MAKALAH
KESULTANAN-KESULTANAN MARITIM MASA
ISLAM
DI NUSANTARA
Disusun
Oleh:
1. Komar
2. Ahmad Robet Yolangga
3. Mirlin Vironica
4. Selvia Siska Dewi
5. Rida Sartika
6. Yopi Rosa Lena
7. Selvy Apriani
Kelas : XI
IPS 1
Guru
Pembimbing :
SMA
TAHUN
PELAJARAN 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas berkatrahmat dan hidayahnya akhirnya kami dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul ‘Kesultanan-kesultanan Maritim Masa Islam di Nusantara’
Berdasarkan
sumber-sumber yang kami dapat dari luar
maupun dari dalam, walaupun masih banyak kekurangan. Makalah ini
dimaksudkan untuk memberikan informasi mengenai sejarah masuknya islam ke
Indonesia, juga memberikan penjelasan yang jelas mengenai proses masuknya islam ke Indonesia serta menjelaskan islam
pada masa yang akan datang.
Diharapkan
bahwa makalah ini membantu pembaca untuk memahami dengan lebih baik tentang
sejarah masuknya islam ke indonesia. Kami menyadari bahwa makalah ini belum
sempurna, disebabkan karena terbatasnya kemampuan kami, oleh karena itu saran
dan kritik yang bersifat membangun sangat kami perlukan dari pembaca terutama
dari Bapak Guru pembimbing kami. Semoga
buku ini bermanfaat bagi kita semua.
, Juli 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
BAB I PEMBAHASAN
2.1 Masuk dan Berkembangnya di Nusantara............................................. 2
2.2 Kesultanan Maritim Nusantara
Masa Islam........................................... 5
2.3 Warisan Kesultanan Islam
dalam Kehidupan Masa Kini....................... 8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak zaman pra sejarah, penduduk kepulauan Indonesia dikenal
sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan lepas. Sejak awal masehi
sudah ada rute-rute pelayaran dan perdagangan antara kepulauan Indonesia dengan
berbagai daerah di daratan Asia Tenggara. Wilayah Barat Nusantara dan sekitar
Malaka sejak masa kuno merupakan wilayah yang menjadi titik perhatian, terutama
karena hasil bumi yang dijual disana menarik bagi para pedagang, dan menjadi
daerah lintasan penting antara Cina dan India. Sementara itu, pala dan cengkeh
yang berasal dari Maluku dipasarkan di Jawa dan Sumatera, untuk kemudian dijual
kepada para pedagang asing. Pelabuhan-pelabuhan penting di Sumatra dan Jawa
antara abad ke-1 dan ke-7 M sering disinggahi para pedagang asing seperti
Lamuri (Aceh), Barus, dan Palembang di Sumatra; Sunda Kelapa dan Gresik di
Jawa.
Bersamaan
dengan itu, datang pula para pedagang yang berasal dari Timur Tengah. Mereka
tidak hanya membeli dan menjajakan barang dagangan, tetapi ada juga yang
berupaya menyebarkan agama Islam. Dengan demikian, agama Islam telah ada di
Indonesia ini bersamaan dengan kehadiran para pedagang Arab tersebut. Meskipun
belum tersebar secara intensif ke seluruh wilayah Indonesia.
1.2 Tujuan
Makalah ini mempunyai tujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai proses perkembangan
islam di Indonesia bagi para pembaca. Disamping itu, makalah ini juga
bertujuan untuk memberikan informasi kepada para pembaca bahwa kami menjelaskan
sejarah perkembangan islam dan perkembangan pada masa yang akan datangnya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masuk dan Berkembangnya di Nusantara
Islam merupakan salah satu agama yang masuk dan berkembang di
Indonesia. Hal ini tentu bukanlah sesuatu yang asing bagi Anda, karena di mass
media mungkin Anda sudah sering mendengar atau membaca bahwa Indonesia adalah
negara yang memiliki penganut agama Islam terbesar di dunia.Agama Islam masuk
ke Indonesia dimulai dari daerah pesisir pantai, kemudian diteruskan ke daerah
pedalaman oleh para ulama atau penyebar ajaran Islam. Mengenai kapan Islam
masuk ke Indonesia dan siapa pembawanya terdapat beberapa teori yang mendukungnya.
Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islamdi
Indonesia.
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi berikut ini.
