
Al
Ghazali lahir pada tahun 450 H atau 1058 M di desa Thus. Al Ghazali berpendapat
bahwa batas awal berlangsungnya pendidikan adalah sejak bersatunya sperma dan
ovum sebagai awal kejadian manusia. Adapun mengenai batas akhir pendidikan
adalah tidak ada karena selama hayatnya manusia dituntut untuk melibatkan diri
dalam pendidikan sehingga menjadi insan kamil. Kemakmuran dan kejayaan suatu
bangsa sangat bergantung pada sejauhmana keberhasilan dalam bidang pendidikan
dan pengajaran. Selain itu, pengajaran dan pendidikan harus dilaksanakan secara
step by step.
4. Behaviorisme
Behaviorisme
merupakan aliran ilmu Jiwa yang berkembang di Amerika. Pelopor aliran ini
adalah William James, Thorndike, dan Waston. Aliran behaviorisme memiliki ciri-
ciri :
a. Aliran ini mempelajari perbuatan
manusia dari perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan.
b. Semua perbuatan dikembalikan pada
reflek. Reflek adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu rangsang.
c. Pada dasarnya manusia itu dilahirkan
sama. Manusia merupakan makhluk yang berkembang karena kebiasaan-kebiasaan, dan
pendidikan dapat mempengaruhi kehidupannya.
5. Taman Siswa
Taman
siswa adalah perguruan nasional yang dipelopori oleh Tiga serangkai yaitu Ki
Hajar Dewantara, Dr. Tjipto, dan Dr. Douwes Dekker. Taman siswa yang tersebar
diseluruh Indonesia dipimpin oleh induk organisasi Majelis Luhur Taman Siswa,
yang berkedudukan di Yogyakarta. Prinsip dasar dalam sekolah / pendidikan Taman
Siswa antara lain : Tut Wuri Handayani (Di Belakang Memberi Dorongan), Ing
Madya Mangun Karsa (Di Tengah Menciptakan Peluang Untuk Berprakarsa), dan Ing
Ngarsa Sung Tuladha (Di Depan Memberi Teladan). Tokoh- tokoh yang berpengaruh
pada aliran taman siswa adalah :
a. Ki Hajar Dewantara
Ki
Hajar Dewantara merupakan bapak pendidikan nasional, beliau lahir di Yogyakarta
pada 2 Mei 1889.menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan diartikan sebagai daya
upaya untuk memberikan tuntutan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-
anak, agar merekabaik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakatdapatlah
mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin yang setinggi-
tingginya (Aliran- aliran Pendidikan dan Pengajaran Dengan Tokoh- tokohnya,
1974 : 93).
b. Danudirja Setyabudi (Ernest Douwes
Dekker)
Douwes
Dekker merupakan pahlawan nasional Indonesia yang lahir pada 8 Oktober 1879, di
Pasuruan, Jawa Timur. Ia merupakan anggota dari Tiga Serangkai. Beliau
merupakan penggagas nama “Nusantara”.
c. Drs. Tjipto Mangoenkoesoemo
Drs.
Tjipto Mangoenkoesoemo lahir pada tahun 1886 di Pecangakan, Ambarawa, Semarang.
Beliau adalah tokoh pergerakan nasional. Berbeda dengan kedua rekannya dalam
Tiga Serangkai yang mengambil jalur penddikan, beliau mengambil jalur politik,
hal tersebut dikarenakan sikap radikal beliau.
6. Kayu Tanam
Kayu
Tanam atau yang dikenal dengan Ruang Pendidikan INS (Indonesia Nederlandsche
School) didirikan oleh Mohammad Sjafei pada tanggal 31 Oktober 1926 di Kayu
Tanam (Sumatera Barat).
Tujuan Ruang Pendidikan INS Kayu Tanam
adalah :
a. Mendidik rakyat ke arah kemerdekaan
b. Memberi pendidikan yang sesuai
dengan kebutuhan masyarakat
c. Mendidik para pemuda agar berguna
untuk masyarakat
d. Menanamkan kepercayaan terhadap diri
sendiri dan berani bertanggung jawab
e. Mengusahakan mandiri dalam
pembiayaan
Tokoh
yang berpengaruh dalam aliran Kayu Tanam adalah Mohammad Syafei, beliau lahir
di Natan, Kalimantan Barat, pada tahun 1895.
