DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL...................................................................................... i
KATA
PENGANTAR
....................................................................................
ii
DAFTAR
ISI
....................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1
1.2 Batasan Masalah........................................................................................ 1
1.3 Tujuan yang ingin dicapai.......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi............................................................................... 2
2.2 Komunikasi Verbal..................................................................................... 2
2.3 Komunikasi Non-Verbal............................................................................. 4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................. 7
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 8
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Komunikasi
merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia.
Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan
metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
Pengalaman
ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan
kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan
interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caring” atau kasih saying / cinta
(Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat
yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah
menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal,
memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan
citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit (Achir Yani), tetapi yang
paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap
sesama manusia
1.2. Batasan Masalah
Adapun
batasan masalah dalam makalah ini adalah:
1. Mengidentifikasi komunikasi verbal
2. Mengidentifikasi komunikasi
non-verbal
1.3. Tujuan Ingin Dicapai
Adapun
tujuan kami dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Dapat mengidentikfikasi komunikasi
verbal
2. Dapat mengidentifikasi komunikasi
non-verbal
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Komunikasi
Komunikasi
merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan
Perry (1993), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal,
interpersonal dan publik. Makalah ini difokuskan pada komunikasi interpersonal
yang terapeutik.
Komunikasi
interpersonal adalah interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau
dalam kelompok kecil, terutama dalam keperawatan. Komunikasi interpersonal yang
sehat memungkinkan penyelesaian masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan,
dan pertumbuhan personal.
2.2. Komunikasi Verbal
Adapun
komunikasi verbal yang efektif harus :
1. Jelas dan Ringkas
Komunikasi yang efektif harus
sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin
kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan
berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa
membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari
pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa,
bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang
mengekspresikan ide secara sederhana.
Contoh: “Katakan pada saya dimana
rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya ingin anda menguraikan kepada saya
bagian yang anda rasakan tidak enak.”
2. Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika
pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis
yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh
perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau
mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti
klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru
anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan
paru-paru anda”
3. Arti Denotatif dan Konotataif
Arti denotatif memberikan pengertian
yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan
pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami
klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan
kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika
berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga
tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan
tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.
4. Selaan dan Kesempatan Berbicara
Kecepatan dan tempo bicara
yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama
dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan
kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat
sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan
perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada
pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat
dilakukan denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya,
menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat
juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau
terlalu cepat dan perlu untuk diulang.
5. Waktu dan Relevansi
Waktu yang tepat sangat penting
untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya
untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan
singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara
akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk
berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan
yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
6. Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa
tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh
stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan
emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor
merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat,
meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi
relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak
enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
2.3
Komunikasi Non-Verbal
Adapun
komunikasi verbal yang efektif harus :
1. Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung
pada pesan tetapi juga pada hubungan antara Pembicara dengan lawan bicaranya.
Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan dan sifat
hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan
sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang
marah.
2. Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah
satu hal pertama yang diperhatikan selama komunikasi interpersonal. Kesan
pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama. Delapan puluh empat
persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli Ascosi,
1990 dalam Potter dan Perry, 1993).
Bentuk fisik, cara berpakaian dan
berhias menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan
konsep diri. Perawat yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan
citra diri dan profesional yang positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi
persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan keperawatan yang diterima, karena tiap
klien mempunyai citra bagaimana seharusnya penampilan seorang perawat. Walaupun
penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan kemampuan perawat, tetapi mungkin akan
lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa percaya terhadap klien jika perawat
tidak memenuhi citra klien.
3. Intonasi (Nada suara)
Nada suara pembicara mempunyai
dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan, karena emosi seseorang
dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus menyadari
emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk
menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada
suara perawat.
4. Ekspresi Wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan
enam keadaan emosi utama yang tampak melalui ekspresi wajah: terkejut, takut,
marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering digunakan sebagai dasar
penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata sangat penting
dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata selama
pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan
untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah
ketika sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara
sebaiknya duduk sehingga perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan
klien dilakukan dalam keadaan sejajar.
5. Sikap Tubuh dan Langkah
Sikap tubuh dan langkah
menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaan fisik. Perawat dapat
mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah
klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat,
atau fraktur.
6. Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional,
dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan merupakan bagian yang
penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus mnemperhatikan norma sosial.
Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh klien, seperti ketika
memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan pakaian.
Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat
untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan
sentuhan.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam melakukan asuhan keperawatan, kemampuan menerapkan
tehnik komunikasi memerlukan latihan, serta ketajaman perasaan. Komunikasi
dalam keperawatan terbagi dua yaitu : komunikasi verbal dan komunikasi
non-verbal. Pada komunikasi verbal yang efektif harus memperhatikan ucapan
jelas dan singkat, perbendaharaan kata, arti denotative dan konotatif, selaan
dan kesempatan berbicara, waktu dan relevansi, serta humor. Sedangkan
komunikasi non-verbal yang harus memperhatikan metakomunikasi, penampilan
personal, intonasi, ekspresi wajah, sikap tubuh dan langkah, serta sentuhan
DAFTA
PUSTAKA
0 Comments