Proses masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia menurut Ahmad Mansur Suryanegara dalam bukunya yang berjudul Menemukan Sejarah, terdapat 3 teori yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.Ketiga teori tersebut di atas memberikan jawaban tentang permasalah waktu masuknya Islam ke Indonesia, asal negara dan tentang pelaku penyebar atau pembawa agama Islam ke Nusantara. Untuk mengetahui lebih jauh dari teori-teori tersebut, silahkan Anda simak uraian materi berikut ini.
Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad
13 dan
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah:
a. Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam
penyebaran
Islam di Indonesia.
Islam di Indonesia.
b. Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur
Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c. Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh
tahun 1297 yang
bercorak khas Gujarat.
bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim
dan Bernard
H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya
pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.
Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah
singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah
banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang
menyebarkan ajaran Islam.
H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya
pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai.
Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah
singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah
banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang
menyebarkan ajaran Islam.
Demikianlah penjelasan tentang teori Gujarat. Silahkan Anda simak
teori berikutnya.
Teori Makkah
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan
terhadap teori lama yaitu teori Gujarat.
Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad
ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
a. Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah
terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan
berita Cina.
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah
mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan
berita Cina.
b. Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana
pengaruh
mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan
Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c. Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar
tersebut berasal
dari Mesir.
dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold.
Para ahli
yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik
Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang
berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak
teori berikutnya.
yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik
Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang
berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.
Dari penjelasan di atas, apakah Anda sudah memahami? Kalau sudah paham simak
teori berikutnya.
Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 dan
pembawanya
berasal dari Persia (Iran).
berasal dari Persia (Iran).
Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya
masyarakat Islam
Indonesia seperti:
Indonesia seperti:
a. Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan
Husein
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di
Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di
Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut.
Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b. Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi
dari Iran yaitu
Al – Hallaj.
Al – Hallaj.
c. Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab
untuk tandatanda
bunyi Harakat.
bunyi Harakat.
d. Ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim tahun 1419 di Gresik.
e. Adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik. Leren
adalah nama
salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
salah satu Pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen dan P.A. Hussein
Jayadiningrat.
Ketiga teori tersebut, pada dasarnya masing-masing memiliki kebenaran dan kelemahannya. Maka itu berdasarkan teori tersebut dapatlah disimpulkan bahwa Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai pada abad ke – 7 dan mengalami perkembangannya pada abad 13. Sebagai pemegang peranan dalam penyebaran Islam adalah bangsa Arab, bangsa Persia dan Gujarat (India).
Proses penyebaran Islam di Indonesia atau proses Islamisasi tidak
terlepas dari
peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati.
Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali
yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
peranan para pedagang, mubaliqh/ulama, raja, bangsawan atau para adipati.
Di pulau Jawa, peranan mubaliqh dan ulama tergabung dalam kelompok para wali
yang dikenal dengan sebutan Walisongo atau wali sembilan yang terdiri dari:
1.Maulana Malik Ibrahim dikenal dengan nama Syeikh Maghribi
menyebarkan Islam di Jawa Timur.
2.Sunan Ampel dengan nama asli Raden Rahmat menyebarkan Islam di
daerah Ampel Surabaya.
3.Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel memiliki nama asli Maulana
Makdum Ibrahim, menyebarkan Islam di Bonang (Tuban).
4.Sunan Drajat juga putra dari Sunan Ampel nama aslinya adalah
Syarifuddin, menyebarkan Islam di daerah Gresik/Sedayu.
5.Sunan Giri nama aslinya Raden Paku menyebarkan Islam di daerah
Bukit Giri (Gresik)
6.Sunan Kudus nama aslinya Syeikh Ja’far Shodik menyebarkan ajaran
Islam di daerah Kudus.
7.Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Mas Syahid atau R. Setya
menyebarkan ajaran Islam di daerah Demak.
8.Sunan Muria adalah putra Sunan Kalijaga nama aslinya Raden Umar
Syaid menyebarkan islamnya di daerah Gunung Muria.
9.Sunan Gunung Jati nama aslinya Syarif Hidayatullah, menyebarkan
Islam di Jawa Barat (Cirebon) Demikian sembilan wali yang sangat terkenal di
pulau Jawa, Masyarakat Jawa
sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat
dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang
dikasihi Allah.
sebagian memandang para wali memiliki kesempurnaan hidup dan selalu dekat
dengan Allah, sehingga dikenal dengan sebutan Waliullah yang artinya orang yang
dikasihi Allah.