Asas-Asas Pendidikan Ruang
Pendidikan INS Kayu Tanam adalah:
a. Berpikir logis dan rasional
b. Keaktifan atau kegiatan
c. Pendidikan masyarakat
d. Memperhatikan pembawaan anak
e. Menentang intelektualisme
7. Realisme
Realisme
merupakan aliran pendidikan yang timbul pada tahun ± 1600, munculnya aliran ini
disebabkan oleh kemanjuan- kemajuan ilmu pengetahuanalam yang dipelopori oleh
Copernicus, Galilei dan kemrosotan sistem Humanisme sendiri. Tokoh- tokoh yang
berpengaruh dalam aliran Realisme adalah Francis Bacon (Inggris) dan Rene
Descartes (Perancis).
8. Rationalisme
Rationalisme
merupakan aliran kejiwaan yang muncul pada abad ke 18. Aliran ini berpendapat
bahwa akal (ratio) adalah sumber kebenaran, dan tidak mau mengakui bahwa
kebenaran itu besumberkepada kepercayaan atau tradisi (Aliran- aliran
Pendidikan dan Pengajaran dengan Tokoh- tokohnya, 1974 : 10). Beberapa tokoh
yang berpengaruh dalam aliran ini adalah John Locke, Jean Jacques Rousseau.
9. Philantropinisme
Merupakan
aliran pendidikan yang memuja akal manusia, jadi aliran ini termasuk
rationalisme. Dengan pendidikan dan pengjaran mereka hendak membentuk manusia
bahagia. Aliran ini terpengaruh oleh pandangan dari John Locke dan J.J.
Rousseau. Kaum Philantropinisme mendapat julukan sebagai sahabat manusia. Tokoh
yang berpengaruh pada aliran ini adalah Cristian Gotthilf Salzmann (1744-1811).
10. Aliran- aliran pendidikan pada abad
19
Pada
abad 18 banyak orang yang mendewa- dewakan pengetahuan, sehingga orang
beranggapan bahwa kemajuan- kemajuan Kerohanian hanya bisa dicapai dengan otak
yang cerdas, hal tersebut menimbulkan zaman intelektualisme. Tokoh yang
berpengaruh adalah John Friederich Herbart dan Freiderich Frobel.
11. Aliran- aliran pendidikan (Modern)
pada abad 20
Pada
abad ke 20 tedapat bermacam- macam aliran pendidikan yang simpang siur dan
berbeda azasnya. Aliran- aliran pendidikan ini adalah :
a. Pendidikan individu, aliran ini beranggapan
bahwa individu sebagai objek pendidikan.
b. Pendidikan sosial, aliran ini
menitih beratkan perhatian pada masyarakat sebagai suatu kebulatan yang
mempunyai nilai yang tinggi.
c. Pendidikan normatif, aliran ini
beranggapan bahwa pendidika itu harus dikuasai oleh norma yang tepat, yaitu
ketentuan yang absolut yang berasal dari agama dan filsafat.
d. Pendidikan diskriptif, merupakan
lawan dari pendidikan yang normatif yaitu bagaimana terjadinya bukan bagaimana
seharusnya.
12. Aliran- aliran didaktik Modern
Aliran
ini lebih meniti beratkan pada pendekatan, contohnya penelitian yang dilakukan
Dr. Maria Montessori, ia memimpin sebuah rumah sakit jiwa di Roma. Dari
pengalamannya merawat anak- anak ia menyimpulkan bahwa anak- anak yang
mengalami gangguan jiwa ternyata lebih membutuhkan pendidikan dari pada
pengobatan.
DAFTAR
PUSTAKA
http://pendidikan4sejarah.blogspot.com/2011/03/konsep-fungsi-tujuan-dan-aliran-aliran.html
Fuad
Ihsan. 2010. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Uhbiyati.
2001. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
0 Comments