2.2
Kesultanan Maritim Nusantara Masa Islam
ada zaman kerajaan–kerajaan di Nusantara dan zaman
sebelumnya, kehidupan masyarakat pada dasarnya bertumpu pada pertanian dan
kegiatan yang bersifat agraris. Beberapa komoditas yang dihasilkan di Nusantara
antara lain kapur barus, merica, pala, cengkeh, nila, mur, borax, kesturi, dan
emas. Produksi komoditas ini tersebar mulai dari Sumatera, Jawa, Kalimantan,
hingga Maluku dan Papua (Nugroho, 2010). Masyarakat Indonesia pada masa itu
kemudian memanfaatkan laut untuk mengangkut berbagai hasil bumi ini ke wilayah
Nusantara lainnya ataupun ke India, Afrika, dan Cina.
Beberapa penemuan di beberapa negara di Asia dan Afrika
menunjukkan adanya peninggalan dari masyarakat Nusantara yang diperkirakan
sudah berumur ribuan tahun. Peninggalan arkeologi ini membuktikan bahwa
masyarakat Indonesia saat itu sudah memiliki ilmu dan teknologi perkapalan
serta navigasi yang baik sehingga mampu menyeberangi Samudera Hindia hingga ke
Semenanjung India bahkan sampai ke Timur Tengah dan Afrika. Hal ini menunjukkan
masyarakat Nusantara saat itu sudah mampu mengintegrasikan pengelolaan wilayah
darat, pesisir, dan laut sehingga aktivitas di ketiga wilayah dapat saling
mendukung satu sama lainnya.
Beberapa kerajaan Nusantara dengan kultur peradaban maritim
antara lain Kerajaan Kutai (abad ke-4), Sriwijaya (tahun 600an-1000an),
Majapahit (1293-1500), Ternate (1257-sekarang), Samudera Pasai (1267-1521), dan
Demak (1475-1548). Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit tercatat sebagai
kerajaan-kerajaan Nusantara yang pada zaman keemasannya menjadi adidaya karena
karakter kemaritiman yang tertanam pada masyarakat.
Pada kuartal ketiga abad ke-12, seorang penulis Cina
mengatakan, “Dari semua kerajaan asing yang kaya raya sekaligus memiliki
simpanan barang-barang berharga dan banyak macamnya, tidak ada yang melebihi
bangsa Ta-Shih (Arab). Posisi kedua ditempati oleh She-p’o
(Jawa/Majapahit), sementara San-fo-chi (Sriwijaya) di tempat ketiga.
Marco Polo, seorang pedagang dan penjelajah Italia juga menyatakan tentang
Nusantara, “Jumlah emas yang dikumpulkan di sana lebih banyak daripada yang
dapat dihitung dan hampir tak dapat dipercaya. Kemudian, dari tempat itulah
para pedagang dari Zai-tun (Hangzhou, Cina) dan Manji mengimpor logam mulia,
yang menurut ukuran impor masa kini, jumlahnya sangat besar.” (Nugroho,2010).
Sejak Kerajaan Kutai, masyarakat Indonesia sudah
memanfaatkan laut untuk aktivitas perdagangan dan pelayaran. Dengan teknologi
yang ada saat itu, para penduduk melakukan kegiatan niaga antar pulau,
kerajaan, bahkan berlayar hingga pulau yang jauh seperti Sri Lanka dan Madagaskar.
Kultur bahari dan maritim ini kemudian terlihat juga dalam aktivitas
kerajaan-kerajaan Nusantara lainnya. Kerajaan Sriwijaya di zaman keemasannya
memiliki pelabuhan internasional yang besar dan menguasai perdagangan dan
pelayaran di wilayah barat Indonesia hingga Semenanjung Malaya.
Berbeda dengan Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Sunda di
wilayah Jawa Barat dan Banten saat itu tidak memiliki kultur bahari dan maritim
yang kuat. Masyarakat di kerajaan ini umumnya melakukan aktivitas pertanian
sebagai mata pencahariannya. Hal ini dikarenakan kuatnya armada maritim
Kerajaan Sriwijaya saat itu yang kemudian secara berangsur-angsur diambil-alih
oleh kekuatan maritim Kerajaan Majapahit.
Kerajaan Majapahit menjadi pusat kerajaan maritim Nusantara
yang berperan melindungi jalur perdagangan laut sebagai jalur utama perdagangan
dan menghilangkan ancaman jalur laut di sepanjang wilayah laut Nusantara hingga
kawasan di sekitarnya. Armada laut Majapahit sangat besar di masa itu. C.R.
Boxer, profesor sejarah dari Inggris mencatat total jumlah kapal yang dimiliki
VOC pada tahun 1650, 1674, dan 1704 sebanyak 74 kapal, 124 kapal, dan 81 kapal.
Kapal ini dibutuhkan untuk memonopoli komoditas internasional di Nusantara.
Kerajaan Ternate yang terdapat di wilayah Maluku Utara saat
ini memiliki sumber daya rempah-rempah yang dikenal mancanegara hingga ke Benua
Eropa. Untuk mendukung aktivitas perdagangan rempah-rempahnya, Kerajaan Ternate
membangun pelabuhan dan galangan kapal di beberapa pulau utamanya. Terdapat
juga pelabuhan pendukung di beberapa pulau kecil yang bertujuan untuk membawa
hasil bumi dari pulau-pulau kecil ini ke pelabuhan utama.
Aktivitas perdagangan dan pelayaran Kerajaan Ternate serta
kerajaan-kerajaan lain di Nusantara pada abad 11 hingga abad 14 terintegrasi
dengan aktivitas maritim Kerajaan Majapahit. Terjalin hubungan yang baik dan
perjanjian di antara kerajaan-kerajaan ini dimana Kerajaan Majapahit dipercaya
untuk melindungi dan mengontrol jalur perdagangan dan pelayaran yang ada di
wilayah Nusantara.
Besarnya armada Majapahit memudahkan untuk mengontrol
pelabuhan-pelabuhan yang mengganggu aktivitas bisnisnya. Majapahit membutuhkan
armada agar mampu untuk membeli dan menjual komoditas utama perdagangan dunia
dalam partai besar, melarang negara lain membuat armada besar, mengatur seluruh
perdagangan laut dalam kontrol Majapahit, dan menjaga mitranya agar tidak
langsung berhubungan dengan produsen.
Kerajaan Samudera Pasai yang berada di ujung barat
Nusantara memiliki peranan yang penting sebagai bandar pelabuhan kapal-kapal
yang hendak menuju Nusantara ataupun sebaliknya. Peranan penting ini terutama
terjadi karena menurunnya kekuatan maritim Kerajaan Sriwijaya yang juga
terdapat di wilayah Sumatera. Namun aktivitas maritim Kerajaan Samudera Pasai
masih berada di bayang-bayang Kerajaan Majapahit yang saat itu merupakan
kerajaan maritim Nusantara terbesar. Sejak merosotnya kekuatan Kerajaan
Majapahit karena konflik internal dan eksternal, Kerajaan Samudera Pasai
membuat kebijakan maritim sendiri dan tidak lagi bergantung kepada Kerajaan
Majapahit. Kerajaan Samudera Pasai menguasai aktivitas perdagangan dan
pelayaran di Selat Malaka hingga tahun 1521.
Kerajaan Majapahit tidak memonopoli sendiri penguasaan
pelabuhan yang ada di setiap daerah Nusantara. Pelabuhan yang ada di setiap
daerah Nusantara dikelola oleh kerajaan masing-masing dengan menyediakan sarana
dan prasarana pendukung untuk memperlancar perdagangan antar kerajaan dan
daerah. Setiap kerajaan saling bekerjasama dalam melakukan aktivitas
perdagangan dan pelayaran. Kerjasama ini juga dilakukan ketika terdapat ancaman
dari luar Nusantara yang hendak menyerang salah satu kerajaan di Nusantara.
Kerjasama yang baik di antara kerajaan-kerajaan ini yang membuat aktivitas
perdagangan dan pelayaran masyarakat Nusantara saat itu bisa kuat dan disegani
mancanegara.
2.3 Warisan
Kesultanan Islam dalam Kehidupan Masa Kini
Islam masuk ke Indonesia
terbukti dengan adanya peninggalan sejarah masa kerajaan pada abad ke 13. Bukan
merupakan kebetulan apabila di berbagai penjuru tanah air kini kita saksikan
beragam bentuk dan corak peninggalan sejarah Islam. Ada cerita sejarah teramat
panjang di balik keunikan peninggalan sejarah tersebut.
iap-tiap peninggalan sejarah Islam tersebut melukiskan bagaimana
kehidupan bangsa kita sejak berabad silam hingga masa kontemporer. Di dalam
bentuk peninggalan sejarah Islam di Indonesia, terdapat sumber ilmu pengetahuan
yang sangat kaya.
Bagi generasi penerus bangsa dan negara, Peninggalan Sejarah Islam
di Indonesia bisa di jadikan cermin bagaimana tahap kehidupan bangsa pada masa
itu. Nah, apa saja peninggalan sejarah Islam di Indonesia? berikut kami sajikan
8 corak peninggalan sejarah Islam di Indonesia.
Proses berkembangnya Agama
Islam di Indonesiameninggalkan telah mempengaruhi corak dan kebudayaanIndonesia
asli. Percampuran unsur-unsur budaya antara budayaIslam dan budaya asli
Indonesia melahirkan akulturasi kebudayaan.Perwujudan akukturasi kebudayaan itu
dalam bentuk senibangunan dan arsitektur, seperti mesjid, keraton, nisan
makam,seni tulis indah atau kaligrafi, dan seni sastra.
a. Mesjid
Dalam seni bangunan wujud
akulturasi budaya Islam danbudaya tradisional Indoneesia
yang paling menonjol ada
padabangunan mesjid. Bagi pemeluk Agama Islam, mesjidmerupakan tempat suci bagi
umat Islam untuk melakukanperibadatan. Mesjid yang ada di Indonesia memiliki
ciri-ciriarsitektur yang berbeda dengan mesjid-mesjid di negara lain.
Mesjid-mesjid kuno yang ada
di Indonesia mempunyai ciri khasperpaduan budaya Islam dan tradisional.Ciri
khasnya adalah pada atapnya yangbertingkat lebih dari satu (atap
tumpang),biasanya sampai tiga tingkat. Atap tumpangini menurut ahli sejarah
merupakanperpaduan unsur budaya tradisional, budayaHindu dan budaya Islam.
Bangunannyaberbentuk bujur sangkar, ada serambi dibagian samping dan belakang.
Memilikifondasi yang kokoh, terdapat mihrab atautempat khotbah imam/tempat
berdakwahdalam masjid. Terdapat kolam air untukmenyucikan tubuh (wudhu)
sebelummelakukan ibadah.
b. Keraton
Bangunan pusat kerajaan atau
kesultanan, tempat rajamenetap. Pada masa Islam di Indonesia, keraton
berperanpenting baik sebagai pusat kekuasaan politik, juga berfungsisebagai
pusat penyebaran Agama Islam. Keraton atau istanayang dibangun pada masa Islam
berorak khas perpaduan unsurunsurarsitektur tradisional, budaya Hindu-Buddha
dan budayaIslam.
Pada atapnya yang tumpang
dan pintu masuk keraton yangberbentuk gapura. Letak keraton biasanya
dihubungkan dengankepercayaan masyarakat, selalu menghadap ke arah utara,
disebelah barat ada mesjid, dan sebelah timur ada pasar, sebelahselatan
alun-alun. Tata ruang seperti merupakan tradisimasyarakat pra sejarah Indonesia
yang disebut macapat. Dilapangan luas keraton terdapat pohon beringin besar.
c. Makam
Makam adalah tempat
peristirahatan yang terakhir danabadi sehingga pembuatannya
selalu diusahakan untuk
menjadiperumahan yang sesuai dengan orang yang dikuburnya. Makampara sultan
atau raja dan tokoh Agama dibangun sepertilayaknya sebuah istana. Pada umumnya
makam di kerajaandibangun di lereng sebuah bukit, seperti komplek pemakam
rajarajaketurunan Mataram di Imogiri Yogyakarta
Dalam kepercayaan masyarakat
pra sejarah Indonesia.Komplek pemakaman ditempatkan di atas bukit atau
lereng.Pada komplek makam raja di Imogiri Yogyakarta berada di atas sebuah
bukit. Makam tertua di Indonesia adalahmakam Fatimah binti Maimun yanglebih
dikenal dengan putri Suwari diLeran Gresik bertahun 1082. Makam inimirip candi.
Makam lainnya, sepertiMakam Syeikh Maulana Malik Ibrahim
d. Kaligrafi
Kaligrafi adalah seni
tulisan indah dengan mengunakanbahasa Arab. Kaligrafi mulai berkembang pada
abad ke-16, senitulis indah dalam bahasa Arab dipahatkan pada sebuah batuatau
kayu. Kalimat yang diambil biasanya dari ayat-ayat suciAl-Qur'an dan Hadits.
Motif kaligrafi biasanya berbentuktumbuh-tumbuhan, bunga-bungaan, pemandangan
alam atauhanya garis-garis geometris saja. Seni kaligrafi Islam ini
turutmewarnai perkembangan seni rupa di Indonesia. Biasa senikaligrafi dipakai
untuk hiasan pada bangunan masjid, motifbatik, hiasan keramik, hiasan pada
keris, hiasan pada batu nisan,dan pada dinding rumah.
e. Tradisi dan Upacara
Kebudayaan Islam yang masuk
keNusantara mengalami proses akulturasidengan tradisi
dan upacara
masyarakatsetempat. Misalnya, tradisi terhadapseseorang yang sudah
meninggaldiadakan selamatan hari ke -1 sampai ke-7, ke-40, ke-100 dan ke-1000.
Demikianjuga tradisi nyekar (ziarah ke makamdengan menaburkan bunga dan air
kemakam).
Upacara-upacara keagamaan
yangsampai saat ini senantiasa diselenggarakanseperti peringatan hari-haribesar
Islam, misalnya Maulud Nabi, IdulFitri, Idul Adha, dan 1 Muharram.Upacara adat
tradisional GrebekMaulud di daerah-daerah tertentudisertai dengan pencucian
keris dandiramaikan dengan seni pertunjukanlainnya.Upacara yang berkaitan
dengansiklus kehidupan, seperti kelahiran,perkawinan, dan kematian
merupakanrutinitas kegiatan masyarakat Islam.Mereka memadukan dengan
adatistiadat setempat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Agama Islam masuk ke Indonesia mayoritas dibawa
oleh para pedagang Muslim dari Arab, India, Cina, dan Persia. Kedatangan mereka
secara damai dan penuh dengan ramah tamah menjadikan rakyat Nusantara pada masa
itu tertarik pada orang-orang Muslim terlebih agama yang mereka anut. Begitu
banyak pula para penguasa maupun raja-raja yang tertarik dengan budi akhlak
mereka sehingga pernikahan dengan putri raja pun terjadi. Hal inilah yang
menjadi faktor utama berdirinya Kerajaan/Kesulthanan di Indonesia dan Berjaya
hingga zaman imperialisme barat berkuasa. Pada masa penjajahan pun umat Muslim
tidak hanya diam. Kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara menyatukan kekuatan
bersama-sama berperang mengusir penjajah. Bahkan, sampai detik-detik proklamasi
pun umat Muslim memegang kontribusi yang besar. Oleh karena itu, lahirnya
Negara Kesatuan Republik Indonesia tak pernah lepas dari bantuan tangan umat
Muslim di Nusantara.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah, Rachmad.
2005. Kerajaan Islam Demak : Api Revolusi Islam di Tanah Jawa (1518-1549). Sukoharjo: Al-Wafi.
Amin, Samsul Munir. 2013.Sejarah Peradaban Islam.Jakarta:
Remaja Rosdakarya.
Anonim. “Kuntu Darussalam : Kerajaan Islam Pertama di
Riau”. Diakses pada 19 Maret 2016 pukul 10.51 dari http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpntanjungpinang/2014/06/08/kuntuda
russalam-kerajaan-islam-pertama-di-riau/.
Azra, Azyumardi. 2002.Islam Nusantara: Jaringan Global
dan Lokal. Bandung: Penerbit Mizan.
Boland ,E. J.. 1985.Pergumulan
Islam di Indonesia : 1945-1972. Jakarta: Grafiti Pers
Darmawijaya. 2010.Kesultanan Islam Nusantara.Jakarta:
Pustaka al-Kautsar.
Gholib,Achmad. 2005.Study Islam.Jakarta: Faza
Media.
Kartodirdjo,
Sartono. 1992.Pengantar Sejarah Indonesia Baru : Sejarah Pergerakan Nasional , Dari Kolonialisme Sampai Nasionalisme jilid
2. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Marsden,William. 1999.Sejarah Sumatera. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Pusponegoro,
Marwati Djoned dan Notosusanto, Nugroho. 1992. Sejarah Nasional Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Yatim, Badri. 1993.Sejarah
Peradaban Islam. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Diposting oleh Aryo Dhimaz di 19.48
0 Comments